Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2022

AKU Sesuai Sangkaan Hamba-Ku

Dari Abu Hurairah (r.a) katanya, “Rasulullah (s.a.w.) bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Aku senantiasa menurut sangka (zhanni) hamba Ku kepada Ku dan Aku senantiasa bersamanya ketika dia menyebut nama-Ku. Jika dia menyebut nama-Ku dalam hatinya (nafsihi), maka Aku menyebutnya pula dalam hati-Ku (Nafsiy). Dan jika dia menyebut Ku dalam majelis ramai, maka Aku menyebutnya dalam majelis ramai yang lebih baik. Jika dia mendekati Ku sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Dan jika mendekati Ku sehasta, Aku mendekatinya sedepa. Jika dia datang kepada Ku berjalan kaki, Aku mendatanginya dengan berlari.””” [Shahih Muslim #2300] Pakde, katanya Allah itu sebagaimana sangkaan kita, apa betul? Memang betul, sebagaimana banyak disebut dalam hadits shahih. Lha kalau begitu, tidak salah dong kalau orang-orang menyangka bahwa Allah seperti ini, seperti itu dan bisa dicatut oleh setiap orang? Nah, ini masalahnya. Kebanyakan manusia tidak suka mencari kepastian akan kebenaran, namun sekedar mempe

Allah, Asma Yang Paling Banyak Dicatut

Pakde, sekarang semakin banyak orang berselisih dengan masing-masing mengatasnamakan Tuhan atau Allah. Tuhan itu siapa, Allah itu siapa? Karena saya perhatikan setiap orang memiliki persepsi sendiri-sendiri. Memang seperti itu mas. Karena tingkat pengenalan masing-masing orang tentang Tuhan atau Allah berbeda-beda. Kalau cuma berbeda pengertian tidak masalah, namun ketika Tuhan atau Allah itu diimajinasikan oleh dirinya sendiri, lalu dicatut, ini yang berbahaya. Agus Sunyoto menjelaskan perihal Tuhan berasal dari ajaran Kapitayan, yaitu kepercayaan yang ada pada zaman Jawa k uno. Kapitayan diambil dari sebutan Sang Hyang Taya yang merupakan sumber segala kejadian, yang tidak bisa dilihat oleh mata, tak bisa didengar dengan telinga, tak bisa diraba dengan kulit, tidak bisa dibayangkan, tidak bisa dipikir-pikir, tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu. Dia adalah Taya   yang menurut Bahasa Jawa kuno artinya hampa, suwung, awang-uwung. Dia tidak dilahirkan, tidak berawal, tidak berakhi

Rumah Tangga Akhir Zaman

Pakde, berita perihal Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) semakin marak, bahkan hingga membawa kepada kematian. Ini tanda-tanda apa dan bagaimana mengatasinya? Ya ini sebagian tanda dari akhir zaman, yaitu akan banyak fitnah yang berasal dari kesalahan dalam penetapan system nilai pada masing-masing pribadi. Maksud dari kesalahan dalam penetapan system nilai itu seperti apa, pakde? Contohnya adalah dalam penerapan tentang hak azasi manusia. Bukankah hal ini dimaknai bahwa setiap orang boleh berbuat semaunya, asalkan tidak melanggar hak azasi orang lain? Dengan demikian bukankah kemaksiatan menjadi merajalela? Dengan semakin menguatnya kemauan orang, maka semakin ringanlah beban para setan dalam upaya menyesatkan bahkan membuat manusia dimurkai Allah. Bukankah kemauan atau ambisi individu akan mendorong kepada kesetanan? Sebagai akibatnya, dalam rumah tangga, karena masing-masing cenderung mendahulukan kepentingannya dengan memaksakan kepada pasangannya, maka perselisihan menjad

Sang Penyesat

Sekarang ini makin marak saja orang-orang yang membaca kejadian-kejadian gaib, diantaranya melalui mediumisasi atau orang-orang Indigo. Mereka “merasa” mampu berkomunikasi dengan para jin, dengan orang-orang yang sudah meninggal bahkan konon dengan para malaikat. Karena hukum pasar berlaku, maka selama hal-hal ini banyak yang mencari, maka banyak yang menyediakan. Sehingga semakin banyak orang yang terjun ke pangsa pasar tersebut melalui berbagai institusi maupun aplikasi. Kata “merasa”, maksudnya adalah sangkaan mereka. Padahal penampakan yang mereka tangkap bisa jadi adalah imajinasi mereka yang disusupkan oleh makhluk gaib, terutama oleh setan dari golongan Jin. Bukti bahwa imajinasi itu adalah susupan dari mereka adalah hantu-hantu yang dikesankan bersifat individual atau lokal atau tidak universal. Bukankah ini bermakna proses penyesatan sedang berlangsung semakin massif bahkan sudah memasuki kalangan umat yang mengaku beragama dan mengatasnamakan agama. Yang paling parah adalah