Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Cara Mi'raj (Moksa) Dengan Rumus A

Kuasa yang disimbolkan dengan ( 🟊) adalah kemampuan berbuat apa saja. Kuasa pasti mutlak, sempurna, tunggal tiada duanya. Kuasa harus ada yang dikuasai, yaitu Aku-Nya. Kuasa dengan yang dikuasai atau Aku-Nya merupakan suatu kesatuan utuh yang tak terpisahkan. Aku sebagai yang dikuasai tidak memiliki kemampuan apapun, namun memiliki dorongan untuk memiliki (keakuan). Kuasa kemudian menciptakan alam, hingga tercipta makhluk yang paling sempurna, yaitu manusia (A7). Dengan adanya penciptaan, Aku yang dikuasai menguat dorongan ingin memilikinya, sehingga dia melakukan makar tidak mau mengakui keberadaan Kuasa. Bahkan ingin dikuasainya. Oleh karena itu Aku yang dikuasai disabda turun ke alam, diantaranya adalah ke manusia (A7). Aku yang dikuasai ini dididik di alam manusia agar bisa sadar diri, yaitu sebagai yang dikuasai atau hamba atau utusan atau khalifah. Manusia (A7) merupakan puncak dari cipta Kuasa melalui evolusi alam. Kemudian individu manusia atau orang (a7) dikeluarkan dar

Kekuasaan Yang Disebut Dengan Allah Yang Maha Kuasa

Kalau ada yang bertanya, siapa yang memelihara kamu? Umumnya orang akan menjawab Tuhan atau Allah. Padahal kenyataannya orang dipelihara oleh alam yang dipersonifikasikan sebagai Sang Hyang Jagad atau Rabbul álamin atau Tuhan semesta alam. Pernahkah kita mengungkapkan rasa syukur kepada-Nya? Bagaimana pula jawaban kita kalau ditanya siapakah yang melindungi kamu? Hampir pasti jawabannya sama. Padahal kenyataannya kita dilindungi oleh negara dan pemerintahannya. Kita tidur dijaga negara. Kita tidak perlu membuat listrik sendiri, disediakan oleh negara. Lalu dalam kehidupan, siapa yang memerintah kita sehingga kita sibuk beraktifitas? Jawabannya pun juga sama. Padahal kenyataannya kita beraktifitas karena perintah dari alam. Sebagai contoh kita makan, bukankah karena didorong oleh rasa lapar? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut ditariklah suatu garis merah kesamaan bahwa keberadaan segala sesuatu di alam ini merupakan bentuk-bentuk kekuasaan. Dengan demikian   kekuasaan adalah ha

Ujung Perjalanan manusia

Dalam masyarakat Hindu dikenal kasta yang sayangnya untuk menyatakan kelompok strata masyarakat berdasarkan kelahiran. Semestinya itu adalah untuk menyatakan tingkat sikap dan tekad perjuangan masing-masing individu. Orang-orang yang selalu memikirkan kesuksesan masyarakat dalam mewujudkan qiblat dan Baitullah adalah kelompok guru atau pendeta. Kelompok yang selalu memikirkan kemakmuran masyarakat adalah kelompok penguasa. Kelompok yang membantu para raja adalah kelompok aparat dan ada juga   pedagang. Sedangkan rakyat jelata adalah mereka yang mengambil keuntungan bagi diri dan keluarganya saja. Namun sebenarnya itu merupakan proses perjalanan kehidupan setiap orang, yang dimulai dari ketidak-mampuan seperti bayi dan seterusnya hingga mencapai kecerdasan dan kekuatan dan berujung kepada kebijaksanaan atau hikmah sebelum kembali kepada Yang Kuasa (kematian). Hidup manusia adalah dihidupkan berarti bukan mengakhiri hidup sendiri, karena itu adalah tanda kekalahan. Dalam perjalan

Qiblat & Baitullah

Tujuan itu adalah qiblat. Tujuan bisa dari berbagai jalan, apakah dari sisi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Namun tujuan tertinggi adalah Allah Yang Maha Kuasa. Sehingga setiap langkah kehidupan manusia selalu diarahkan atau berqiblat kepada tujuan tertinggi tersebut. Qiblat tanpa Bait hanyalah angan-angan. Bait adalah bentuk upaya nyata agar tujuan tercapai. Misalnya sholat adalah upaya mengarahkan diri kepada Allah, tentunya harus ada bentuk yang nyata yang menandai, yaitu masjid atau misalnya ingin mendapat rezeki dari Yang Maha Kuasa, maka baitnya adalah perusahaan. QS Al Baqarah 2 ayat 147-150: “ Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa at