Rabu, 04 Juli 2018

Penggunaan Akal


Bangun pagi bingung, apa yang harus dikerjakan? Pulang kerja juga bingung, mau apa? Di saat kerja juga bingung, apa yang harus dikerjakan? Apakah setiap orang mengalami kejadian seperti ini? Mengalami disorientasi hidup.

Padahal secara fitrah, setiap orang selalu mengejar kenikmatan. Berarti kehidupannya selalu terarah kepada upaya menggapai kenikmatan. Namun bentuk riil apa yang membuat seseorang bisa fokus kepada apa yang dia mau gapai?

Inilah perlunya setiap orang memiliki qiblat dan bait.

Qiblat adalah tujuan yang ingin digapai. Misalnya seseorang menginginkan uang untuk kesejahteraan dirinya, maka dia harus berupaya agar bisa mendapatkan uang. Dia harus menggunakan sarana dirinya baik fisik maupun kecerdasan untuk menggapai kemauannya.

Sedangkan bait adalah wujud nyata dari upaya untuk mendapatkan uang. Contohnya adalah bentuk usaha. Bentuk usaha setiap orang bermacaam-macam, semisal petani, tentunya sawah adalah baitnya, pemilik perusahaan, perusahaan adalah baitnya, pegawai, kantornya adalah baitnya.

Bilamana begitu, bagaimana dengan orang yang menjadikan Allah sebagai qiblatnya? Apakah baitnya?

Orang awam memandang Ka’bah sebagai pemersatu arah umat Islam dan menjadikannya sebagai rumah Allah atau Baitullah. Berarti umat Islam yang menuhankan Allah, menjadikan Allah sebagai qiblatnya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah: apakah baitnya? Apakah Ka’bah tersebut sebagai baitnya?

Kalau menggunakan pengertian di atas, maka harus ada bentuk usaha yang riil yang menunjukkan bahwa upaya orang untuk menemui Tuhannya. Tentunya hal tersebut diwujudkan dalam bentuk penyembahan. Bagi umat Islam, sholat adalah penyembahan dan sholat butuh tempat, yaitu masjid yang merupakan suatu “tanda” sebagai rumah Tuhan. Dengan symbol berupa rumah, maka di situlah tempat pertemuan antara tamu dengan sang tuan rumah.

Ini adalah bentuk penggunaan akal (a’7), bagaimana orang mewujudkan bentuk usaha penyembahan melalui masjid, pura, gereja, candi dan lain-lain. Ini adalah karya orang yang cerdas yang bisa memaksimalkan penggunaan akal.

Ada juga perwujudan bentuk usaha yang kurang cerdas, yaitu melalui patung, tonggak, tugu dan lain-lain. Kenapa disebut kurang cerdas? Karena bentuk-bentuk tersebut bisa mendorong penyembahnya untuk mempersonifikasikan wujud Tuhan. Oleh orang kemudian yang tidak menggunakan pengertiannya, akhirnya mereka kehilangan orientasi perihal Tuhan dan menjadikan wujud-wujud tersebut sebagai Tuhannya.

Persiapkan Dirimu Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Dzat yang...