Seseorang di kala mengalami permasalahan, sering menjadi kalut lalu datang
kepada orang pinter. Oleh orang pinter diberi amalan, semisal membaca asma ul
husna sebanyak sekian kali. Seolah asma ul husna ini merupakan kunci otorisasi
untuk menggunakan Qudrat / Kekuasaan Allah demi mencapai keinginannya.
Namun ingatlah pesan Allah dalam Al Qur’an surat Shaad 38 ayat 82:
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan
menyesatkan mereka semuanya, ...”
Penggunaan kekuasaan / Qudrat Allah sama saja dengan meniru Iblis,
sedangkan Iblis adalah musuh yang nyata bagi kita. Oleh karena itulah Allah
tidak akan suka dengan mereka-mereka yang melakukan pendekatan kekuasaan.
Mereka ini menyimpang dari kebenaran dan secara berangsur-angsur akan diseret
ke neraka tanpa menyadarinya.
Penggunaan kekuasaan inilah yang dimaksud dengan istidraj.
QS Al A’raaf 7 ayat 180-186:
Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna,
maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.
Dan di antara orang-orang yang
Kami ciptakan ada umat yang memberi (mengikuti) petunjuk dengan hak, dan dengan
yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.
Dan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur
(sanastadrijuhum), dengan cara yang tidak mereka ketahui.
Dan Aku memberi tangguh kepada
mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.
Apakah (mereka lalai) dan tidak
memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad
itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.
Dan apakah mereka tidak
memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah
dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah
lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
Barangsiapa yang Allah
sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah
membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
QS Al Qalam 68 ayat 44:
Maka serahkanlah kepada-Ku
orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (sanastadrijuhum) dari arah yang tidak mereka
ketahui.
Demikian pula mereka-mereka yang melatih penglihatan
bathin mereka. Mereka menggunakannya untuk melihat hal-hal yang gaib, seperti
membaca pikiran orang lain, membaca masa depan dan lain-lain. Menyenangkan!
Memang tak dipungkiri.
Namun pernahkah terpikirkan bagaimana kita bisa meyakini
bahwa yang kita baca tersebut benar? Sedangkan sang pembaca lupa memperhatikan
siapa yang memberikan informasi tersebut.
Kita tidak tahu kalau tidak diberi tahu oleh indra. Kita
juga tidak tahu bila tidak dijelaskan oleh pikiran. Kita pun juga tidak tahu
bagaimana mengaktifkan adanya yang menyaksikan dalam diri kita. Apalagi
pengetahuan kita tentang Sang Rabb, Pencipta alam semesta. Dengan ketidak-tahuan
ini, maknanya adalah mereka-mereka yang suka membaca berada dalam jurang bahaya
ketertipuan.
Mereka-mereka inilah yang kami khawatirkan sedang dilulu
(istidraj) oleh Sang Rabb berdasarkan ayat-ayat di atas, karena menyimpang dari
kebenaran dalam menggunakan nama-nama Allah.
Menurut hemat kami, yang benar dan bisa dipastikan
kebenarannya adalah informasi dari Sang Rabb. Oleh karena itu, perlu bagi kita
untuk berjuang menemui Sang Rabb, untuk mengenal-Nya. Dengan pengenalan
tersebut, maka kita akan memahami bahwa informasi tersebut diberikan-Nya kepada
kita setiap saat. Informasi-informasi yang ditebarkan-Nya adalah untuk kita
semakin mengenal-Nya, semakin yakin akan tak terbatasnya tebaran nikmat-Nya,
semakin mengenal kebesaran-Nya.
Adalah lebih baik menunggu mendapatkan informasi dari
Allah daripada berjuang membaca. Karena informasi yang berasal dari Allah
adalah hak dan tidak akan membuat kita menjadi merasa menjadi “seseorang”.
Jadi adalah lebih baik untuk berjuang menjadi hamba yang
disukai Sang Ilah melalui kepatuhan dan kesetiaan untuk menjadi pelaksana atas
semua perintah-Nya (khalifah) dan menjadi saksi
atas DiriNya.
Banyuwangi, 24 Agustus 2014