Pada setiap wujud selalu terdapat
kekuatan atau kemampuan (qudrat) yang membuat wujud tersebut ada, bahkan ada
yang memiliki kemampuan beraktifitas. Tanpa adanya qudrat tersebut, maka wujud
tersebut akan hancur musnah. Kekuatan tersebut berada pada inti atau
sang diri dari masing-masing perwujudan, yaitu diwakili oleh sayanya. Keberadaan qudrat ini bisa dikenali
dengan daya (a5) berupa indra dan
motorik seseorang.
Daya tersebut juga memunculkan adanya
penilaian seperti positif-negatif, sehingga seseorang cenderung suka meremehkan, mencela, tidak menghormati
kepada yang berbeda posisinya. Sampai kemampuan mereka dicabut atau mengalami
musibah atau mendapatkan pencerahan, sehingga mereka menyesali dirinya, seperti
digambarkan QS Al Qiyamah 75 ayat 2, “Dan Aku bersumpah dengan jiwa (diri) yang
amat menyesali (an nafs al lauwwammah).” Suluk Linglung menggambarkannya dengan
warna kuning, “kuwasane neng gulang sebarang,
cipta kang becik dadine, panggawe amrih hayu, ati kuning ingkang ngadhangi,
mung panggawe pan rusak, linantur jinurung.”
Akibat penilaian positif – negatif, orang
tidak sadar bahwa dia berada di jurang kesesatan, sebagaimana
firman Allah dalam QS Al Mu’minuun 23 ayat 52-54, “Sesungguhnya ini adalah
agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka menjadikan agama mereka
terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada sisi mereka. Maka biarkanlah mereka dalam
kesesatannya sampai suatu waktu.”
Bahkan berada di jurang kemusyrikan,
sebagaimana firman Allah dalam QS Ar Ruum 30 ayat 30-32, “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan
bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah sholat dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.”
Permasalahan hidup yang dialami manusia
akan memaksa manusia untuk kembali ingat kepada Allah, melalui munculnya
pengetahuan akan ketidak-mampuan dirinya. Sang diri yang mengetahui
ketidak-mampuannya akan hadir meminta pertolongan kepada yang dianggapnya mampu
menolongnya. Bilamana yang dituju adalah Allah dan muncul sikap bersedia
menyembah kepada Allah dengan ketundukan diri melalui sikap menghormati-Nya,
maka iman mulai terbit dalam dirinya. Tempat
di dalam diri yang memiliki kemampuan penilaian ini disebut dengan qalbu. Ali (kw)
menyebutkan bahwa qalbu merupakan tempat terbitnya keimanan kepada Allah,
sebagaimana firman Allah dalam QS Al Mujaadilah 58 ayat 22, “.... Mereka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati (qalbu) mereka dan menguatkan mereka dengan ruh yang datang
daripada-Nya. ....”
Bilamana menyadari bahwa orang tidak mampu dan mengetahui bahwa ada
Allah yang memiliki kemampuan tak terbatas, maka tubuhnya secara fitrah akan menghormat dengan
tunduk, dengan ruku’
hingga akunya pun ikut tunduk menghormat kembali kepada Yang Kuasa. Berbeda dengan mereka yang mendustakan
karena yakin dengan kemampuan pribadinya. Digambarkan
dalam QS Al Mursalatin 77 ayat 47-48, “Kecelakaan
yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Dan apabila dikatakan kepada mereka:
"Ruku’lah”, niscaya mereka tidak mau ruku'.”
Melalui sikap menghormat dan menyadari
bahwa orang sebenarnya tidak berkemampuan, maka akan
mendorongnya berhenti dari sikap mencela, baik
mencela orang lain maupun diri sendiri. Maka pantaslah Allah memerintahkan
untuk ruku’ sebagaimana disebutkan dalam QS Al
Mursalatin ayat 47-48 di atas. Orang berkehendak menyerahkan daya
(a5) kepada Allah, hingga akunya ikut. Karena sesungguhnya, kemampuan tersebut adalah milik Allah sendiri yang tak terkalahkan, Subhana Rabbiy Al ‘Azhim.
Oleh karena itu marilah ruku’ untuk
menghormat kepada Allah, berikan penghormatan diri tersebut kepada Allah sampai
disambut-Nya. Dan tanamkan keimanan kepada Allah
hingga ke dalam diri kita, sampai
tercelup qudratnya ke dalam qudrat Allah yang tak ada batasnya dan kembalikan
kepada Sang Pemilik qudrat. Yaa Allah semua wujud, semua kejadian adalah bentuk
kekuasaan Engkau yang tak terkalahkan, tak terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar