Senin, 22 April 2024

Apa sejatinya makna fuw`ad yang merupakan tempat terbitnya ma'rifatullah?

Di Al Quran terdapat istilah fuw`ad yang diterjemahkan sebagai hati. Namun sejatinya apa yang dimaksud dengan fuw`ad?

Untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya yang sahih dalam menjawab adalah Allah dan Rasulullah SAW yang menerima wahyu berupa Al Quran tersebut. Allah tentunya sudah menjelaskan melalui Al Qur`an dan Rasulullah SAW telah menjelaskan dalam Haditsnya, namun kita akan melakukan penelitian akan istilah tersebut dalam Al Quran itu sendiri.

Tafsir Al Quran per kata memaknanai fuw`ad dengan hati. Dengan terjemahan yang sama dengan qalbu, tentunya akan membingungkan umat. Marilah kita telaah ayat-ayat tentang fuw`ad ini untuk mendapatkan kepastian maknanya.

QS Al An’am 6 ayat 110: Dan Kami memutar-balikkan (wanuqallibu) hati mereka (af`idatahum) dan penglihatan mereka sebagaimana mereka tidak beriman kepadanya, pada pertama kali dan Kami biarkan mereka dalam kedurhakaan kebingungan.; dan pada ayat 113: Dan supaya cenderung kepadanya hati (af`idatu) orang-orang yang tidak beriman kepada hari Akhirat dan supaya senang kepadanya (bisikan setan) dan supaya mereka kerjakan apa yang (setan) mengerjakan. Fuw`ad di sini dihubungkan dengan kecenderungan hati, namun masih samar maknanya.

QS Hud 11 ayat 120: Dan Kami ceritakan kepadamu dari sebagian berita para Rasul (adalah) apa Kami teguhkan dengannya hatimu (fuw`adaka) dan telah datang kepadamu di dalam ini kebenaran dan pelajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. Fuw`ad di sini ada hubungannya dengan keteguhan. Biasanya manusia memang tidak teguh dalam perjuangan mewujudkan cita-cita, apalagi bila semakin tinggi tingkat halangannya.

QS Ibrahim 14 ayat 37: Ya Rabb kami sesungguhnya aku menempatkan dari keturunanku di lembah tidak mempunyai tanaman di dekat Rumah Engkau dihormati. Ya Rabb kami agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati (af`idatan) dari manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan agar mereka bersyukur. Fuw`ad dalam ayat ini ada hubungannya dengan rasa syukur, yaitu bilamana keinginan kita terwujud.

QS An Nahl 16 ayat 78: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui sesuatu dan Dia anugerahkan bagi kalian pendengaran dan penglihatan dan hati (wal`af`idata) agar kalian bersyukur. Sama dengan QS Ibrahim 14 ayat 37 di atas.

QS Al Isra’ 17 ayat 36: Dan jangan kamu mengikuti apa yang tidak ada bagimu tentangnya pengetahuan. Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan hati (walfuw`ada) tiap-tiap mereka itu tentang itu (akan) ditanya. Fuw`ad di sini ada hubungannya dengan pertanggungjawaban, yaitu berhubungan dengan niat / keinginan dan perbuatan.

QS Al Mu’minun 23 ayat 78: Dan Dia yang mengadakan bagi kalian pendengaran dan penglihatan dan hati (wal`af`idata). Amat sedikit kalian bersyukur. Sama dengan QS Ibrahim 14 ayat 37 dan QS An Nahl 16 ayat 78 di atas.

QS Al Furqan 25 ayat 32: Dan berkata orang-orang yang ingkar mengapa tidak diturunkan kepadanya Al Qur`an jumlah sekaligus? Demikianlah karena Kami hendak meneguhkan dengannya hatimu (fuw`adaka) dan Kami membacakannya bacaan yang tartil. Sama dengan QS Hud 11 ayat 120 di atas.

QS Al Qashash 28 ayat 10: Dan menjadi hati (fuw`adu) ibunda Musa kosong. Sungguh ia hampir menyatakan (rahasia) tentangnya, seandainya tidak Kami teguhkan atas hatinya (qalbiha) supaya ia adalah termasuk orang-orang yang beriman. Fuw`ad di sini ada hubungannya dengan kekecewaan atau kegagalan dalam mewujudkan keinginan.

QS As Sajdah 32 ayat 9: Kemudian Dia menyempurnakannya dan Dia meniupkan kedalamnya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kalian pendengaran dan penglihatan dan hati (wal`af`idata), sedikit sekali kalian bersyukur. Sama dengan QS Ibrahim 14 ayat 37, QS An Nahl 16 ayat 78 dan QS Al Mu’minun 23 ayat 78 di atas.

QS Al Ahqaf 46 ayat 26: Dan sesungguhnya Kami meneguhkan kedudukan mereka di dalam hal tidak Kami meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami jadikan bagi mereka pendengaran dan penglihatan dan hati (wa`af`idatu). Tetapi tidak berguna bagi mereka pendengaran mereka dan tidak penglihatan mereka dan tidak hati mereka (`af`idatahum) sedikit juapun, karena mereka selalu mengingkari terhadap ayat-ayat Allah dan meliputi pada mereka apa yang mereka dengannya selalu memperolok-olok. Sama dengan QS Hud 11 ayat 120 dan QS Al Furqan 25 ayat 32 di atas.

QS An Najm 53 ayat 11: Tidak mendustakan hatinya (alfu`aadu) akan apa yang dia lihat. Ayat ini mengisahkan adanya suatu maqam dari diri seseorang.

QS Al Mulk 67 ayat 23: Katakanlah Dia yang menumbuhkan dan menjadikan bagi kalian pendengaran dan penglihatan dan hati (wal`af`idata), amat sedikit kalian bersyukur. Sama dengan QS Ibrahim 14 ayat 37, QS An Nahl 16 ayat 78, QS Al Mu’minun 23 ayat 78 dan QS As Sajdah 32 ayat 9 di atas.

QS Al Humazah 104 ayat 7: yang naik sampai ke hati (al-`af`idati). Bukankah keinginan yang tidak terwujud merupakan siksaan? Ini mirip dengan QS Al Qashash 28 ayat 10 di atas.

Dari penjelasan tersebut, bisa ditarik benang merahnya, yaitu makna fuw`ad adalah keinginan hati. Keinginan hati itu darimana munculnya? Tentunya berasal dari dalam hati, maqam dimana keinginan tersebut timbul. Kalau diamati lebih lanjut, ada perbedaan antara keinginan hati yang kemudian terseret oleh hawa nafsu tanpa petunjuk dengan keinginan hati yang murni atau hawa nafsu yang diberi hidayah atau rahmat Ilahi, yang sejatinya adalah kehendak Ilahi. Dengan demikian sang diri sudah mulai bisa memahami kehendak Ilahi, maka bisa dikatakan bahwa sang diri sudah semakin mengenal Rabb-nya. Dengan demikian benarlah pernyataan Sayyidina Ali KW bahwa fuw`ad adalah maqam terbitnya Ma’rifatullah. Barangkali dengan menyaksikan sang utusan yang disebut malaikat datang membawa perintah inilah yang dimaksud dengan QS An Najm 53 ayat 11 di atas. 

Namun bagaimanakah kita bisa membedakan antara hawa nafsu dengan keinginan yang merupakan kehendak Ilahi?

Hawa nafsu adalah fitrah manusia yang terdiri atas emosi dan ambisi, tidak akan bisa dipadamkan, tetapi bisa dikelola, yaitu dengan rahmat dan hidayah Ilahi. Untuk bisa mendapatkan rahmat dan hidayah Ilahi, tentunya diawali dengan sikap menghamba diri (shadr), mengimani (qalbu) dan selalu berupaya mi’raj ke hadirat-Nya (fuw`ad). Dengan bersikap memposisikan diri pada fuw`adnya, maka dia telah bersedia mendengar dan mentaati-Nya.

Pada maqam tersebut berjuanglah untuk menanamkan kepatuhan kepada Allah. Sikap ini selalu kita lakukan dalam sholat saat i’tidal. Ibaratnya mereka yang sudah menyaksikan, tahu, mampu dan mau menerima Allah sebagai Ilah-nya adalah sudah memasuki ruangan utama masjid. Bukankah Allah yang mengilhamkan kejahatan dan ketakwaan? QS Asy Syam 91 ayat 8 - 9: maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Mensucikan jiwanya berarti menempatkan sikapnya pada fitrahnya sebagai hamba Allah.

Hasil dari menanamkan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah akan membuat kita semakin mudah memahami kehendak Ilahi dan semakin ringan menunaikan kewajiban.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Papahan, 12 Syawal 1445 atau 21 Apr 2024

Sumber: Quran 

Sabtu, 13 April 2024

Apa sejatinya makna qalbu yang merupakan tempat terbitnya keimanan?

Di Al Quran terdapat istilah qalbu yang diterjemahkan sebagai hati. Namun sejatinya apa yang dimaksud dengan qalbu?

Untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya yang sahih dalam menjawab adalah Nabi SAW yang menerima wahyu berupa Al Quran tersebut atau melakukan penelitian akan istilah tersebut dalam Al Quran itu sendiri.

Tafsir Al Quran per kata mengelompokkan makna qalbu dengan berbalik / kembali (17 ayat), diantaranya dalam QS Ali Imran 3 ayat 127: Karena Dia hendak membinasakan golongan dari orang-orang yang kafir atau Dia menjadikan mereka hina, maka mereka kembali (fayanqalibuw) sia-sia.;

goncang (1 ayat), yaitu dalam QS An Nur 24 ayat 37: Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak oleh jual beli dari mengingati Allah dan mendirikan sholat dan membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hati (al-quluwbu) dan penglihatan menjadi goncang (tataqollabu).;

gerak gerik badan (5 ayat), diantaranya dalam QS Asy Syu’ara’ 26 ayat 219: Dan gerak-gerik badanmu (wataqallubaka) di antara orang-orang yang sujud.:

dikembalikan (1 ayat), yaitu dalam QS Al Ankabut 29 ayat 21: Dia mengazab siapa (yang) Dia kehendaki dan Dia memberi rahmat siapa (yang) Dia kehendaki dan kepada-Nya kamu dikembalikan (tuqlabuwna).;

memutar-balikkan (6 ayat) diantaranya dalam QS Al An’am 6 ayat 110: Dan Kami memutar-balikkan (wanuqallibu) hati mereka (af`idatahum) dan penglihatan mereka sebagaimana mereka tidak beriman kepadanya pertama kali dan Kami biarkan mereka dalam kedurhakaan mereka kebingungan.;

hati (132 ayat) diantaranya dalam QS Mujadilah 58 ayat 22: Tidak akan mendapati suatu kaum, (yang) mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir, mereka berkasih sayang (dengan) orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka adalah bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka atau keluarga mereka. Mereka itu menetapkan dalam hati (quluwbihimu) mereka keimanan dan Dia menguatkan mereka dengan Ruh dari pada-Nya dan Dia memasukkan mereka (ke dalam) surga (yang) mengalir dari bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya mereka meridhai Allah dan Ridha daripada-Nya untuk mereka. Itu golongan Allah. Ketahuilah sesungguhnya golongan Allah (adalah) mereka orang-orang yang beruntung.; Dan juga dalam QS Al Anfal 8 ayat 24: Wahai orang-orang yang beriman penuhilah bagi Allah dan Rasul-Nya apabila memanggil kamu kepada sesuatu. Dia menghidupkan kalian dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara seseorang (al-mar`i) dan hatinya (waqalbihi). Dan sesungguhnya Dia kepada-Nya kamu dikumpulkan.

tempat berpindah (1 ayat), yaitu dalam QS Muhammad 47 ayat 19: Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Ilah selain Allah dan mohonlah ampun bagi dosamu dan bagi orang-orang yang mukmin dan perempuan-perempuan beriman dan Allah mengetahui tempat berpindahmu (mutaqallabakum) dan tempat tinggalmu.;

tempat kembali (2 ayat) diantaranya dalam QS Al Kahfi 18 ayat 36: Dan tidak kukira hari Kiamat akan tiba dan jika aku dikembalikan kepada Rabb-ku, pasti aku akan mendapat tempat kembali (munqallaban) lebih baik darinya.; dan

orang yang kembali (3 ayat) diantaranya dalam QS Al A’raf 7 ayat 125: Mereka berkata sesungguhnya kami kepada Rabb kami dikembalikan (munqalibuwna).

Dari penjelasan tersebut, bisa ditarik benang merahnya, yaitu makna qalbu adalah menggambarkan keadaan hati yang seringkali berubah. Dengan demikian qalbu adalah maqam dimana penilaian hati kita yang sering berubah. Penilaian setiap orang tergantung dari pengetahuan yang dipercayainya sebagai kebenaran. Dengan demikian benarlah pernyataan Sayyidina Ali KW bahwa qalbu adalah tempat terbitnya keimanan, yaitu hanya Allah lah yang benar, yang haq dan bukan persepsi kita.

Penilaian menjadi berubah karena bingungnya sang diri. Suara hati ini tidak selalu harus diikuti, karena bisa jadi belum ditanamkan untuk beriman hingga diperkuat dengan RuhNya. Bahkan dengan tegas disampaikan dalam QS Al Anfal 8 ayat 24 bagaimana seseorang dibatasi dengan qalbunya. Bilamana kita bersikap memposisikan diri kita pada qalbu kita, maka kita menjadi terbiasa mengingat Allah melalui nafas. Pada maqam tersebut berjuanglah untuk menanamkan keimanan kepada Allah bahwa hanya Dia Yang benar (Haqq). Sikap ini selalu kita lakukan dalam sholat saat ruku’. Ibaratnya mereka yang sudah menyaksikan, tahu, mampu dan mau menerima Allah sebagai Ilah-nya adalah sudah memasuki serambi masjid.

Hasil dari menanamkan iman ke dalam qalbu adalah keimanan kita kepada Allah yang semakin kuat. Apalagi bilamana mendapatkan anugerah penguatan dengan Ruh-Nya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Papahan, 04 Syawal 1445 atau 13 Apr 2024

Sumber: Quran 

Persiapkan Dirimu Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Dzat yang...