Dalam setiap aktifitas seseorang pasti ada yang menyuruh, yaitu jiwa yang memanfaatkan kemauannya (a6’). Pada awalnya jiwa ini selalu dalam
keraguan. Dia akan terombang-ambing antara pilihan ya atau tidak. Dia menjadi
tenang (muthmainah) kalau sudah memahami maunya, apalagi sudah memahami hakikat
dirinya. Diri inilah yang paling dicintai,
yang selalu berusaha untuk dipuaskan.
Apalagi kalau sudah memahami hakikat
tujuan keberadaannya dirinya dan mempercayai
keberadaan Yang Kuasa, dia menjadi tenang
(muthmainah). QS Al Fajr 89 ayat 27 menyebutkan, “Hai
diri (jiwa) yang tenang.” Sedangkan Suluk Linglung
menggambarkannya dengan warna putih yaitu “ati
enteng mung suci tan ika iki, prawira ing karaharjan.”
Dalam kebersediaan inilah diri yang menguasai kemauan (a6’) akan dengan sukarela tunduk dan bersujud
kepada Sang Ada (Al Wujud). Tanpa disadari rasa cinta yang dalam yang semula
hanya ditujukan kepada dirinya, akan berangsur-angsur bersedia
menerima Allah sebagai Rabb-nya. Oleh karena itu, marilah disempurnakan dengan menundukkan diri
kepada-Nya dengan penuh rasa cinta serta hingga
keberadaan jiwa dan kemauan (a6’) kepada-Nya, hingga tersujud dan memahami
makna sujud tersebut, Subhana Rabbiy Al
‘Ala. Pemahamannya adalah berupa
pengakuan bahwa kemauan (a6’) adalah dari-Nya dan tentu juga dikembalikan
kepada-Nya. Demikian pula jiwa yang berasal dari yang dikuasai.
Ali (kw) menyatakan bahwa asy syaghaf
merupakan tempat terbitnya cinta (hubb) kepada Allah. Sebagaimana
digambarkan Allah dalam kisah Nabi Yusuf (as) dengan Zulaikha pada QS Yusuf 12
ayat 30, “Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda
bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada
bujangnya itu adalah sangat mendalam (syaghafaha
hubba). Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata."
Saat sujud bangkitkan cinta kepada
Allah. Cinta adalah kepemilikan, cinta adalah ingin memiliki. Sehingga hanya
ada dua pilihan, mencintai diri sendiri atau mencintai Allah. Pilihlah untuk
mencintai Allah melalui sujud dalam sholat. Bangkitkan cinta kepada Allah
sampai disambut-Nya. Sampai rela menerima apa pun yang dimau Allah.