Hamba berlindung kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk. Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Dzat yang tetap memberi petunjuk makhluk-Nya meski
tahu kebanyakan dari mereka akan mengabaikan. Salam dan sholawat bagi Nabi
Muhammad (s.a.w.) hamba-Nya yang menjadi rahmatan lil alamin dengan kasih
sayang. Demikian pula untuk keluarga dan keturunannya.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah (r.a.) bahwa suatu ketika
Rasulullah (s.a.w.) bercerita: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha
Agung sangat mencintai kepada para hamba-Nya yang:
o Bersih hatinya
(tidak suka ghibah, tidak mengejar manfaat duniawi belaka, tidak sombong, tidak
ujub, tidak suka iri apalagi dengki, berbelas kasih kepada yang terkena musibah
dan tidak mencari kemasyhuran),
o Selalu
bersembunyi,
o Selalu berbakti,
o Tidak pernah
mengatur rambut kepalanya,
o Raut mukanya
kelihatan berdebu,
o Selalu lapar
perutnya,
[Rasulullah (s.a.w.) tidak mengisyaratkan pentingnya nasab.
Barangkali dengan meninggikan nasab akan menjadi pemicu orang lain merasa lebih
inferior. Dan ini melenceng jauh dari Islam yang mengutamakan kesetaraan bagi
semua orang. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya (QS Al Hujurat 49
ayat 13).]
Yaitu orang-orang yang:
o manakala mereka
diminta untuk datang kepada para penguasa, mereka tidak mau memberi kesempatan,
o manakala mereka
dipinang oleh wanita-wanita cantik, mereka tidak mau menerima dan tidak
bersedia menikahi,
o manakala mereka
pergi, tiada orang yang merasa kehilangan,
o manakala mereka
datang, maka tiada sambutan yang menggembirakan,
o manakala mereka
sakit, tiada orang yang menjenguk,
o manakala mereka
wafat, tiada orang yang mengunjungi.”
“Wahai Rasulullah (s.a.w.), bagaimana kita mengenal salah seorang
dari mereka?” tanya para sahabat.
“Salah seorang dari mereka adalah Uwais bin Amir Al-Qarni (r.a.).”
Jawab Rasulullah (s.a.w.).
“Bagaimanakah ciri-ciri Uwais Al-Qarni (r.a.) itu?”
“Dia adalah seorang yang raut mukanya kelihatan pucat, kulitnya
putih kemerah-merahan, lapang dadanya, tingginya sedang, raut mukanya cukup
manis, selalu mendekatkan janggutnya kea rah dada, selalu melihat ke arah
tempat sujudnya, selalu meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya, selalu
menangisi dirinya, hanya mempunyai dua potong pakaian dan tidak punya pakaian
lain selain itu, dia mengenakan pakaian sarung dari bulu dan selendang dari
bulu, dia tidak dikenal oleh para penghuni bumi, tetapi dia dikenal oleh para
penghuni langit, seandainya dia bersumpah tentu dia tepati dalam sumpahnya.
Ingatlah bahwa di bawah Pundak kirinya terdapat kulit putih yang mengkilat,
ingatlah kelak di hari Kiamat akan dikatakan kepada sekalian hamba, “Masuklah
ke Surga.” Dan dikatakan kepada Uwais Al-Qarni (r.a.), “Diamlah! Berikan
syafaat!” Maka Allah berkenan memberikan izin kepada Uwais Al-Qarni (r.a.) untuk
memberikan syafaat kepada golongan sejumlah suku Rabiah dan suku Mudhar.”
“Wahai Umar (r.a.), wahai Ali (k.w.), jika engkau berdua dapat bertemu
dengan dia, mintalah kepada dia agar dia memintakan ampunan kepada Allah untuk
kalian berdua. Tentu Allah akan memberikan ampunan terhadap kalian.” Lanjut
Nabi (s.a.w.).
[Uwais (r.a.) belum pernah bertemu Nabi (s.a.w.) meski hidup sezaman. Namun tidak menghalangi Uwais (r.a.) bisa menjadi hamba yang dicintai Allah SWT. Dan kita tidak tahu pasti amalan apa yang telah membuatnya dicintai Allah SWT. Namun hadits ini menyemangati kita yang hidup tidak bertemu Nabi (s.a.w.), bahwa kita juga memiliki potensi yang sama untuk dicintai Allah. Untuk menjadi dicintai Allah tidak perlu menjadi orang lain, cukup dengan menjalani fitrah kita masing-masing untuk berjuang meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan selalu membersihkan hati (tazkiyatun-nafs).]
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Salamun 'ala minat-taba'al-huda.
Papahan, 4 Ramadhan 1446 / 4 Maret 2025
Referensi :
1. Samsul Munir Amin, Kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar