Belajar Dari Alam



Cerita Mas Hari:
 
Kisah ini terjadi saat saya mendapatkan tugas sebagai kepala proyek pemetaan hutan.
Dalam perjalanan menyusuri hutan, kami berada di pinggir sungai yang cocok sebagai base camp sementara karena hari sudah hamper malam. Saat itu saya terdorong untuk sholat dan berdoa mohon keselamatan. Selesai sholat, saya mendapat firasat akan adanya banjir. Lalu saya share firasat saya ke teman-teman bahwa dengan menyatukan diri dengan alam kita akan mendapatkan pemberitahuan dari alam apa yang akan terjadi. Salah satu teman yang bernama pak Ahmad Sholeh yang Islamnya paling baik membantah sharing saya. Dia bilang bahwa itu adalah takhayul, dekat dengan kemusyrikan.

Saat kami sedang duduk sambil memasak air, entah bagaimana datanglah rombongan lebah menyerang rombongan. Semua teman saya berlarian menuju ke sungai untuk menyelam menghindari serangan lebah, kecuali saya dan salah satu teman. Teman saya itu mau ikut lari, namun saya cegah. Diam di sini. Matikan api. Setelah api dipadamkan, rombongan lebah tersebut pergi.

Saya sebenarnya tidak tahu tentang kenapa rombongan lebah tersebut marah dan menyerbu kami. Namun setelah kami mematikan api, baru saya sadar bahwa asap api kami telah mengganggu sarang mereka. Makanya setelah api dimatikan, lebahnya pun ikut pergi.
Dari menyeburnya teman-teman ke sungai, kami juga tahu bahwa akan terjadi banjir. Sehingga kami sempat mengangkat barang-barang dan memindahkan tenda-tenda kami ke tempat yang lebih tinggi. Dan ternyata betul, terjadilah banjir.

Saat istirahat malam, saya terdorong untuk mengajak diskusi dengan semua anggota rombongan. Dan pak Ahmad Sholeh tetap bertahan bahwa itu takhayul. Perihal kenyataan ada banjir hanyalah kebetulan belaka. Lalu saya bilang, oke, kita akan buktikan dalam perjalanan kita ini.

Saat teman-teman akan menandai pohon-pohon dengan cat, pak Akhmad Sholeh mendadak saya lihat ikut membuka kaleng cat dan mengaduk-aduk, padahal bukan tugasnya. Lalu saya tegur bahwa dia bukan ditugaskan untuk itu dan caranya pun tidak tepat. Saya katakan bahwa kita ini ada di hutan, dimana persediaan cat sangat terbatas. Kalau kaleng cat dibuka penuh, lalu tumpah, maka kita tidak akan bisa menyelesaikan tugas menandai. Dengan wajah masam, pak Akhmad tetap mengaduk. Dalam hati saya kesal juga dan terbersit harapan agar dia mendapat pelajaran.

Akhirnya terjadilah apa yang harus terjadi. Tanpa mengindahkan teguran saya, dia bermaksud menandai salah satu pohon dengan cat. Ketika akan mendekati pohon yang dimaksud, kakinya terperosok ke dalam lubang tawon tanah. Cat tumpah dan mengguyur bajunya. Segera tawon tanah keluar dan menyerang pak Akhmad Sholeh. Entah darimana saya spontan berteriak, “Lepas bajumu … lepaskan bajumu!” Pak Akhmad pun kali ini mengindahkan perintah saya. Dia segera melepas bajunya dan melemparkannya. Tawon pun kemudian menyerang baju yang berlepotan cat. Biasanya orang hanya mampu tahan terhadap tiga sengatan lebah tanah, namun pak Akhmad mendapat tujuh sengatan. Bukannya bersyukur malah jumawa mengatakan bahwa dia termasuk manusia yang hebat mampu menahan tujuh sengatan lebah tanah yang tekenal paling ganas. Saya pun semakin kesal dengan kelakuannya. Segera saya perintahkan anggota untuk membawa dia ke kota terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Dan ketika sampai di kota terdekat, tubuhnya pun telah bengkak sampai-sampai matanya tidak kelihatan. Akhirnya dia dirujuk ke rumah sakit Balikpapan.

Bersatulah dengan alam, niscaya alam akan menginformasikan kepada kita apa yang akan terjadi. Penyatuan dengan alam dilakukan dengan rasa. Karena alam materi diketahui keberadaannya dengan sensor panca indra dan rasa diri. Inilah barangkali yang dimaksud dengan berlapang dada dalam Al Quran, yaitu menerima Islam dari Allah dan mendapat cahaya (QS Az Zumar 39 ayat 22). Dan tentunya dengan menjadi Islam, kita selamat.

Bandung, 5 Maret 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendapat Lain Tentang Keberadaan Tuhan

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)