Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Hakekat Diri Dan Perbedaan Antara Diri Yang Menyaksikan Dengan Dzikir

Ketika masih anak-anak, dengan teman-teman sepermainan kami biasa berteka-teki dengan tantangan: “Siapa bisa memegang aku?” Dan teman-teman berebutan memegang tubuhku. Saat itu aku hanya bisa bilang bahwa ndak ada yang bisa memegang aku. Karena yang terpegang hanyalah bagian-bagian dari tubuhku. Dan kami pun bubar, karena sadar bahwa kami tidak ada yang bisa memegang “aku”. Lalu siapa kah “aku”? A ku ada saat diriku bisa menyaksikan . Saat aku tidur, aku bersama Allah berdasarkan firmanNya dalam QS AZ Zumar 39 ayat 42: Allah memegang jiwa (al-anfusa) ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. Konon saat aku masih berupa sperma aku menjawab pertanyaan Rabb-ku sebagaimana difirmankan dalam QS A’raaf 7 ayat 172 : Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu men

Nasehat Kematian

Setelah mengambil nyawa (diri / nafs beserta ruh) seseorang, para malaikat akan membawa nyawa (diri / nafs beserta ruh) tersebut naik ke hadirat Rabbul ‘alamin. Allah akan menyampaikan kepada almarhum Rahmat dimana amalnya akan dicatatkan pada ‘Iliyyin atau Laknat dimana amalnya akan dicatatkan pada Sijjin. Allah juga menjelaskan hal apa yang membuat dia menerima Rahmat / Laknat. Lalu Allah SWT akan berkata kepada Malaikat Maut, “Kembalikan ruh (diri / nafs) itu ke badannya, agar ia melihat (menyaksikan) apa yang terjadi dengan jasadnya.” Lalu para malaikat pun turun membawa ruh (diri / nafs) itu ke bumi. Kemudian mereka meletakkan ruh (diri / nafs) itu di tengah-tengah rumahnya, sehingga ia pun bisa melihat siapa saja yang bersedih dan siapa yang tidak bersedih sedikit pun atas kematiannya. Meski bisa melihat (menyaksikan), tapi ia tidak bisa berbicara dengan mereka. Setelah jenazah diantarkan atau dimasukkan ke kuburan, Allah memerintahkan agar ruh (diri / nafs) jenazah itu k