Otak adalah Baitul Makmur

Sudah sering kita mendengar dikhotomi perihal hati versus pikiran, terutama dalam hal bermakrifatullah. Sampai ada yang kemudian menghakimi agar tidak menggunakan pikiran saat bermakritaullah. Mari kita kupas perihal pikiran, setelah mengupas perihal hati dan raga.

Menurut ahlinya[1],[2], perkembangan otak embrio dimulai pada hari ke 16 setelah pembuahan, diawali dengan pembentukan lempeng saraf (neural plate) yang berkembang menjadi tabung saraf (neural tube). Pada usia 6 minggu, tabung saraf akan menutup, melengkung dan membentuk 3 area menonjol, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang yang kemudian menjadi sumsum tulang belakang (spinal) hingga usia 13 minggu. Saat inilah embrio sudah berubah menjadi janin.

Perkembangan otak janin selanjutnya akan terbagi menjadi otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), batang otak, kelenjar pituitari dan hipotalamus. Pada akhir usia janin 26 minggu batang otak bayi yang berperan dalam fungsi dasar kehidupan sudah hampir matang. Pada akhir usia 40 minggu atau sebelum kelahiran otak mulai berfungsi, dimana otak besar (cerebrum) adalah untuk mengingat, berfikir dan merasakan bagian otak ini, otak kecil (cerebellum) untuk kontrol sensorik termasuk somatik dan motorik, batang otak yang berfungsi sebagai stasiun pemancar yang menghubungkan otak besar ke saraf tulang belakang serta mengirim dan menerima pesan antar berbagai bagian tubuh dan otak, kelenjar pituitari untuk pelepasan horman dan hipotalamus yang mengatur suhu tubuh, isyarat lapar dan haus, tidur dan emosi. Dengan demikian proses pertumbuhan otak adalah paling awal daripada hati dan raga namun selesai yang terakhir.

Setelah dilahirkan, maka kemampuan-kemampuan otak tersebut mulai diaktifkan, semisal pendengaran, penglihatan dan menarik manfaat (al fuad). Otak adalah pusat kontrol, bisa autonom atau ada pengendali, yaitu sang diri. Namun sebagai orang awam, kita bisa mengamati otak kita sendiri. Misalnya otak memiliki kekuatan pikiran, namun juga memiliki kemampuan mengingat atau memori, berfikir dan berakal. Disebut mengingat karena bisa menyaksikan masa lalu, namun esensinya adalah mengetahui. Pengetahuan manusia bisa dalam wujud gambaran atau imej, bisa sebutan bahkan simbol atau rumus dalam rentang waktu dari dahulu, saat sekarang dan kelak. Berfikir adalah memproses data dari pengetahuan, hingga bisa menarik kesimpulan yang umumnya adalah menarik manfaat atau nikmat. Sedangkan akal berfungsi untuk memberikan strategi dan cara bagaimana mewujudkan nikmat tersebut.

Proses perwujudan nikmat tersebut akan mengikuti Rukun Iman, dimana kita akan menerima ide / cita dari Yang Maha Kuasa, sehingga wajib bagi kita untuk iman kepada Allah yang telah memberi kita ide melalui sabda-Nya. Ide tersebut akan dibawa oleh Malaikat yang diciptakan dari cahaya, berarti bersifat menjelaskan akan hakekat ide tersebut, hingga sang penerima ide tersebut memahami dengan jelas. Ide tersebut adalah yang disebut dengan Kitab. Dan utusan-Nya adalah yang menerima ide, yang juga berarti sebagai sang pelaksana. Di saat keimanan dari sang utusan telah mencapai puncak, yaitu bilamana sudah ada gambaran dalam pengetahuanmu, sudah ada pengertian akan nikmat yang akan didapatkan serta akal sudah memberikan strategi dan cara untuk mewujudkan atau sudah mencapai `ilmul yaqin, maka sang utusan menekadkan pada dirinya untuk mewujudkannya melalui aktifitas raganya. Pada tahap ini disebut iman kepada ketentuan Allah (qadha) dan ada upaya mewujudkan (qadar). Semuanya akan terwujud pada waktunya, sehingga kita pun wajib iman kepada Hari Akhir. Jadi pantaslah kalau otak merupakan tempat kesibukan manusia, sehingga disebut sebagai Baitul Makmur manusia. Karena kemampuan adalah bagian dari kuasa, sehingga otak sejatinya adalah Baitul Makmur Ilahi. QS Ats Tsakatsur 102 ayat 1 - 7: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (berteori), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (ilmu teknis). Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan `ilmul yaqin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim (`ainul yaqin). Dan kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.

Memori sejatinya tidak pernah menutupi data (kafir). Pikiran sejatinya tidak pernah berbohong atau mengakali hasil (munafik). Akal sejatinya tidak pernah mendua (musyrik). Lalu siapa yang kafir, munafik dan / atau musyrik? Tentunya sang utusan itu sendiri lah. Karena dia lah pengelola sejati atas dirinya sendiri. Ini akibat lemahnya sang utusan dalam mengelola emosi yang mendorongmu kerasukan dan / atau ambisi yang mendorongmu menjadi kesetanan. Hawa atau dorongan emosi dan ambisi yang mengilahkan dirinya membuat timbulnya penyimpangan dari mengilahkan Allah menjadi mengilahkan dirinya sendiri. Dia lupa bahkan mengabaikan bahwa dia hanyalah utusan, hamba dari Allah. QS Ali Imran 3 ayat 190-191: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi Ulil Albab, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi: Ya Rabb, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka..

QS Al Baqarah 2 ayat 164: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh tanda-tanda bagi kaum yang menggunakan akal.

Oleh karena itu perhatikanlah pikiranmu! Karena pikiranmu adalah Baitul Makmur Ilahi, maka perhatikanlah alam semesta ini dan ikutilah tuntunan yang berasal dari Baitul Makmur. Jadi dengan memi`rajkan dirimu hingga memasuki Baitul Makmur dan mengikuti tuntunan yang diberikan, niscaya engkau akan menerima anugerah kesuksesan dunia dan akhirat tanpa mempermasalahkan apakah dengan hati ataukah dengan akal pikiran. Mengingat sejatinya, dirimulah yang harus diselamatkan. Dirimulah yang melakukan isra` dari Baitul Harammu yang berada dalam hati, menuju Baitul Maqdismu yang merupakan ragamu. Lalu engkau mi`raj menuju Baitul Makmur yang berada di otakmu, dan seterusnya.


Papahan, 10 Oktober 2023 / 25 Rabiulawal 1445 H



[1] Madarina, Adendha, Perkembangan Otak Janin Dalam Kandungan Di Tiap Trisemester, Hellosehat.com, 02/12/2022

[2] Sicca, Pradita Shintaloka, Perkembangan Otak Janin Dimulai Pada Usia Berapa?, Kompas.com, 19/03/2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)