Bukankah indra
a5’ hanyalah kemampuan menginderai, dimana outputnya hanyalah berupa sebutan
ini atau itu?
Bukankah output
dari indra a5’ dinilai oleh penilaian hati a5’’ dengan baik atau buruk, lalu
bisa menimbulkan keinginan hati a6’’?
Kalau begitu,
bukankah eksistensi atau keberadaan akan sesuatu adalah ada, bilamana
dinyatakan oleh pikiran a7, yaitu ada dalam memori a5’’’ yang disebut dengan
pengetahuan dalam wujud kesan / gambaran atau sebutan atau simbol?
Bukankah itu
adalah kegiatan dari diri yang menyaksikan? Yang menyaksikan bagaimana indra
a5’ menyampaikan ini atau itu, menyaksikan bagaimana penilaian hati a5’’
menilai baik atau buruk, menyaksikan bagaimana keinginan a6’’ muncul dan
menyaksikan bagaimana memori a5’’’ menyampaikan pengetahuan yang diterimanya. Bukankah
kemudian diri yang menyaksikan menyatakan kesaksiannya?
Bagaimanakah
menyatakan keberadaan Rabbul ‘alamin?
Bukankah sang
diri sudah bersaksi atau bersyahadat bahwa Dia adalah Rabb-nya? QS
A’raaf 7 ayat 172: Dan (ingatlah), ketika
Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (anfusihim): "Bukankah Aku ini
Rabb-mu?" Mereka menjawab: "Betul, kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini. Padahal dia masih
berupa sperma (yang ditempatkan pada sulbi bapaknya) dan belum dihembuskan
Ruh-Nya serta belum memiliki otak [bukankah setiap wujud membawa memori dari asalnya?
Bukankah memori ini sama dengan memori a5’’’ yang ada pada otak a7 manusia?].
Bukankah kita
semua pernah mengalami out of body experience? Misalnya saat kita tidur
atau pingsan. Bukankah kita bisa menjawab pertanyaan orang-orang bahwa kita
tidak tahu, tidak ingat dan lain-lain, namun raga kita masih bernafas atau
ruhnya belum dicabut?
Kalau begitu,
bukankah sang diri telah menyaksikan keberadaan Yang Menciptakan alam semesta?
Yang mana? Yang
menciptakan dan menyempurnakan alam semesta. Yang mana sih? Yang ini, Yang itu.
Yang mana sih?
Yang merupakan tempat kita semua kembali.
Yang mana,
membingungkan? Yang disebut oleh para Nabi dengan Allah.
Papahan, 29 Feb 2024 / 19 Sya’ban 1445
Tidak ada komentar:
Posting Komentar