Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Ini aliran apa ya? Jangan-jangan ini aliran sesat.

  Ketika membaca tulisan kami, kebanyakan bertanya-tanya, ini aliran apa ya? Bahkan ada yang langsung menyatakan bahwa ini aliran sesat. Inilah menariknya pola pikir orang-orang zaman sekarang, yaitu secara tidak sadar selalu berbasis kepada nilai-nilai aliran agama. Nilai pribadi muncul dari penilaian hati a5’’ yang berhubungan dengan adanya informasi a5’’’ yang telah dia terima sebelumnya dan dipercayai sebagai nilai kebenaran dan juga indra & motorik a5’. Dengan menerima informasi baru yang berbeda dengan nilai-nilai pribadinya, maka secara reflek ketiganya akan memberikan reaksi penolakan. Nilai pribadi adalah apa yang dipercayai sebagai kebenaran. Nilai pribadi ada yang bersifat persepsi, namun karena dipercayai sebagai kebenaran, maka nilai tersebut akan menjadi ukuran. Otomatis yang berbeda akan dicap salah. Orang Barat menyebut pola pikir semacam ini sebagai “ fixed mindset ” yang banyak dicela dan bukan “ growth mindset ” yang didorong oleh mereka untuk dikembangkan ba

Di Zaman Ini, Dimanakah Wali-Wali Allah?

  Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah ( SWT ) bertanya kepada Musa ( AS ) . “Musa, apakah engkau telah mengerjakan suatu amalan untuk-Ku?” “Rabb-ku saya telah sholat, puasa dan bersedekah, bersujud karena-Mu serta memuji-Mu, membaca Kitab-Mu dan berdzikir kepada-Mu,” jawab Musa (AS). “Musa, di dalam sholat ada pembelaan bagimu, di dalam puasa ada surga untukmu, di dalam sedekah ada naungan untukmu dan di dalam tasbih ada Cahaya untukmu. Lalu apa amalan lain yang engkau kerjakan untuk-Ku?” “Rabb-ku, tunjukkan padaku amalan yang dapat kukerjakan untuk-Mu?” “Musa, apakah engkau menolong wali-Ku? Apakah engkau memusuhi musuh-Ku?” Musa pun mengerti bahwa amalan yang paling utama adalah mencinta dan membenci karena Allah serta membenci musuh-musuh-Nya. [1] Ini adalah akhlak orang-orang yang Zuhud. Semua amal umat manusia adalah bagi dirinya, kecuali amalan orang-orang yang menolong wali-wali Allah. Dengan menolong wali-wali Allah, mereka beramal untuk Allah (SWT). Siapak

Ahli Bashirah

QS Al A ’ raaf 7 ayat 172: Dan ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri (anfusihim) mereka, “ Bukankah Aku Rabb-mu? ” Mereka menjawab, “ Betul, kami menjadi saksi. ” Agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “ Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini. ” Berdasarkan ayat ini bisa difahami bahwa ketika seseorang mempribadi, yaitu dikeluarkan dari satu kesatuan dan saat masih berwujud sperma sudah bisa menyaksikan. Berarti sang diri memiliki fitrah menyaksikan, yaitu menyaksikan akan diri pribadinya dan Rabb-nya. Semestinya pula dia menggunakan fitrah menyaksikan tersebut untuk ke Allah. QS Yusuf 12 ayat 108: Katakanlah, “ Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan Bashirah, Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. ” Sang diri kemudian disempurnakan, yaitu berwadahkan jantung, raga dan otak, maka dia menjadi lupa diri dan lupa akan

Otak adalah Baitul Makmur

Sudah sering kita mendengar dikhotomi perihal hati versus pikiran, terutama dalam hal bermakrifatullah. Sampai ada yang kemudian menghakimi agar tidak menggunakan pikiran saat bermakritaullah. Mari kita kupas perihal pikiran, setelah mengupas perihal hati dan raga. Menurut ahlinya [1] , [2] , perkembangan otak embrio dimulai pada hari ke 16 setelah pembuahan, diawali dengan pembentukan lempeng saraf ( neural plate ) yang berkembang menjadi tabung saraf ( neural tube ). Pada usia 6 minggu, tabung saraf akan menutup, melengkung dan membentuk 3 area menonjol, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang yang kemudian menjadi sumsum tulang belakang ( spinal ) hingga usia 13 minggu. Saat inilah embrio sudah berubah menjadi janin. Perkembangan otak janin selanjutnya akan terbagi menjadi otak besar ( cerebrum ), otak kecil ( cerebellum ), batang otak, kelenjar pituitari dan hipotalamus. Pada akhir usia janin 26 minggu batang otak bayi yang berperan dalam fungsi dasar kehidupan sudah ha

Raga Adalah Baitul Muqaddas

Sang jabang bayi setelah disempurnakan raganya, kemudian Allah menghembuskan ruh-Nya, hingga paru-parunya pun berfungsi dan raganya pun bergerak. QS Shaad 38 ayat 72: Maka apabila telah Ku-sempurnakan kejadiannya dan Ku-tiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah tersungkur dengan bersujud kepadanya. Lalu Allah mengeluarkan dari perut ibunya dan menganugerahkan kesempurnaan daya dan kemampuan. QS An Nahl 16 ayat 78: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan al fu ’ ad, agar kamu bersyukur. Raga memiliki dua kemampuan selain daya raga, yaitu sensorik (indra & somatik) dan motorik (gerak). Sensorik merupakan jendela untuk menyaksikan alam dunia, sedangkan motorik adalah sarana untuk beraktifitas. Daya dan kemampuan adalah milik Allah Yang Maha Kuasa yang dianugerahkan kepada makhluk-Nya yang dikehendaki. Baik sensorik maupun motorik bersifat hanya saat ini, tidak untuk kemarin atau akan datang.

Hati / Jantung Adalah Baitul Haram

Sang diri yang sadar dan menyebut dirinya dengan aku, selanjutnya berkendaraan jantung (hati) untuk memulai hidup di alam dunia. Bukankah yang pertama kali aktif dari seorang bayi adalah jantungnya? Yaitu detaknya yang bisa dideteksi dengan alat USG. Hati merupakan Baitul Haramnya Ilahi, namun juga Baitul Haramnya manusia. Padanya terdapat dua kemampuan selain daya hati, yaitu penilaian (perasaan) dan keinginan. Penilaian dan keinginan yang timbul, sifatnya hanya saat ini, tidak untuk kemarin atau akan datang. Dengan aktifnya jantung dan adanya dua kemampuan ini, maka fenomena ngidam atau keinginan bayi bisa dijelaskan. Namun betulkah bahwa kemampuan ini sudah aktif sebelum ruh Ilahi dihembuskan ataukah itu aktifitas Ilahi sendiri? Melalui interaksi dengan kedua kemampuan hatinya, maka emosi dan ambisi sang diri akan bereaksi. Emosi bisa bereaksi akibat penilaian yang tidak dia sukai, sehingga membawa kepada kekecewaan bahkan kejahatan. Difirmankan dalam QS Al Anbiya 21 ayat 87 : D