Mencegah Sabdopalon Menghancurkan Wong Jowo

Eyang Semar, sesosok yang penuh dengan kelembutan berciri khas tangan kiri diletakkan di balik punggungnya:

Beliau mengucapkan, “HA NA CA RA KA - DHA TA SA WA LA.” [Yang diabadikan dalam bentuk Aksara Jawa, yang bila diterjemahkan bermakna, “ADA UTUSAN - PADA BERTENGKAR.”]

Menyebut Sang Gusti ingkang Murbehing Dumadi, dengan tangan kanannya menunjuk ke dada, lalu menanyakan apa yang ada dalam dadamu?

Beliau menjawab sendiri, “Di dalam dada ada kosong. Siapa yang menggerakkan tangan menunjuk ke dada? Kosong. Siapa yang kosong? Yang kosong adalah yang berisi, yaitu Yang Murbehing Dumadi, Yang Meliputi Alam Semesta.”

Sambung,

Beliau menyatakan sudah sambung, menerima  silahturahmi ketauhidan.

Sambung tauhid, sambung iman ... dengan silahturahmi.

Mengingatkan, meluruskan, menyatukan dengan keyakinan.

Berat … menjalaninya ….

Jaga ... jagalah kalimu / sungaimu ... kalijogo.

Dijaga kali (sungai) tauhid melalui dakwah ….

Dijaga thuk [sampai ke] laut ... dijaga hingga kembali ke lautan.

Thuk ... dithuthuk (dipukul) gamelane ....

Thuk ... dithuthuk untuk kembali ....

Thuk ... dithuthuk, yang nggak mau kembali bakal dithuthuk ... (dapat balasan atas amal perbuatannya atau diberi bencana agar mau kembali kepada Ingkang Murbehing Dumadi / Yang Meliputi).

Gusti Allah,

Maha Besar, Maha Kuasa, Pemurah dan Maha Kerso (yang Memiliki Kehendak)

Yang menjadikan sesuatu dengan ijin-Nya (Ridho dan Kekuasaan-Nya).

Jika Allah berkehendak membuat sesuatu maka, hanya dengan, “Jadi!” Maka terjadilah apa yang dikehendaki-Nya.

Mawas diri,

Eling kepada diri, siapa diri kita dan asal usul kita ….

Hendaknya sebelum tidur kita kembalikan semuanya kepada Allah ….

Yang menidurkan dan Yang menghidupkan kembali ….

Saat bangun tidur, mata kita masih utuh, jantung berdetak, nafas berhembus ….

Semuanya masih utuh, bagaimana kalau bangun tidur mata kita cuma satu, hidung tertutup ….

Semuanya ada yang menggerakan, mengatur dan menghidupkan ….

Subhanallah ... sungguh manusia tidak punya kuasa sedikitpun ... sangat lemah

Semuanya milik Gusti ….

Apa yang dibanggakan, apa yang disombongkan ….

Barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya ….

Tugas dakwah, berjalan di jalan Allah harus dengan keyakinan tanpa keraguan ….

Perjuangan Rasulullah saw dan para wali sudah sedemikian berat dan melalui perjalanan yang panjang penuh rintangan ….

Sekarang kita tinggal melanjutkan apa yang sudah diwariskan ….

Setiap tahun Allah menurunkan dan memilih para utusannya … untuk menyampaikan dakwah ketauhidan ….

Sambung atau silahturahmi dengan para Auliya, dengan tujuan untuk saling mengingatkan dan memperkuat, memotivasi agar tetap kokoh berpegangan pada Allah.

Begitulah wejangan Eyang Semar untuk kita bermawas diri, melihat diri kita, asal usul kita, sehingga kita mengenal siapa diri kita.

[Wejangan Eyang SEMAR, Sugihwaras – Jenu - Tuban, 3 Maret 2007]

Kami bersama teman-teman melakukan eksplorasi tokoh-tokoh sejarah maupun tokoh-tokoh klenik dalam rangka menggali kebenaran dan mendengarkan nasehat mereka sebagai pelajaran. Informasi yang dikumpulkan bukan dianggap sebagai kebenaran, namun sebagai opini beliau.

Metodologi yang kami gunakan bisa berupa dialog bathin yang sifatnya hanya pribadi, bisa juga dengan cara mediumisasi melalui teman-teman yang bersedia. Cara memanggilnya adalah dengan memanfaatkan keberadaan, yaitu keberadaan sesuatu ditandai dengan asma-af’al-sifat-dzat. Dalam kasus eyang Semar ini, kami menggunakan metode mediumisasi melalui asmanya. Kelemahan dari penggunaan asma ini adalah bisa ditipu oleh para pengaku. Idealnya adalah menggunakan af’alnya yang sudah terbukti. Permasalahannya adalah kita tidak mengetahui af’alnya.

Dari wejangan beliau, eyang Semar ini menampilkan seorang yang berbudaya berketuhanan, dengan Tuhannya yang beliau sebut dengan Allah. beliau mengajak untuk melanjutkan tugas dakwah ketauhidan, yaitu mengajak ke Allah.

Informasi ini jauh berbeda dengan penelusuran melalui relief candi Sukuh ataupun kitab-kitab lama, sebagaimana di bawah:



Dikisahkan dalam kitab Paramayoga, nenek moyang Semar atau Janggan Smarasanta adalah Sang Hyang Wenang yang konon berasal dari asrar benih Nabi Sis as dengan putri Idajil yang disabda menjadi makhluk astral yang memiliki kahyangan di Himalaya India. Pada zaman Nabi Isa as, ada sahabat yang mengingatkan Nabi Isa as untuk memerangi keturunan Idajil yang menjadi sesembahan bangsa India. Nabi Isa as kemudian membuat burung merpati yang kemudian dihidupkan dengan izin Allah, lalu terbang menyerang kahyangan di Himalaya. Perihal Nabi Isa membuat merpati dari lempung tertulis di QS Al Maidah 5 ayat 110. Para dewa kemudian lari mengungsi ke Jawa menunggu Nabi Isa as wafat/naik ke langit. Selama masa mengungsi di Jawa itulah tokoh eyang Semar muncul dan menjadi pengasuh para penguasa Jawa. Eyang Semar ini juga disebut dengan Sabdopalon yang paska Islam masuk ke Jawa berjanji akan kembali dalam 500 tahun untuk membawa orang Jawa kembali kepada agama budhi dan mempersiapkan kedatangan tuannya yang bermata satu yang kami anggap sebagai Dajjal.

Jejak-jejak sejarah eyang Semar ini bisa ditemui di puncak gunung Muria dimana banyak ditemui situs-situs para dewa yang lari dari India atau Hindustan, seperti petilasan Sang Hyang Wenang, Resi Abiyoso, Dang Hyang Semar . Petilasan eyang Semar juga bisa ditemui di tempat-tempat lain di Jawa dan tidak ada di India atau Hindustan. Bagi kami setiap berinteraksi dengan petilasan-petilasan keturunan Idajil selalu ada serangan yang membuat badan kami terasa sedang terbakar, seperti orang sakit demam atau panas dalam.

Bagaimana kita mensikapi dua informasi yang saling bertentangan?

Adalah wajar bahwa pada setiap peristiwa atau kejadian selalu terdapat dua nilai, yaitu positif dan negatif. Janganlah terjebak kepada salah satu dari dua penilaian tersebut, bisa-bisa kita dicap musyrik oleh Allah Yang Maha Kuasa. Ingatlah bahwa dibalik positif dan negatif terdapat cipta alam. Dibalik cipta alam ada sabda alam. Dan dibalik sabda alam ada cita alam. Dimana cita alam berasal dari kehendak atau izin Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu marilah kita petik pengertian atas peristiwa ini. Dan bilamana perlu kita tunggu informasi atau fakta-fakta selanjutnya dengan memperhatikan azas kehati-hatian. Ingat target kita adalah mencapai kepastian. Selama masih meragukan, maka jangan dipercayai. Cukup dijadikan dongeng dulu dan hindari hal-hal yang bisa merugikan hidup kita.

Yang perlu diperhatikan adalah ancaman Sabdopalon untuk menghancur-leburkan orang Jawa bilamana kita sebagai orang Jawa tidak mau mengikutinya. Lima ratus tahun sudah berlangsung semenjak 2017 dan kita akan menyaksikan orang Jawa akan dibawa kepada kelompok-kelompok ekstrem, baik ekstrem nasionalis, ekstrem keduniawian, ekstrem agama, ekstrem spiritualis. Mereka akan dibuat saling bertempur untuk saling menghancurkan. Tulisan ini adalah sebagai pengingat agar kita selalu menggunakan akal pikiran dan hati yang tulus untuk mencegah melawan ancaman tersebut. Meski kita kurang memiliki kuasa untuk mencegah, namun kita harus mengupayakan, dengan dimulai dari diri sendiri. Dan hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa harapan dilindungi kita letakkan. Melalui perlindungan Allah tersebut, maka upaya Sabdopalon akan gagal dan yang ditunggu Sabdopalon, yaitu Dajjal akan hadir dengan kemarahan.

Ya Allah, janganlah Engkau izinkan kami saling menghancurkan. Ikatlah kami dengan kasih sayang Engkau untuk menjadi hamba yang selalu ingat, sadar dan selalu berupaya tunduk patuh kepada Engkau serta menjadi pembukti akan kebesaran Engkau.

Jakarta, 5 Juni 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)