Kami
perhatikan benar nasehat Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim bahwa “ilah” ialah sesuatu yang dipentingkan
(dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan
dirinya dikuasai (didominir) olehnya (sesuatu itu).
QS
Al Jaatsiyah 45 ayat 23: Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya (ilahahu) dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
QS
Al Furqan 25 ayat 43:
Terangkanlah kepadaku tentang orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya (ilahahu).
Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
QS
Al Qashash 28 ayat 38: Dan berkata Fir'aun, “Hai
pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan (ilahin) bagimu
selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah
untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan (Ilahi) Musa,
dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.”
Berdasarkan
realitas yang ada dan dalil-dalil Al Qur’an di bawah, yang dijadikan Ilah oleh
manusia selain Allah adalah dirinya sendiri. Dengan demikian
berarti kebanyakan manusia adalah menyembah dirinya sendiri dan mereka tidak
menyadari. Bahkan kita menjadikan Allah sebagai pengabul hawa nafsu kita. Oleh
karena itu pantaslah kalau Allah mengecap orang-orang yang memecah belah umat
menjadi beberapa golongan sebagai orang musyrik, karena mengilahkan dirinya atau
kelompoknya.
QS
Ar Ruum 30 ayat 30-32: Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui,
dengan kembali bertaubat kepada-Nya
dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.
Selain dirinya sendiri, manusia juga mementingkan berhala-berhala agar
mereka mendapatkan pertolongan. Inilah manusia-manusia lemah, malas dan
inferior.
QS Yaasiin 36 ayat 74: Mereka mengambil sembahan-sembahan (alihatan) selain Allah, agar mereka
mendapat pertolongan.
QS Nuh 71 ayat 23: Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
tuhan-tuhan kamu (alihatakum) dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan
pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr.”
Semestinya yang pantas
dipentingkan ya hanya Allah, bukan dirinya atau berhalanya. Oleh karena itu
Qur’an benar, Nabi (saw) benar, pak Haji Slamet Utomo benar bahwa kita harus
memfanakan diri dan Allah lah yang dipentingkan, diibadahi.
QS Al
Baqarah 2 ayat 163: Dan Tuhanmu (Ilahukum) adalah Tuhan (Ilahun)
Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (Ilaha)
melainkan Dia. Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.
Bilamana sudah memahami makna Sang
Rabb, Al Malik dan Al Ilah di atas, sudah semestinya kita memfanakan diri agar
bisa menjadi hamba yang diridhai-Nya.
QS Al Baqarah 2 ayat 21: Hai manusia, sembahlah (‘budu) Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
QS Al
Mu’min 40 ayat
60: Dan Rabb-mu berfirman: "Berdoalah kepadaKu, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (‘ibadatiy)
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina
dina".
QS Yaasiin 36 ayat 60: Bukanlah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu
tidak menyembah (la ta’budu) syaitan? Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagi kamu.
QS Al
Kaafiruun 109 ayat 1-6: Katakanlah: "Hai
orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah
agamamu, dan untukkulah, agamaku".
QS Yusuf 12 ayat
40: Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang
nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah
selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Bukan malahan sebaliknya, karena
selain akan dihinakan juga siksa Allah jauh lebih pedih dari kesakitan di dunia
ini. Padahal para Nabi dan Rasul sudah mengingatkan.
QS An Nahl 16 ayat 36: Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Taghut
itu", maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan
baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).
Namun banyak juga yang tetap
nekad melakukan kemusyrikan walau sudah diberi tahu bahwa kemusyrikan adalah
dosa yang tak terampuni.
Hadits.
Dari Ibnu Mas'ud , dia
berkata,"Saya bertanya,"Wahai
Rasulullah, dosa apakah yang paling besar di sisi Allah ? Nabi bersabda," kamu menjadikan sekutu bagi
Allah, padahal Dialah yang telah menciptakanMu". (HR. Bukhari dan Muslim). Mu'adz mengatakan, "Tahukah kamu apa yang menjadi hak Allah sebagai kewajiban
atas hamba-Nya ? yaitu,
hendaklah mereka menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan apapun".
Meski mereka tahu bahwa
berhala-berhala itu tidak bisa berbuat apa-apa, namun mereka menekadkan dirinya
dan tekun menyembah berhala-berhala tersebut.
QS Al
Anbiya 21 ayat
58-59: Maka
Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang
terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk
bertanya) kepadanya. Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami,
sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang
zalim?”
QS Asy
Syu’araa’ 26 ayat 71: Mereka menjawab, “Kami menyembah (na’budu) berhala-berhala dan kami senantiasa
tekun menyembahnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar