Rumah Tangga Akhir Zaman


Pakde, berita perihal Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) semakin marak, bahkan hingga membawa kepada kematian. Ini tanda-tanda apa dan bagaimana mengatasinya?

Ya ini sebagian tanda dari akhir zaman, yaitu akan banyak fitnah yang berasal dari kesalahan dalam penetapan system nilai pada masing-masing pribadi.

Maksud dari kesalahan dalam penetapan system nilai itu seperti apa, pakde?

Contohnya adalah dalam penerapan tentang hak azasi manusia. Bukankah hal ini dimaknai bahwa setiap orang boleh berbuat semaunya, asalkan tidak melanggar hak azasi orang lain? Dengan demikian bukankah kemaksiatan menjadi merajalela? Dengan semakin menguatnya kemauan orang, maka semakin ringanlah beban para setan dalam upaya menyesatkan bahkan membuat manusia dimurkai Allah. Bukankah kemauan atau ambisi individu akan mendorong kepada kesetanan? Sebagai akibatnya, dalam rumah tangga, karena masing-masing cenderung mendahulukan kepentingannya dengan memaksakan kepada pasangannya, maka perselisihan menjadi mudah disulut.

Lalu, bagaimana mengembalikan system nilai kepada yang seharusnya?

Nah, di situlah masalahnya. Mungkin hanya masalah atau bencana yang diterimanya yang mungkin merubah system nilainya. QS Al Mu’minuun 23 ayat 71: Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka (Al Qur’an), tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. Oleh karena itu wajar kalau akan semakin banyak terjadi bencana alam, kecuali manusia mau bertobat dan kembali kepada system nilai Al Qur’an.

Pakde, kembali ke topik KDRT, system nilai yang bagaimana yang seharusnya?

Bukankah sudah disebutkan dalam QS An Nisa 4 ayat 34: Kaum laki-laki adalah pemimpin/pelindung bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Laki-laki sebagai pemimpin berkewajiban untuk memastikan tujuan yang sejati bisa diwujudkan. Sayangnya di zaman sekarang suami cenderung bersikap keras dan angkuh, sedangkan istri cenderung memaksakan keinginan kepada suaminya. Padahal untuk suami, sudah ada peringatan dari Allah, yaitu Allah tidak mencintai orang-orang yang banyak lagak (mukhtal) lagi tinggi omongannya (fakhur). Sedangkan untuk istri, Rasulullah (s.a.w.) bersabda, “Celakalah seorang suami yang menjadi budak istrinya.”

Lalu bagaimana seharusnya sikap suami kepada istrinya dan sebaliknya, pakde?

Bukankah sudah diterangkan dalam QS An Nisa 4 ayat 19: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut (ma’ruf). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. Dari informasi ini, kita mengetahui bahwa sebagai suami harus bersikap:

1.     Tidak menyusahkan istri karena hendak mengambil kembali apa yang telah diberikan,

2.     Bersedia bergaul dengan istri secara ma’ruf dan

3.     Berjuang menggali kebaikan (khairan) yang banyak dari istrinya.

Makna ma’ruf berarti mengenal, lawan kata dari munkar. Mengenal juga berarti mengerti. Berarti suami wajib berusaha mengerti akan istrinya. Bukankah melakukan suatu aktifitas tanpa pengertian disebut ngawur atau bahkan gila? Dengan demikian suami istri wajib bergaul dengan saling pengertian, bukan dengan watak keras lagi angkuh. Salah satu contoh akhlak Rasulullah (s.a.w.) dalam menghadapi istrinya dikisahkan sebagaimana berikut:

Pada suatu waktu, ‘Aisyah (r.a.) marah-marah kepada Rasulullah (s.a.w.) sehingga berbicara keluar batas, “Engkaukah yang mengaku seorang Nabi?”

Mendengar ucapan ‘Aisyah (r.a.) beliau hanya tersenyum dengan penuh kesabaran. Lalu beliau bersabda, “Aku tahu saat engkau marah dan saat engkau ridha.”

‘Aisyah (r.a.) berkata, “Bagaimana engkau mengetahui hal itu?”

“Jika engkau ridha, engkau berkata, “Tidak, demi Tuhan Muhammad. Akan tetapi, jika engkau marah, engkau berkata, “Tidak, demi Tuhan Ibrahim.”” Jawab Rasulullah (s.a.w.).

Lantas ‘Aisyah (r.a.) berkata, “Engkau benar, aku memang menghindari namamu, jika sedang marah.”

Rasulullah (s.a.w.) berkata, “Aku bagimu seperti Abu Zar’in kepada Ummu Zar’in. Hanya saja aku tidak menceraikanmu.”

Makna berusaha untuk lebih banyak menggali kebaikan dari pasangannya, bukan memperbanyak mencari kesalahan adalah untuk mencegah perselisihan. Sudah menjadi keniscayaan bahwa dalam kehidupan suami istri, pasti ada kesenangan dan ada kesusahan. Keduanya adalah untuk saling menyempurnakan, bukankah dibalik kesusahan ada kecerdasan, kekuatan dan tekad yang bisa dipetik? Sedangkan pada kesenangan kita seolah beristirahat setelah lelah menghadapi penatnya kehidupan? Rasulullah (s.a.w.) bersabda, “Barangsiapa bersabar atas  keburukan akhlak istrinya, Allah akan memberinya pahala sebagaimana pahala yang diberikan Nabi Ayub (a.s.) atas kesabarannya menanggung ujian. Barangsiapa bersabar atas keburukan akhlak suaminya, Allah akan memberinya pahala sebagaimana pahala yang diberikan kepada Asiyah (r.a.) istri Fir’aun.”

Sedangkan sang istri berkewajiban untuk taat dan memelihara/menjaga diri di saat sang suami tidak berada di tempat. Jangan sampai menjadikan suami sebagai budaknya, yaitu dengan segala strategi dan cara agar menuruti kemauannya.

Oleh karena itu marilah kita berdoa kepada Allah, agar ditolong untuk bisa mengamalkan system nilai Al Qur’an tersebut dan bukan memohon kepada Allah hanya agar dihilangkan segala masalah dan diberi rezeki yang banyak. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)