Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Sholat - I'tidal

Di atas kemampuan (a5) terdapat perasaan hati ( a5’ ). Tanpa perasaan hati , jasmani dan kemampuan akan diam tak beraktifitas. Melalui perasaan hati (a5’) manusia inilah, maka terjadilah aktifitas untuk mencari kenikmatan . Perkembangan peradaban diakibatkan oleh perasaan hati (a5’) manusia untuk mendapatkan kenikmatan lebih dari Allah. Kemauan ini muncul setelah mendapatkan ide (ilham), baik berupa kejahatan maupun kebaikan. Manusia-manusia yang tidak terjebak dalam kebenaran subyektif telah mampu mengelola ilham kejahatan dan kebaikan, untuk mendapatkan manfaat terbesar baginya. Sebagai contoh, seringkali malas melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki, hal ini akan mengilhami untuk menciptakan sarana transportasi, yang akan memudahkan bepergian, hingga berkembanglah teknologi transportasi. Mereka yang keakuan nya sangat mencintai perasaan hatinya (a5’) akan menjadi loba dan tamak. Namun dengan kemampuan nya mereka mampu mengekspresikan perasaan hati (a5’) untuk mendapatka

Sholat - Ruku'

Pada setiap wujud selalu terdapat kekuatan atau kemampuan (qudrat) yang membuat wujud tersebut ada, bahkan ada yang memiliki kemampuan beraktifitas. Tanpa adanya qudrat tersebut, maka wujud tersebut akan hancur musnah. Kekuatan tersebut berada pada inti atau sang diri dari masing-masing perwujudan, yaitu diwakili oleh saya nya. Keberadaan qudrat ini bisa dikenali dengan daya (a5) berupa indra dan motorik seseorang . Daya tersebut juga memunculkan adanya penilaian seperti positif-negatif , s ehingga seseorang cenderung suka meremehkan, mencela, tidak menghormati kepada yang berbeda posisinya. Sampai kemampuan mereka dicabut atau mengalami musibah atau mendapatkan pencerahan, sehingga mereka menyesali dirinya, seperti digambarkan QS Al Qiyamah 75 ayat 2, “Dan Aku bersumpah dengan jiwa (diri) yang amat menyesali (an nafs al lauwwammah).” Suluk Linglung menggambarkannya dengan warna kuning, “kuwasane neng gulang sebarang, cipta kang becik dadine, panggawe amrih hayu, ati kuning ingka

Sholat - Berdiri

Ini adalah posisi pengamatan dan penelitian terhadap alam materi. Dengan demikian posisi awal saya adalah yang cinta kepada jasmaninya (a1 s/d a4) , yaitu berada di alam al mulk wa asy syahadah atau alam “katon” karena dikenali dengan indra. Di posisi ini, aku yang cinta pada jasmani (a1 s/d a4) memiliki kecenderungan (hawa) yang senantiasa bersemangat karena didorong oleh naluri atau perintah ( ‘ amr ) untuk dipuaskan. Orang selalu didorong oleh semangat untuk mendapatkan kepuasan jasmaniah, seperti makan, minum, syahwat dan lain-lain. Intinya adalah adanya dorongan diri untuk mempertahankan hidup dan kenikmatan jasmaniah, melalui dorongan emosi dan dorongan ambisi. Mengingat dalam mencapai kepuasan tanpa mengenal aturan dan moralitas, maka Al Qur’an menyebut dengan diri yang memerintahkan kepada kejahatan (An nafs al amarrah bi al-suu’). QS Yusuf 12 ayat 53, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, ke

Sholat

Seorang anak bertanya kepada ayahnya, untuk apa melakukan sholat? Untuk mengingat Allah. Lalu si anak berkata, “Kalau tujuan sholat adalah mengingat Allah, untuk apa harus melakukan berdiri ruku’, sujud, duduk dalam sholat dan diulang-ulang? Bukankah kita bisa mengingat Allah sambil duduk, sambil tiduran dan lain-lain.” “Kamu betul nak, namun renungkanlah, untuk apa kita berjuang mendapatkan gelar? Untuk apa kita bersusah payah meniti karir? Untuk apa kita berpeluh keringat berlatih?” Si anak menjawab, “Ya untuk mendapatkan keberhasilan.” “Nah, kalau begitu manusia akan berhasil menjadi mulia, terhormat, terpuji adalah akibat dari perjuangannya, betulkah? Dan si anak mengangguk. Bagaimana sikap dan tindakan kita kalau Yang kita muliakan tiba? Berdiri. Bagaimana sikap dan tindakan kita kalau memberi hormat kepada Yang kita muliakan? Menunduk. Bagaimana sikap dan tindakan kita kalau menyerahkan diri? Pasrah, bersujud kalau perlu. Kalau begitu, sholat adalah be