Senin, 25 September 2023

Raga Adalah Baitul Muqaddas

Sang jabang bayi setelah disempurnakan raganya, kemudian Allah menghembuskan ruh-Nya, hingga paru-parunya pun berfungsi dan raganya pun bergerak. QS Shaad 38 ayat 72: Maka apabila telah Ku-sempurnakan kejadiannya dan Ku-tiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah tersungkur dengan bersujud kepadanya. Lalu Allah mengeluarkan dari perut ibunya dan menganugerahkan kesempurnaan daya dan kemampuan. QS An Nahl 16 ayat 78: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan al fuad, agar kamu bersyukur. Raga memiliki dua kemampuan selain daya raga, yaitu sensorik (indra & somatik) dan motorik (gerak). Sensorik merupakan jendela untuk menyaksikan alam dunia, sedangkan motorik adalah sarana untuk beraktifitas. Daya dan kemampuan adalah milik Allah Yang Maha Kuasa yang dianugerahkan kepada makhluk-Nya yang dikehendaki. Baik sensorik maupun motorik bersifat hanya saat ini, tidak untuk kemarin atau akan datang.

Raga berasal dari tanah bumi, namun awalnya diwujudkan di surga. Bumi berasal dari api, sehingga alam ini disebut sebagai alam api. Di bumi ini engkau dibakar agar dirimu mencapai kematangan yang sempurna dan juga kejelasan. Bukankah api memiliki sifat membakar dan menerangi? Dengan diciptakannya engkau di surga, maka fitrahmu sejatinya adalah pengguni surga. Namun kebanyakan kalian memilih mencintai alam api (dunia) dan kelak neraka.

Raga adalah wujud atau fitrah (bawaan) dirimu, sehingga wajah dan wujud ragamu akan sesuai dan patuh mengikuti fitrahmu. Fitrahmu dibangun dari sikapmu. Ragamu juga membawa dorongan, semisal makan dan bereproduksi (syahwat). Namun jangan sampai engkau terseret oleh emosi dan ambisimu, sehingga makan dan syahwatmu menjadi tidak terkontrol.

Perhatikanlah saat orang mati, mereka tanggalkan raganya sementara waktu dalam alam kubur. Dirinya akan memasuki alam tanpa api, berarti alam gelap dan dingin. Ini menjadi pelajaran bagi yang hidup yang kelak akan menyusul. Di alam gelap dan dingin mereka akan merasakan ketidak-mampuan, kehilangan yang membuatnya menderita. Apalagi ketika menyaksikan dan ikut merasakan raganya dihancurkan setahap demi setahap. Semuanya ini adalah peringatan akan adanya Rabbul `alamin yang seharusnya diakui, bukan diabaikan. Bukankah saat engkau tidak tahu dan tidak mampu, engkau kebingungan dan membutuhkan Sang Penolong?

Bagaimana pula dengan orang-orang yang melatih dirinya mengelola raganya namun tetap tidak bisa mengetahui eksistensi Rabbul `alamin?

Ragamu adalah sarana Ilahi untuk menyempurnakan nikmat-Nya. Melalui ragamu pula Dia menggembleng. Bukankah kesenangan dan kesakitan diderita oleh ragamu. Akibat kesenangan yang diterima ragamu, engkau puas. Saat menerima sakit, engkau menderita. Sehingga sejatinya ragamu itu suci dan tidak pernah salah, dia selalu mengingatkanmu. Jangan dikira bahwa kamu bisa mengelola dirimu sedemikian rupa sehingga saat ragamu didera sakit, engkau bisa melepaskan diri dari penderitaan. Oleh karena itu dosa yang harus kamu tanggung, akan ditanggung berdua antara dirimu dan ragamu. Ibarat orang lumpuh namun bisa menyaksikan bekerja sama dengan orang buta namun bisa beraktifitas. Bisakah raga menolak perintah dirinya? Bisa, misalnya saat sakit lumpuh.

Kecintaanmu akan kamu tumpahkan kepada dirimu dan ragamu sebagai satu kesatuan. Namun kalau engkau memahami bahwa sejatinya adalah totalitas dirimu adalah sama-sama yang dikuasai, maka cinta kepada Allah Yang Maha Kuasa (Mahabbatullah) akan tumbuh. Bilamana dapat ridho, niscaya engkau bisa memasuki syaghaf. Yaitu tempat terbitnya cinta Ilahi dan cinta kepada seluruh makhluk-Nya.

Dengan menjaganya jauh dari kesalahan, maka kamu telah menjaga kesuciannya. Jadi ragamu adalah sejatinya adalah Baitul Muqaddas. Tumbuhkanlah cinta Ilahi pada dirimu melalui ragamu, sehingga semua perbuatanmu kamu tujukan hanya untuk Dia, Lillahi Taala. Tanamkan cinta Ilahi kepada keseluruhan diri dan ragamu melalui sujudmu kepada Allah Yang Maha Tinggi.


Papahan, 08 September 2023 / 23 Safar 1445 H


Minggu, 10 September 2023

Hati / Jantung Adalah Baitul Haram

Sang diri yang sadar dan menyebut dirinya dengan aku, selanjutnya berkendaraan jantung (hati) untuk memulai hidup di alam dunia. Bukankah yang pertama kali aktif dari seorang bayi adalah jantungnya? Yaitu detaknya yang bisa dideteksi dengan alat USG.

Hati merupakan Baitul Haramnya Ilahi, namun juga Baitul Haramnya manusia. Padanya terdapat dua kemampuan selain daya hati, yaitu penilaian (perasaan) dan keinginan. Penilaian dan keinginan yang timbul, sifatnya hanya saat ini, tidak untuk kemarin atau akan datang. Dengan aktifnya jantung dan adanya dua kemampuan ini, maka fenomena ngidam atau keinginan bayi bisa dijelaskan. Namun betulkah bahwa kemampuan ini sudah aktif sebelum ruh Ilahi dihembuskan ataukah itu aktifitas Ilahi sendiri?

Melalui interaksi dengan kedua kemampuan hatinya, maka emosi dan ambisi sang diri akan bereaksi. Emosi bisa bereaksi akibat penilaian yang tidak dia sukai, sehingga membawa kepada kekecewaan bahkan kejahatan. Difirmankan dalam QS Al Anbiya 21 ayat 87 : Dan Dzun Nun ketika ia pergi dalam keadaan emosi (mughaadhiban), lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: Bahwa tiada Ilah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Bisa pula bereaksi akibat penilaian yang tidak dia sukai, namun tidak membawa kepada kekecewaan bahkan bisa menimbulkan kebaikan. Difirmankan dalam QS Asy Syuura 42 ayat 37 : Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji dan apabila mereka emosi, mereka memberi maaf. Penilaian yang disukai, membuat emosi menjadi tenang dan senang, namun akan membuat lemahnya sang diri saat menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.

Hal-hal yang menyenangkan akan menimbulkan ambisi untuk mengejarnya, seperti difirmankan dalam QS Ali Imran 3 ayat 14: Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini (asy syahawati), yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Ambisi yang timbul bisa menjadi liar, seperti difirmankan dalam QS An Naml 27 ayat 55: Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk syahwatmu, bukan wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang jahil.. kalau dibiarkan, maka akan membawa kesesatan, sebagaimana difirman dalam QS Maryam 19 ayat 59 : Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan syahwat, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Bahkan mengajak orang lain sebagaimana difirmankan dalam QS An Nisa 4 ayat 27: Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti syahwatnya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya. Padahal Allah menimbulkan keinginan dalam hatinya adalah supaya bertaubat kepada-Nya.

Karena daya dan kemampuan adalah milik Allah, maka penilaian dan keinginan sejatinya adalah dari-Nya. Jadi semestinya diikuti. Namun karena hawa atau dorongan emosi dan ambisi yang mengilahkan dirinya membuat timbulnya penyimpangan dari mengilahkan Allah menjadi mengilahkan dirinya sendiri.

Oleh karena itu perhatikanlah dirimu! Karena hatimu adalah Baitul Harammu, maka tidak bisa diserahkan kepada siapapun. Kecuali kalau engkau sudah sadar bahwa engkau hanyalah hamba Allah, maka kosongkan hatimu dari selain Dia. Tundukkanlah dirimu dalam sholatmu (ruku) dengan kesadaran bahwa engkau beriman kepada Allah dan tanamkan iman itu sedalam-dalamnya hingga tersentuh qalbumu. QS Al Mujadilah 58 ayat 22: Mereka itulah orang-orang yang menanamkan keimanan dalam hati mereka (quluwbihim) dan menguatkan mereka dengan RuhNya. .  Dan saat engkau bangkit dari ruku (Itidal) akan engkau saksikan betapa semua yang ada ini adalah nikmat Ilahi yang berasal dari kehendak-Nya. QS An Najm 53 ayat 11: Hatinya (al fuwaadu) tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.


Papahan, 04 September 2023 / 19 Safar 1445 H


Jumat, 01 September 2023

Dirimu Adalah Yang Menyaksikan

Siapakahaku?

Aku ada saat aku sadar dan orang orang pun menyadari dan melihat keberadaanku[1]. Saat sadar, mereka bisa berkomunikasi[2] denganku.

Saat aku tidur, berdasarkan firmanNya dalam QS AZ Zumar 39 ayat 42 aku dipegang Allah: Allah memegang jiwa (al-anfusa) ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. Dan orang-orang pun masih bisa sadar dan melihat keberadaanku, walau tidak bisa berkomunikasi denganku.

Saat aku pingsan, aku tidak sadar. Dan orang-orang pun masih sadar dan melihat keberadaanku, walau tidak bisa berkomunikasi denganku.

Saat aku mati kelak, orang-orang akan sadar dan melihat bahwa aku sudah tidak ada, karena sudah tidak bisa diajak berkomunikasi. Padahal aku hanya terpisah dengan ragaku.

Aku kadang-kadang kekurangan kesadaran, seperti linglung, melamun bahkan hilang, meski orang-orang masih bisa sadar dan melihat keberadaanku.

Awal keberadaanku ada menurut orang-orang di sekitarku, saat aku dalam kandungan ibuku. Padahal saat aku masih berupa sperma aku sudah ada, karena aku menjawab pertanyaan Rabb-ku sebagaimana difirmankan dalam QS A’raaf 7 ayat 172: Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (anfusihim): "Bukankah Aku ini Rabb-mu?" Mereka menjawab: "Betul, kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah (ghafiliyna) terhadap ini. Bahkan, aku pernah berada dalam keadaan belum berupa apa-apa sebagaimana difirmankan dalam QS Al Insan 76 ayat 1 : Bukankah telah datang atas manusia (al insani) satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Jadi aku adalah yang dikeluarkan dari DiriNya, kemudian dijadikan sebagai manusia melalui diri ayahku. Saat aku dikeluarkan itulah, maka aku memiliki kesadaran diri sebagai pribadi yang menyadari keberadaanku. Setelah menyadari diri, aku ditanya Rabb-ku dan bersaksi bahwa Dia adalah Rabb-ku. Aku kemudian dianugerahi raga dan dilengkapi dengan daya & kemampuan yang diaktifkan dengan RuhNya yang dihembuskan kepadaku.

Oleh karena itu, marilah kita selalu menjaga kesadaran diri kita secara penuh. Selalu berjuang untuk tidak kekurangan apalagi hilang kesadaran. Meskipun kita akan diuji dengan hal itu, sebagaimana firman Allah dalam QS Al Baqarah 2 ayat 155-157: Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan & kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un.”. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabb-nya dan mereka itulah yang mendapatkan petunjuk. Kekanglah dorongan dirimu melalui penyerahan diri kepada Allah (Islam). Berdirilah dalam sholatmu dengan kesadaran melalui pernyataan misimu (iftitah) dan berdoa semoga dibukakan dadamu (al fatihah) dan dianugerahi dengan cahaya-Nya (Quran adalah nurin)! QS Az Zumar 39 ayat 22: Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah dadanya untuk Islam lalu ia mendapat cahaya (nurin) dari Rabb-nya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya (quluwbuhum) untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.


Papahan, 26 Agustus 2023 / 9 Safar 1445 H



[1] Keberadaan yang dinyatakan oleh indra hanya bersifat saat ini, demikian pula dengan penilaian hati. Namun keberadaan yang dinyatakan oleh ingatan pikiran, bisa terbebas dari ruang dan waktu.

[2] Bukankah komunikasi hanya bisa dilakukan dengan kesadaran?

Persiapkan Dirimu Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Dzat yang...