Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Muslim (Islam Itu Universal)

Kami mengamati bahwa awal tumbuhnya kesadaran untuk menyembah Allah adalah melalui sikap penerimaan, yaitu sikap menerima Allah sebagai Ilah , Malik dan Rabb-nya hingga ke dalam dirinya, ke dalam jiwanya. Penerimaan ini bisa terjadi karena manusia tidak tahan dengan siksaan kehidupan. Mereka ini seperti budak yang tunduk karena takut dengan siksaan. QS Al An’aam 6 ayat 42 : Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Ketundukan semacam ini umumnya tidak berlangsung permanen. Ketika siksaan tersebut dicabut, maka manusia kembali lagi menjadi lalai bahkan lebih dari itu. Ada pula ketundukan karena terima kasih. Mereka ini seperti pekerja yang tunduk ketika diberi upah. Ketundukan semacam ini juga relati f tidak permanen. QS An Nahl 16 ayat 81: Dan Allah menjadikan bagimu tempat berna

Perjalanan Berserah Diri (Islam Itu Universal)

Tujuan dari proses pengembalian kepada Allah sebenarnya adalah fitrah dari penciptaan tersebut, bukan berarti penyatuan wujud atau penghilangan diri. Tetapi menjadi hamba dan saksi atas Allah itu sendiri. Proses kembali kepada Allah bukan proses “outbond” atau pelepasan, tetapi proses penyerahan diri. Bukan sang ruhani dikembalikan dengan meninggalkan jasmani, tetapi sang jasmani diserahkan kepada Allah dan seterusnya hingga bersatu dengan ruhaninya. Selanjutnya totalitas diri kembali kepada Allah. Inilah makna dari “ fii silmi kaaffah ”. QS Al Baqarah 2 ayat 208: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Kalau melakukan proses pelepasan, maka setiap komponen dan alat-alat manusia yang ditinggalkan akan selalu mengganggu, karena iri tidak diajak kembali ke Allah. Sayyidina Ali (kw) menyampaikan bahwa qalb mempunyai lima nama : Pertama, disebu

Makna Ilah (Islam Itu Universal)

Kami perhatikan benar nasehat Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim bahwa “i lah ” ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai (didominir) olehnya (sesuatu itu). QS Al Jaatsiyah 45 ayat 23 : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya (ilahahu) dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? QS Al Furqan 25 ayat 43 : Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya (ilahahu) . Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? QS Al Qashash 28 ayat 38 : Dan berkata Fir'au n, “ Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan (ilahin) bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian