Sabtu, 26 September 2020

Seeking Certainty

Human is always questioning from time to time regarding their existence. In fact the existence of all things is imprints. An imprint of the existence of Power is who creates all creatures. Power is absolute, so there must be single. Power is perfect and sure to cover all things.

What is this Power?

What is the relationship between Power and humans?

The search for the power and role of humans and human beings in life in the world is always interesting to peel. People seek to find the truth of the above and generally rely on the opinions of the elder or the intellectuals or books they believe in or with their feelings or perceptions of their thoughts. Every adult should have the courage to do his own search for the truth, because that search is his own way of life. Even a person's personality will be determined by the values ​​that are perceived as true and stored in his memory.

Whereas truth, should be certainty. And what is certain is the truth. As a result of perceived facts, the truth becomes biased. The group of people who make observations of reality are scientists. This habit should also be applied by all levels of society.

For example, we observe the process where people want to own a house. At first he didn't have that house. Then an idea emerged which eventually came down to his desire to own a house. The question arises about what kind of house and how to build it. The answer to this question eventually becomes the basic science of the house. Then the person thought of how to build a house, so that came the engineering science of building a house to finance science to finance house construction. Finally the person is sure that the house will be finished even the drawing has been made. Finally the house was completed, so that he could occupy it. At this point most people stop. And if it continues again, needs to be verified whether the house he lives in is in accordance with his previous idea?

Thus the steps to achieve certainty can be described in the scheme as below:


The habit of using facts and not perceptions must be promoted to the public so that they are always accustomed to speaking with facts, not perceptions. This is not easy, because it has become a habit. But that doesn't mean you can't, just need to be made aware of it again to the community.

Methodologies in dealing with power and human problems need to be defined such as by using scientific approach. Such method must be based on fact, realistic, honest and universal.

By using such method we will answer the above question.

What is Power? Power is the ability to do all things. So Power must be single, absolute and could not be mastered. But power must have something to be mastered that is himself or named as “I”. Power who mastered the I called the Power. As the Power, thy must do something to show thy power. That is why the Power creates the universe. But who will acknowledge His existence?

So He creates humans in the universe with the message to acknowledge His existence. Only humans who are able to acknowledge by their creation that develops their civilization. Other creatures could not. They are just living by using their instinct, so there is no creation.


Banyuwangi, 26th September 2020

Selasa, 15 September 2020

Jakarta Menandai Awal Tercapainya Cita-Cita Bangsa

Setiap perwujudan perlu dberi sebutan, yaitu nama. Nama selain menandai perwujudan, juga memuat informasi yang bisa ditelaah maknanya sehingga bermanfaat bagi umat. Informasi tersebut bisa berupa cita alam yang berarti ayat akan keberadaan Ilahi.

Peristiwa adalah tanda. Peristiwa terjadi karena adanya izin dari Allah Yang Maha Kuasa. Tentunya peristiwa adalah tanda yang bisa ditarik menjadi catatan bahkan bisa dipetik hikmahnya yang akan bermanfaat bagi mereka yang terkabari. Demikian pula sejarah bangsa ini.

Kalau merunut kepada catatan sejarah, yang mana jejak-jejak fisiknya masih ada, maka kita melihat masa lalu tergambarkan di hadapan kita, yaitu:

ü  Zaman kerajaan Majapahit yang beribukota di kecamatan Trowulan kabupaten Mojokerto

ü  Zaman kerajaan Demak yang beribukota di Demak

ü  Zaman kerajaan Pajang yang beribukota di Pajang

ü  Zaman kerajaan Mataram yang beribukota di Kuthagedhe, Karta & Plered

ü  Zaman kerajaan Pakubuwono yang beribukota di Kartasura & Surakarta, juga adanya kerajaan Hamengkubuwono yang beribukota di Ngayogjakarta

ü  Zaman NKRI yang beribukota di Jakarta

1.      Kerajaan Majapahit

Nama Majapahit konon berasal dari buah Maja yang rasanya pahit. Cara penamaan kerajaan dengan model seperti ini, bukanlah karakter orang Jawa. Orang Jawa terbiasa menggunakan sebutan untuk menarik tuah dan tulah dari suatu wujud. Misalnya konsep ketuhanan orang Jawa didasarkan atas Lingga-Yoni yang merupakan perlambang bapak-ibu. Karena dari sanalah setiap individu manusia berasal, sangkan paraning dumadi. Maja atau mojo lebih tepat dimaknai sebagai buah titisan dewa Syiwa. Buah ini awet tidak mudah busuk dan dipergunakan sebagai obat. Obat memang terasa pahit, namun memulihkan. Syiwa sebagai dewa Perusak, memiliki makna sakti dan tak terkalahkan. Bisa jadi pemilihan nama Majapahit karena ingin dimaknai sebagai kerajaan yang kuat, sakti dan tidak bisa dikalahkan.

2.     Kerajaan Demak

Nama Demak berasal dari Jawa Kuno yang berarti anugerah atau bahasa Arab yang berarti mata air. Demak menjadi kuat karena memiliki armada kapal yang kuat.

3.     Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang aslinya kerajaan lama yang merupakan bawahan Majapahit. Atau bahkan lebih lama lagi.

4.     Kerajaan Mataram

Nama Mataram berasal dari kata bahasa Sansekerta mata yang berarti ibu dan aram yang berarti hiburan.

5.     Kerajaan Pakubuwono & Hamengkubuwono

Ibukota kerajaan Pakubuwono adalah Kartasura dan Surakarta, dimana su bermakna baik atau mulia dan ra berarti yang tertinggi. Karta berasal dari kata krta yang artinya pekerjaan sudah selesai, namun mengalami perubahan arti menjadi makmur, maju, ulung, sempurna. Ngayogjakarta berasal dari kata Ayodya dan Karta. Ayodya artinya tak terkalahkan.

6.     NKRI

Ibukota NKRI adalah Jakarta yang berasal dari kata Jayakarta yang maknanya kemenangan sudah tercapai dan menjadi simbol kemakmuran.

Apa hikmah dari peristiwa sejarah ini bagi bangsa Indonesia?

Akankah bangsa ini mencapai puncak kejayaannya sesuai cita-citanya ataukah gagal terwujud karena lemahnya bangsa ini?

Bagaimana bilamana ibukota dipindahkan, akankah mempercepat terwujudnya cita-cita bangsa ini?

Bagi yang percaya bahwa keberadaan NKRI adalah rahmat Ilahi dan cita-cita luhur bangsa Indonesia, maka sebagai bangsa Indonesia kita adalah pelaksananya. Sebagai pelaksana, tentunya kita memerlukan kecerdasan, kekuatan terutama finansial, ketabahan dalam perjuangan dan kemuliaan sebagai ukuran.

 

Banyuwangi, 12 September 2020; 24 Muharram 1442 

Persiapkan Dirimu Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Dzat yang...