Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Sholat - Tasyahud Akhir

Di tahap inilah manusia sudah bisa menguasai kecintaan dirinya karena sudah bersedia mengikuti tuntunan akal (a7’’), sehingga Allah mencintai dan mempersilahkan hamba-Nya memasuki jama’ah-Nya dan memasuki surga-Nya sebagaimana difirmankan dalam QS Al Fajr 89 ayat 29-30 : “Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” Barangkali inilah makna dari firman Allah dalam QS Al An’aam 6 ayat 94, “Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya; ....” Hingga mendapatkan ucapan selamat dari Yang Maha Pengasih sebagaimana disebutkan dalam QS Yaasiin 36 ayat 58 : “(kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Rabb Y ang Maha Penyayang.” Mereka yang sudah bersedia kembali dengan suka cita, akan mendapatkan cinta Ilahi. Cinta Allah ini dinyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan sebagai berikut, “Rasulullah (saw) bersabda, “Sesungguhnya Allah Yang

Sholat - Sujud Kedua

Allah ridha kepada hamba-Nya sebagaimana disebut dalam QS Al Fajr 89 ayat 28 di atas. Al mardhiyah atau yang diridhai, artinya diridhai untuk mengenal Sang Kanzan Makhfiyyan , Sang Khazanah Tersembunyi. Tak banyak yang bisa dikisahkan, karena semuanya ini hanyalah rahmat-Nya. Sirr atau rahasia atau akhfa yang lebih tersembunyi adalah makna akan pengertian (a6’’) . Di sinilah akan ada pemahaman bahwa semua ini adalah kesibukan Allah. QS Thaahaa 20 ayat 7 : “Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.” Sebagain rahasia mulai dibuka . Dia telah secara total menerima Allah. Sehingga hanya mampu menunggu kerelaan-Nya, untuk tersujud oleh penerimaan Allah kepada hamba-Nya . 

Sholat - Tasyahud Awal

Allah menyukai kepada mereka yang suka rela menyerahkan dirinya . Sukarela berarti menyerahkan diri karena sudah diingatkan kembali akan Tuhannya, sebagaimana digambarkan dalam QS Al Fajr 89 ayat 28 : “ Kembalilah kepada Rabb dengan ridha lagi diridhai-Nya .” Yang ridha (ar radhiyyah) adalah yang rela dengan apa yang diterimanya dan ingat bahwa semuanya datang dari Allah demi kesempurnaan atau kebaikannya. Memori (a5’’) adalah pintu awal kesucian. Pada posisi ini seolah dirinya sudah mulai moksa, yang ada adalah yang ridha, sehingga tidak dipanggil dengan an-nafs ar-radhiyyah atau diri yang ridha, tapi ar-radhiyyah atau yang ridha. Ridha kepada Allah karena hanya Allah yang menjadi satu-satunya tujuan. Dia rela terhadap apapun yang Allah lakukan kepadanya. Apakah Allah akan memberi ampunan, rahmat, kesehatan, rezeki, petunjuk, kecukupan dan kenaikan derajad atau tidak, tetap ridha kepada-Nya. Namun karena dia berprasangka baik kepada Allah, pasti dia dianugerahi nikmat-Nya buk