Manusia selalu merasa kekurangan,
sehingga dia selalu menyibukkan diri dalam upaya untuk memenuhinya. Meski
nantinya terpenuhi, selalu akan muncul perasaan kekurangan lagi dan akan begitu
seterusnya. Berhentinya mereka bilamana sudah masuk liang kubur. Ini sudah
tertanam di pikiran bawah sadar manusia. Sedangkan pikiran bawah sadar akan
membangun system kepercayaan yang cenderung tidak logis dan tidak kritis,
sehingga sangat sulit untuk diubah ke arah kebenaran yang hakiki.
Manusia cenderung lupa diri, hidupnya
akan digunakan untuk mengejar kekayaan. Kekayaan adalah apa yang dimilikinya
atau asset atau akumulasi. Akibatnya kebanyakan manusia punya asset, tetapi
tidak memiliki daya beli atau kecukupan, seperti petani. Pola pikir seperti
membuat orang terjebak kepada kredit bahkan riba.
Islam padahal sudah menjelaskan
perihal pengelolaan keuangan secara tersirat, yaitu dalam firman Allah (S.W.T.) dalam QS An Nisaa 4 ayat 32: Dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan
(aghniy) dan memberikan kecukupan (aqniy). Kekayaan dan kecukupan bisa
dijelaskan dengan menggunakan rumus keuangan, yaitu:
Pemasukan
– Pengeluaran = Asset
Atau bisa juga menggunakan rumus
kekekalan massa, yaitu:
Input -
Output = Akumulasi
Dengan rumus di atas, diharapkan
manusia bisa terbantu dalam pengelolaannya.
Rumusan di atas bisa dimaknai bahwa
tidak ada keterbatasan dalam hal mencari kekayaan dan kecukupan. Ini
menunjukkan kebesaran Ilahi. Sebagai akibatnya manusia akan terus-menerus
mengejar keduanya, akibat dorongan emosi (ghodhob) dan ambisi (syahwat) hingga
masuk liang kubur.
Sikap qana’ah adalah solusi dalam
mengatasi dorongan tersebut. Qana’ah yaitu sebagaimana penjelasan Jibril
(a.s.): “Qana’ah berarti engkau merasa
cukup dengan apa yang engkau terima dari duniamu; engkau merasa cukup dengan
yang sedikit dan bersyukur atas yang ala kadarnya.” Penjelasan
ini menegaskan firman Allah (S.W.T.) dalam
QS Ats Tsakatsur 102 ayat 1~8: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui,
dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu
mengetahui dengan ilmul yaqin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahiim dan kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.
Salah
satu penghambat yang membuat seseorang tidak bisa bersikap qana’ah adalah iri
hati. Allah (S.W.T.) berfirman dalam QS An Nisaa 4 ayat 32: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa
yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian
yang lain. Bagi laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan dan
bagi para wanita ada bahagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Oleh karena itu marilah kita
membangun sikap qana’ah, yaitu selalu merasa cukup dengan yang sudah ada dan
mensyukurinya serta menghindarkan diri dari iri hati.
Mutiara Papahan, 6 Ramadhan 1444 H