Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

Maqam #1: Tawakkal

QS At Taubah 9 ayat 129, Allah (S.W.T.) berfirman: Jika mereka berpaling, maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung.” Jibril (a.s.) menjelaskan: Tawakkal berarti engkau mempunyai sikap bahwa selain ALLAH tidak ada yang bisa mendatangkan sebarang kerugian atau manfaat, memberi atau melarang, dan engkau bersikap tidak menaruh harap pada selain-Nya. Apabila seorang hamba bersikap dan mempunyai sifat seperti ini, maka dia tidak akan mengerjakan sesuatu melainkan karena ALLAH semata. Dia tidak berharap dan tidak takut melainkan kepada ALLAH. Dia tidak serakah memohon kecuali kepada ALLAH. Inilah yang disebut tawakkal. Ibarat seseorang sedang berkasus hukum, lalu dia mewakilkan kepada pengacaranya. Bukankah dia percaya bahwa sang pengacara itulah yang akan membantu menyelesaikan kasusnya? Jadi semestinya sikap bertawakkal kepada Allah paling tidak seperti itu. Manusia semak

Eksistensi Dijelaskan Akal Dengan Nama, Bukan Rasa

 Ali (k.w.) mengatakan: Ali f adalah cara akal untuk menjelaskan sesuatu keberadaan, yaitu melalui nama. Nama tersusun atas huruf-huruf yang dirangkai menjadi kata yang kemudian berkembang menjadi kalimat . Huruf awalnya berasal dari titik lalu menjadi garis. Sehingga Alif adalah sebutan paling awal. Titik adalah wilayah yang belum diketahui, hanya bisa didekati dengan kepercayaan atau iman. Keberadaan atas segala sesuatu bukan dijelaskan dengan rasa atau perasaan (a5’’). Pada persepsi inilah, maka banyak orang menjadi tersamarkan akan kebenaran. Rasa (a5’’) hanya memberikan penilaian senang atau tidak senang. Penjelasan Ali (k.w.) sudah jelas bahwa akal (a7’’’) menjelaskan keberadaan atas segala sesuatu dengan sebutan, yaitu nama. Bukankah segala sesuatu itu tersimpan dalam memori (a5’’’), yang disebut dengan ilmu atau pengetahuan? Manusia membahas segala sesuatu dengan dasar memori (a5’’’), baik berupa imej atau kesan atau berupa sebutan atau nama. Barangkali yang dimaksud de

Maqam #5: ZUHUD

Nabi (s.a.w.) bersabda: Kecintaan kepada keduniawian merupakan induk segala kesalahan. Kezuhudan dari keduniawian merupakan induk setiap kebaikan dan ketaatan.   Zuhud adalah sikap orang yang mencintai orang yang cinta kepada Khaliq-nya, benci kepada orang yang membenci Khaliq-nya, bersikap hati-hati dari bagian dunia yang halal, dan tidak menoleh pada yang haram. Karena yang halal pasti dihisab dan yang haram pasti dihukum. Dia kasih kepada seluruh kaum yang berserah diri kepada Allah seperti halnya dia kasih kepada dirinya sendiri. Dia bersikap waspada ketika berbicara, sebagaimana dia menghindar dari bangkai yang sangat busuk baunya. Dia berhati-hati dari tipu daya dunia dan keindahannya, sebagaimana dia menghindari api dari melahapnya. Dia tidak berangan-angan panjang dan menganggap seakan ajalnya sudah berada di hadapannya.   Mutiara Papahan, 22 Rajab 1444 H

Allah Maha Esa, Bukti Secara Matematika

Kekuasaan itu banyak, namun kekuasaan itu milik Yang Kuasa. Yang Kuasa itu pasti tunggal. Ibarat bilangan, semua bilangan berawal dari satu (1). Semisal bilangan Nol (0) berasal dari bilangan satu (1) dikurangi bilangan satu (1). Lima (5) adalah lima buah bilangan satu (1). Kenapa awal tidak dari bilangan nol (0)? Karena bilangan nol (0) adalah tanda ketiadaan. Sedangkan Yang Kuasa adalah pasti ada-Nya. Jadi tidak mungkin bilangan nol (0). Kenapa awal tidak dari bilangan tak terhingga ( )? Karena Yang Kuasa itu tidak mungkin banyak, sehingga Dia harus berbagi. Kalau berbagi pasti akan saling berkonflik. Mutiara Papahan, 30 Rajab 1444 H

Thoifah Manshurah

Nabi (s.a.w.) bersabda: Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang menang di atas kebenaran. Orang-orang yang menelantarkan mereka tidak akan membahayakan mereka dan demikian pula dengan orang-orang yang menyelisihi mereka, sampai datang ketetapan Allah .”   Thoifah artinya kelompok atau golongan. Manshurah artinya yang ditolong. Jadi Thoifah Manshurah adalah golongan yang ditolong, dalam hal ini ditolong oleh Allah Yang Maha Kuasa. Tentunya dengan pertolongan Allah berupa kekuasaan, pastilah mereka selalu menang, tidak mungkin terkalahkan. Kemenangan itu bukan karena upaya. Karena upaya hanyalah pendekatan akan keberhasilan. Kepastiannya adalah karena pertolongan Allah Yang Maha Kuasa. Sehebat apapun ilmu dan kemampuan yang dimiliki, sekeras apapun tekad yang ditanamkan dan sekonsisten apapun semangat yang dibangun tidak akan mampu menghasilkan kepastian akan keberhasilan. Oleh karena itu marilah kita menetapkan diri sebagai Thoifah Manshurah dengan selalu memohon pe