Sang diri yang sadar dan menyebut dirinya
dengan aku, selanjutnya berkendaraan jantung (hati) untuk memulai hidup di alam
dunia. Bukankah yang pertama kali aktif dari seorang bayi adalah jantungnya?
Yaitu detaknya yang bisa dideteksi dengan alat USG.
Hati merupakan Baitul Haramnya Ilahi, namun
juga Baitul Haramnya manusia. Padanya terdapat dua kemampuan selain daya hati,
yaitu penilaian (perasaan) dan keinginan. Penilaian dan keinginan yang timbul, sifatnya hanya saat ini,
tidak untuk kemarin atau akan datang. Dengan aktifnya jantung dan adanya dua
kemampuan ini, maka fenomena ngidam atau keinginan bayi bisa dijelaskan. Namun
betulkah bahwa kemampuan ini sudah aktif sebelum ruh Ilahi dihembuskan ataukah
itu aktifitas Ilahi sendiri?
Melalui interaksi dengan kedua kemampuan
hatinya, maka emosi dan ambisi sang diri akan bereaksi. Emosi bisa bereaksi akibat
penilaian yang tidak dia sukai, sehingga membawa kepada kekecewaan bahkan kejahatan.
Difirmankan dalam QS Al Anbiya 21 ayat 87 : Dan Dzun Nun ketika ia pergi
dalam keadaan emosi (mughaadhiban), lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan
mempersempitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tiada Ilah
kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang
yang zalim.” Bisa pula
bereaksi akibat penilaian yang tidak dia sukai, namun tidak membawa kepada
kekecewaan bahkan bisa menimbulkan kebaikan. Difirmankan dalam QS Asy Syuura 42
ayat 37 : Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan
keji dan apabila mereka emosi, mereka memberi maaf. Penilaian yang disukai,
membuat emosi menjadi tenang dan senang, namun akan membuat lemahnya sang diri
saat menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.
Hal-hal yang menyenangkan akan menimbulkan
ambisi untuk mengejarnya, seperti difirmankan dalam QS Ali Imran 3 ayat 14: Dijadikan
indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini (asy syahawati),
yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan di dunia
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Ambisi yang timbul bisa
menjadi liar, seperti difirmankan dalam QS An Naml 27 ayat 55: “Mengapa kamu mendatangi
laki-laki untuk syahwatmu, bukan wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang
jahil.”. kalau
dibiarkan, maka akan membawa kesesatan, sebagaimana difirman dalam QS Maryam 19
ayat 59 : Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang menyia-nyiakan
sholat dan memperturutkan syahwat, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
Bahkan mengajak orang lain sebagaimana difirmankan dalam QS An Nisa 4 ayat 27: Dan
Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti syahwatnya
bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya. Padahal Allah menimbulkan
keinginan dalam hatinya adalah supaya bertaubat kepada-Nya.
Karena daya dan kemampuan adalah milik Allah, maka penilaian
dan keinginan sejatinya adalah dari-Nya. Jadi semestinya diikuti. Namun karena
hawa atau dorongan emosi dan ambisi yang mengilahkan dirinya membuat timbulnya
penyimpangan dari mengilahkan Allah menjadi mengilahkan dirinya sendiri.
Oleh karena itu perhatikanlah dirimu! Karena hatimu adalah
Baitul Harammu, maka tidak bisa diserahkan kepada siapapun. Kecuali kalau
engkau sudah sadar bahwa engkau hanyalah hamba Allah, maka kosongkan hatimu
dari selain Dia. Tundukkanlah dirimu dalam sholatmu (ruku’) dengan
kesadaran bahwa engkau beriman kepada Allah dan tanamkan iman itu
sedalam-dalamnya hingga tersentuh qalbumu. QS Al Mujadilah 58 ayat 22: … Mereka
itulah orang-orang yang menanamkan keimanan dalam hati mereka (quluwbihim) dan
menguatkan mereka dengan RuhNya. …. Dan saat engkau bangkit dari ruku’ (I’tidal)
akan engkau saksikan betapa semua yang ada ini adalah nikmat Ilahi yang berasal
dari kehendak-Nya. QS An Najm 53 ayat 11: Hatinya (al fuwaadu) tidak
mendustakan apa yang telah dilihatnya.
Papahan, 04 September 2023 / 19 Safar 1445 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar