Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

Raga Adalah Baitul Muqaddas

Sang jabang bayi setelah disempurnakan raganya, kemudian Allah menghembuskan ruh-Nya, hingga paru-parunya pun berfungsi dan raganya pun bergerak. QS Shaad 38 ayat 72: Maka apabila telah Ku-sempurnakan kejadiannya dan Ku-tiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah tersungkur dengan bersujud kepadanya. Lalu Allah mengeluarkan dari perut ibunya dan menganugerahkan kesempurnaan daya dan kemampuan. QS An Nahl 16 ayat 78: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan al fu ’ ad, agar kamu bersyukur. Raga memiliki dua kemampuan selain daya raga, yaitu sensorik (indra & somatik) dan motorik (gerak). Sensorik merupakan jendela untuk menyaksikan alam dunia, sedangkan motorik adalah sarana untuk beraktifitas. Daya dan kemampuan adalah milik Allah Yang Maha Kuasa yang dianugerahkan kepada makhluk-Nya yang dikehendaki. Baik sensorik maupun motorik bersifat hanya saat ini, tidak untuk kemarin atau akan datang.

Hati / Jantung Adalah Baitul Haram

Sang diri yang sadar dan menyebut dirinya dengan aku, selanjutnya berkendaraan jantung (hati) untuk memulai hidup di alam dunia. Bukankah yang pertama kali aktif dari seorang bayi adalah jantungnya? Yaitu detaknya yang bisa dideteksi dengan alat USG. Hati merupakan Baitul Haramnya Ilahi, namun juga Baitul Haramnya manusia. Padanya terdapat dua kemampuan selain daya hati, yaitu penilaian (perasaan) dan keinginan. Penilaian dan keinginan yang timbul, sifatnya hanya saat ini, tidak untuk kemarin atau akan datang. Dengan aktifnya jantung dan adanya dua kemampuan ini, maka fenomena ngidam atau keinginan bayi bisa dijelaskan. Namun betulkah bahwa kemampuan ini sudah aktif sebelum ruh Ilahi dihembuskan ataukah itu aktifitas Ilahi sendiri? Melalui interaksi dengan kedua kemampuan hatinya, maka emosi dan ambisi sang diri akan bereaksi. Emosi bisa bereaksi akibat penilaian yang tidak dia sukai, sehingga membawa kepada kekecewaan bahkan kejahatan. Difirmankan dalam QS Al Anbiya 21 ayat 87 : D

Dirimu Adalah Yang Menyaksikan

S iapa kah “ aku ” ? A ku ada saat aku sadar dan orang orang pun menyadari dan melihat keberadaanku [1] . Saat sadar, mereka bisa berkomunikasi [2] denganku. Saat aku tidur, berdasarkan firmanNya dalam QS AZ Zumar 39 ayat 42 aku dipegang Allah: Allah memegang jiwa (al-anfusa) ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. Dan orang-orang pun masih bisa sadar dan melihat keberadaanku, walau tidak bisa berkomunikasi denganku. Saat aku pingsan, aku tidak sadar. Dan orang-orang pun masih sadar dan melihat keberadaanku, walau tidak bisa berkomunikasi denganku. Saat aku mati kelak, orang-orang akan sadar dan melihat bahwa aku sudah tidak ada, karena sudah tidak bisa diajak berkomunikasi. Padahal aku hanya terpisah dengan ragaku. Aku kadang-kadang kekurangan