Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin
Bukankah indra a5’ hanyalah kemampuan menginderai, dimana outputnya hanyalah berupa sebutan ini atau itu? Bukankah output dari indra a5’ dinilai oleh penilaian hati a5’’ dengan baik atau buruk, lalu bisa menimbulkan keinginan hati a6’’? Kalau begitu, bukankah eksistensi atau keberadaan akan sesuatu adalah ada, bilamana dinyatakan oleh pikiran a7, yaitu ada dalam memori a5’’’ yang disebut dengan pengetahuan dalam wujud kesan / gambaran atau sebutan atau simbol? Bukankah itu adalah kegiatan dari diri yang menyaksikan? Yang menyaksikan bagaimana indra a5’ menyampaikan ini atau itu, menyaksikan bagaimana penilaian hati a5’’ menilai baik atau buruk, menyaksikan bagaimana keinginan a6’’ muncul dan menyaksikan bagaimana memori a5’’’ menyampaikan pengetahuan yang diterimanya. Bukankah kemudian diri yang menyaksikan menyatakan kesaksiannya? Bagaimanakah menyatakan keberadaan Rabbul ‘alamin? Bukankah sang diri sudah bersaksi atau bersyahadat bahwa Dia adalah Rabb-nya? QS A’raaf 7 ayat