Sekarang ini makin marak saja orang-orang yang membaca kejadian-kejadian gaib, diantaranya melalui mediumisasi atau orang-orang Indigo. Mereka “merasa” mampu berkomunikasi dengan para jin, dengan orang-orang yang sudah meninggal bahkan konon dengan para malaikat. Karena hukum pasar berlaku, maka selama hal-hal ini banyak yang mencari, maka banyak yang menyediakan. Sehingga semakin banyak orang yang terjun ke pangsa pasar tersebut melalui berbagai institusi maupun aplikasi.
Kata “merasa”, maksudnya adalah sangkaan mereka. Padahal
penampakan yang mereka tangkap bisa jadi adalah imajinasi mereka yang
disusupkan oleh makhluk gaib, terutama oleh setan dari golongan Jin. Bukti
bahwa imajinasi itu adalah susupan dari mereka adalah hantu-hantu yang
dikesankan bersifat individual atau lokal atau tidak universal. Bukankah ini
bermakna proses penyesatan sedang berlangsung semakin massif bahkan sudah
memasuki kalangan umat yang mengaku beragama dan mengatasnamakan agama. Yang
paling parah adalah yang mengatasnamakan Allah. Ingat! Orang tersesat adalah
orang yang tidak mencapai tujuan sejatinya.
Salah satu proses penyesatan adalah melalui mediumisasi. Mediumisasi
adalah proses menyusupkan sukma[1].
Proses mediumisasi kepada seseorang bisa jadi merupakan proses terkuasainya
seseorang oleh sukma yang menyusup. Ini menandakan kelemahan diri orang
tersebut. Sebagai khalifah Allah di muka bumi, tidak sepantasnya membiarkan
dirinya terkuasai, kecuali oleh Allah SWT.
Salah satu tokoh yang dijadikan sebagai guru tertinggi
oleh para pelaku mediumisasi adalah Sang Hyang Nurcahya ning Nirwana. Tokoh ini
sebagaimana digambarkan oleh Ronggowarsito (semoga Allah mengampuninya) dalam
buku Paramayoga konon setengah manusia setengah jin dan merupakan murid dari
Idajil atau Azazil, nama lain dari Iblis laknatullah. Karena Iblis dengan setan
pengikutnya sudah kita nyatakan sebagai musuh, tentunya tidak pantas kalau
menjadikan Sang Hyang Nurcahya ning Nirwana sebagai tokoh panutan bahkan guru
spiritual. Seolah orang-orang sudah lupa akan firman Allah dalam QS Al Jinn 72
ayat 6: Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah dosa dana kesalahan.
Tokoh lain adalah Sabdopalon. Beliau dianggap sebagai penasehat
spiritual orang Jawa. Dalam Serat Darmogandul, digambarkan bahwa Sabdopalon
akan menunggu orang bermata satu yang biasa disebut dengan Dajjal. Tokoh ini
juga sering diidentikkan dengan Semar. Kebetulan juga tokoh Semar atau Janggan
Smarasanta yang spesifik hanya ada di tanah Jawa, menurut Ronggowarsito masih
keturunan dari Sang Hyang Nurcahya ning Nirwana.
Kalau kita memperhatikan dongeng-dongeng mitologi dari
Nusantara maupun dari negeri barat, ide cerita ini disusupkan dari alam gaib ke
pikiran manusia dan dituangkan dalam berbagai media. Kisah-kisah seperti
Mahabharata, Ramayana bisa jadi adalah kisah perihal kerajaan-kerajaan jin yang
sulit untuk dikorelasikan dengan bukti-bukti arkeologi.
Sedangkan jin itu sendiri sejatinya makhluk apa? QS Al
Hijr 15 ayat 27: Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang
sangat panas. QS Ar Rahman 55 ayat 15: dan Dia menciptakan jin dari
nyala api. Bukankah nyala api tidak memiliki bentuk yang tetap? Bukankah
nyala api itu menerangi namun juga membakar? Memang tidak dipungkiri bahwa
terang bisa membawa Kepada petunjuk. Namun, bukankah Rasul untuk kita dari kaum
kita bukan dari golongan jin? QS At Taubah 9 ayat 128: Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin.
Tokoh-tokoh tersebut tidak disebutkan dalam Kitab-Kitab
Suci, namun hanya dalam buku-buku Mitologi. Keberadaanya hanya sebatas
pengakuan orang-orang yang “merasa” telah berhubungan dengannya. Apakah tokoh
tersebut ada? Bisa jadi ada. Namun risalah apakah yang dibawanya? Keduanya hanyalah
membantu agar kemauan orang-orang yang mengikutinya terwujudkan. Tidak tahukah
bahwa kemauan mendorong diri seseorang menjadi kalap, kesetanan? Bukankah sudah
dibuktikan bahwa kehidupan kita adalah sebagai hamba Allah?
Semoga itu hanyalah bagian dari hiburan kehidupan dan
tidak untuk dipercayai. Mengingat informasi yang disampaikan tetap harus
diverifikasi dengan fakta-fakta yang ada. Yang dikhawatirkan adalah tanpa
disadari system kepercayaan dan system nilai orang-orang berubah dan menjadikan
opini mereka sebagai kebenaran yang dipercayai. Dan ingat juga peringatan dari
Nabi (saw) untuk memohon perlindungan Allah dari fitnah kubur dan fitnah
Dajjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar