Menurut kami Islam itu keselamatan. Sehingga sudah
menjadi fitrah semua manusia untuk mendapatkan keselamatan. Jadi semua manusia
ingin menjadi Islam, ingin selamat. Namun diingat, selama kita masih hidup di
dunia ini berarti kita ini masih belum selamat, masih berjuang dalam rangka
memperoleh keselamatan.
Islam itu diajarkan oleh Allah Sang ‘Alim, Sang Rabb
Al Karim melalui perantaraan alam sebagai bacaan dan malaikat sebagi utusan.
Diajarkan kepada seluruh umat manusia melalui Sang Utusan atau Rasul Allah.
Dengan demikian Islam itu harus logis, harus memakai ilmu. Sehingga kami
menyebutnya dengan istilah Islamologi, yaitu pengetahuan tentang Islam. Jadi
Islam harus rasional.
Kembali kepada makna Sang Utusan, kalau kita
mempersonifikasikan Sang Utusan kepada sosok tubuh nabi Muhammad saw kita
menjadi kehilangan logika. Bagaimana bisa sosok yang hidup pada abad 6-7 Masehi
bisa menjadi rahmat bagi alam semesta, bagi seluruh umat manusia. Namun kalau
seandainya kita menggunakan akal pikiran kita, maka semua materi, semua
peristiwa dalam alam ini memberi kita pengertian, memberi kita pengetahuan.
Dari panas, udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, manusia dan lain-lain semuanya
memberikan pengetahuan kepada kita. Karena pengetahuan itu adalah pencerahan,
maka saya menandainya dengan istilah cahaya atau nur. Kenapa kita menggunakan
istilah nur yang merupakan pantulan cahaya? Karena semuanya berasal dari Sang
Rabb Al Karim. Dan karena yang menyampaikan pengetahuan pasti menjadi yang saya
puji, maka semuanya ini adalah nur yang terpuji atau Nur Muhammad.
Kembali kepada pembahasan masalah keselamatan, agar
orang bisa selamat, maka syarat pertama adalah harus mengetahui. Mengetahui
diri sendiri, mengetahui obyek yang akan dijadikan maksud/arah/qiblat atau
tujuan/sasaran/bait bahkan mengetahui siapa yang kuasa bisa memberi kita
keselamatan. Syarat yang kedua, tentunya kita harus mampu atau memiliki kuasa
untuk menyelamatkan diri. Yang ketiga, tentunya kita berkehendak untuk
menyelamatkan diri. Dan yang terakhir, Yang Kuasa tadi juga bersedia
menyelamatkan kita.
Sebagai contoh kita ditawari minuman oleh seseorang.
Kalau kita tidak tahu bahwa itu racun, bisa jadi kita tidak selamat. meski kita
sudah tahu bahwa itu adalah racun, namun kita tetap nekad meminumnya, maka kita
bisa tidak selamat. Demikian juga kita sudah tahu dan memiliki kuasa untuk
tidak meminumnya, namun kita tetap ingin meminumnya, ya bisa jadi kita tidak
selamat. Meski semuanya memungkinkan kita tidak selamat, namun kalau Yang Kuasa
tetap memberi kita selamat, maka mutlak kita akan selamat.
<script data-ad-client="pub- |
.com/pagead/js/adsbygoogle.js" |
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa alam keselamatan
adalah alam terang, alam dalam naungan cahaya. Bukankah dengan cahaya, semuanya
menjadi nampak kecuali yang gaib. Itulah makna dari orang berilmu yang artinya
telah mendapatkan pencerahan dari Sang Alim.
Sebagai penganjur keselamatan, tidak sepantasnya kita
membawa umat kepada alam kegelapan, alam keraguan. Alam kegelapan akan
menghasilkan dunia gelap, untuk bergerak pun kita harus meraba-raba atau bahkan
tidak bisa sama sekali. Anggaplah alam gelap sebagai alam A10, alam keraguan
kita sebut sebagai alam A9 dan alam pengetahuan kita sebut sebagai alam A8,
maka setiap manusia harus memposisikan dirinya dalam alam A8 >> A9
>> A10.
Sayangnya kita sekarang dalam posisi terbalik,
pengajaran Islam membawa kita kepada alam A10 >> A9 >> A8. Dan
kalau kita melihat sejarah, kenapa selama berabad-abad masyarakat yang
memposisikan diri seperti ini selalu terjajah oleh mereka yang memposisikan
diri pada alam A8 >> A9 >> A10? Contoh sekarang dunia barat
menguasai dunia timur. Zaman dulu setelah Nabi Muhammad saw menyampaikan
risalahnya, dunia Islam menguasai dunia.
Wahai umat manusia, kembalilah kepada fitrah dirimu,
yaitu menggunakan sarana yang dimiliki untuk mewujudkan cita-cita secara terhormat.
Bukankah dalam Al Fatihah, kita ingin jalan yang diberi nikmat, bukan jalan
yang sesat lagi dimurkai? Dan itu adalah bukan alam kegelapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar