Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Buhul Tali Allah Bukan Thaghut

Cileungsi, 12 Desember 2014 Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah 2 ayat 256) Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS Luqman 31 ayat 22) Thaghut menurut para ulama berasal dari kata thagha yang berarti melampaui batas. Atas dasar itulah, saya memahami Thaghut sebagai segala sesuatu yang membuat manusia bersikap dan bertindak melampaui batas. Batas sendiri dalam dunia manusia dikenal dengan sebutan hukum. Otomatis mereka yang melakukan di luar batas atau di luar hukum akan mendapatkan huk

Cinta & Kasih Sayang

Pak Yai, selama seminggu sebelum kejadian gempa saya seperti terpapar suasana cinta. Namun setelah terjadi gempa, suasana tersebut langsung hilang. Fenomena apa itu, Pak Yai? Apakah kalian tidak memperhatikan pernyataan, “ Aku adalah Perbendaharaan Tersembunyi. Aku cinta dikenal. Aku ciptakan makhluk-Ku agar mengenal-Ku.” Maksudnya bagaimana, pak Yai? Pernyataan ini seolah hanya berupa fitrah bahwa Dia Allah cinta dikenal. Namun manusia dibingungkan karena adanya konflik pernyataan antara Tersembunyi namun cinta dikenal. Apa maksudnya? Maksudnya adalah Dia ingin makhluk-Nya menemui-Nya di persembunyianNya. Kalau makhluk-Nya tidak hadir kepada Dia, maka Dia akan hadir dengan cinta-Nya. Itulah sebabnya engkau terkena tarikan cinta Ilahy tersebut. O begitu ya pak Yai. Pantas kalau kita diminta mengunjungi Allah dengan mengunjungi orang sakit. Berarti orang sakit itu sedang jauh dari Allah. Sehingga kalau mau sembuh, ya dengan mengubah sikap untuk selalu hadir ke hadir

Paranormal

Seseorang di kala mengalami permasalahan, sering menjadi kalut lalu datang kepada orang pinter. Oleh orang pinter diberi amalan, semisal membaca asma ul husna sebanyak sekian kali. Seolah asma ul husna ini merupakan kunci otorisasi untuk menggunakan Qudrat / Kekuasaan Allah demi mencapai keinginannya. Namun ingatlah pesan Allah dalam Al Qur’an surat Shaad 38 ayat 82: Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, ...” Penggunaan kekuasaan / Qudrat Allah sama saja dengan meniru Iblis, sedangkan Iblis adalah musuh yang nyata bagi kita. Oleh karena itulah Allah tidak akan suka dengan mereka-mereka yang melakukan pendekatan kekuasaan. Mereka ini menyimpang dari kebenaran dan secara berangsur-angsur akan diseret ke neraka tanpa menyadarinya. Penggunaan kekuasaan inilah yang dimaksud dengan istidraj. QS Al A’raaf 7 ayat 180-186: Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu dan tinggalkanlah

Kepemimpinan

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS An Nisaa’ 4: 59. Zaman sekarang, semakin banyak pemimpin yang memaksakan anak buahnya untuk menanggung kesalahannya. Memaksa anak buah untuk melanggar aturan demi kepentingannya. Bahkan perintahnya pun lisan sehingga sulit untuk ditelusuri dalam sidang-sidang peradilan. Sebagai anak buah, situasi ini akan sulit. Tidak patuh salah, patuh pun salah. Maju kena mundur kena. Barangkali ayat di atas merupakan solusi, yaitu diserahkan kepada Allah dan Rasulullah (s.a.w.). Hadits berikut juga memperkuat usulan atas sikap tersebut. Al Mawardiy menyatakan [1] bahwa mentaati perintah Ulil Amri itu wajib bagi kita, berdasarkan sabda Nabi s.a.w. yang menyataka

Tawakal (Kisah Adipati Surabaya Jaya Puspita)

Tawakkal berarti engkau mempunyai sikap bahwa selain ALLAH tidak ada yang bisa mendatangkan sebarang kerugian atau manfaat, memberi atau melarang, dan engkau bersikap tidak menaruh harap pada selain-Nya. Apabila seorang hamba bersikap dan mempunyai sifat seperti ini, maka dia tidak akan mengerjakan sesuatu melainkan karena ALLAH semata. Dia tidak berharap dan tidak takut melainkan kepada ALLAH. Dia tidak serakah memohon kecuali kepada ALLAH. Inilah yang disebut tawakkal. Orang zaman sekarang kebanyakan sudah kehilangan sikap tawakkal kepada Allah. Mereka percaya kepada pendapat dokter, hasil laboratorium dan lain-lain, sampai-sampai takut makan ini, takut makan itu. Hidupnya banyak dihantui dengan pelbagai ketakutan. Demikian pula harapannya, diletakkan kepada pemimpin, kepada orang kaya, kepada orang pintar. Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya dilatih dengan menanamkan percaya Allah ke dalam diri kita. Bahkan dalam QS Al Mujadilah 58 ayat 22 dinyatakan agar orang-orang menanam

Kisah Tentang Jiwa Dan Raga

Suatu saat seorang teman yang suka mencari nomor buntut, menyepi ke tempat angker. Pada malam harinya, muncul sesosok makhluk yang dikenal dengan sebutan jenglot. Lalu jenglot tersebut ditanya, kamu siapa? Jenglot menjawab bahwa dia dulunya adalah manusia, namun karena suka bertapa mencari kesaktian, akhirnya menjadi jenglot. Dalam kisah lain, ada juga orang yang diselamatkan dari ancaman siluman harimau oleh seorang wanita yang tinggal sebagai pembantu di alam siluman tersebut. Ketika ditanya, dia siapa? Wanita itu menjawab bahwa dia adalah manusia yang dulunya mempelajari ilmu siluman harimau dan ketika dia mati, maka dia menjadi pembantu di masyarakat siluman harimau tersebut. Kedua kisah ini, tidak bisa kita ukur kebenarannya. Namun paling tidak demi keselamatan sebaiknya kisah ini dijadikan pelajaran untuk tidak mencari ilmu-ilmu kesaktian dengan memanfaatkan makhluk-makhluk tidak kasat mata. Karena bisa-bisa apa yang disampaikan dalam kisah-kisah tersebut benar dan mere

Bahaya Syahwat

Abu Sulaiman Ad-Darany ra berkata, “Allah telah mewahyukan kepada Nabi Daud as, “Sesungguhnya Aku menjadikan itu syahwat hanya untuk orang-orang yang lemah dari hamba-Ku. Karena itu awaslah jangan sampai hatimu tertawan oleh syahwat itu. Maka seringan-ringan siksa untuknya adalah Aku cabut manisnya rasa cinta kepada-Ku dari dalam hatimu.”” Dalam sebagian wahyu Allah kepada (Nabi) Daud as, “Hai Daud berpeganglah pada ajaran-Ku dan tahanlah nafsumu untuk kesenangan dirimu, jangan sampai engkau tertipu olehnya, niscaya engkau terhijab dari cinta-Ku. Putuskan syahwatmu karena Aku, sebab Aku hanya memberikan syahwat itu untuk hamba-Ku yang lemah. Untuk apakah orang-orang yang kuat akan memuaskan syahwat, padahal ia akan mengurangi kelezatan bermunajat kepada-Ku. Sebab Aku tidak merelakan dunia ini untuk kekasih-Ku. Bahkan Aku bersihkan ia darinya. Hai Daud (as), jangan engkau mengadakan antara Aku dengan engkau, suatu alam yang dapat menghijab engkau karena mabuk pada alam itu dar

Nabi Khidir = Dewa Ruci 4/4

Habislah sudah wejangan Jeng Nabi Khidhir as, hati Syekh Malaya terbuka memahami namanya sendiri. Kemudian hatinya terasa terbang, tanpa sayap menjelajahi batinnya yang meliputi jagad raya. Jasadnya sudah terkuasai, menguasai hakekat semua ilmu. Umpama bunga yang lama kuncup, sekarang sudah mekar berkembang. Tambahan lagi baunya, semerbak karena sudah mendapatkan sang pancaretna. Kemudian disuruh keluar dari raga Nabi Khidhir kembali ke alam semula. Lalu Nabi Khidhir berkata, “He Malaya, kau sudah diterima Hyang Sukma. Berhasil menebarkan aroma kasturi yang sebenarnya dan yang memanaskan hatimu pun lenyap. Sudah menjelajahi seluruh permukaan bumi, kamu sudah mengetahui jawaban atas pertanyaan yang mengganggu hatimu, mantapkan pemahamanmu (penerimaanmu). Ibarat memakai pakaian sutera yang indah, selalu mawas diri. Semua tingkah laku yang halus diresapkan ke dalam jiwa, dirawat seperti emas. Dihias dengan keselamatan dan dipajang seperti permata (manik-manik). Tahu akan tingkah lak