Padepokan Wijaya Candraloka

Apa yang saya cari dalam hidup ini? Apa peran saya dalam kehidupan ini? Apakah sekedar mengejar kesenangan ataukah ada hal lain? Saya hidup seperti sedang memecahkan teka-teki kehidupan, untuk apa?
Di usia 7 tahun saya menggantungkan diri kepada yang saya percayai, yaitu Allah Yang Kuasa. Orang tua saya menekankan untuk selalu percaya kepada Allah Yang Maha Kuasa. Guru-guru saya baik formal maupun non formal mengajarkan ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Semuanya hanyalah membangun khazanah pengetahuan saya.
Setelah bertemu dengan beliau, mertua saya, yaitu bapak Mas Supranoto, saya tergugah untuk lebih menekuni kebenaran dengan cara yang bisa diakui secara universal. Kebenaran bukan sekedar mengikuti pendapat orang. Kebenaran perlu diukur, yaitu dengan kepercayaan, logika dan bukti nyata. Sebagai contoh, saya berjalan di pasir pantai dan melihat jejak kaki orang. Jejak kaki orang adalah bukti nyata. Logikanya tadi ada orang yang berjalan di pantai itu. Lalu saya percaya bahwa pasti ada orang yang berjalan di pantai itu. Perihal siapa dan kapan, saya tidak bisa memastikan.
Saya sudah mengenal beliau semenjak tahun 2002 dan selalu diajak berdiskusi hal ketuhanan. Awalnya saya menganggap pemikiran beliau adalah semacam ilmu filsafat dengan fokus tentang ketuhanan. Saya kagum dengan logika beliau, saya tahu, namun tidak faham. Baru di tahun 2016 saya serius belajar ketuhanan kepada beliau. Keseriusan dalam belajar karena dorongan dari pak Basori yang kebetulan karena sesuatu urusan berkesempatan bertemu dengan beliau dan tergoda oleh pemikiran yang beliau sampaikan. Pak Basori lalu mengajak saya dan para sahabat (Etty, Nanang, Dimas, Iwan, Triana, Koko, Ayu dan beberapa teman lainnya) untuk bersama-sama belajar ke bapak. Saat itulah pikiran saya mulai terbuka. Saya yang selama ini hidup dalam ilusi berketuhanan, mendadak dibawa kepada cakrawala sudut pandang yang baru, yaitu kepastian. Beliau menyebut tempat menyampaikan wejangan sebagai padepokan Wijaya Candraloka, di bumi Manggisan, Banyuwangi, Jawa Timur.
Tidak mudah memang untuk bisa memahami alur pemikiran beliau. Namun entah bagaimana seolah selalu ada energi baru setiap kali kumpul bersama teman-teman dan mengaji hal ilmu ketuhanan. Pola pengajaran yang cukup mencengangkan hingga beberapa dari teman tidak tahan dan berhenti belajar. Bahkan mereka yang berhenti lalu membuat promosi negatif, mulai dari kesesatan hingga tuduhan kemusyrikan. Sedangkan sisanya terus menekuni pengajaran.
Ketika sudah dianggap memahami, saya diminta menuangkan ke dalam tulisan. Jadi dengan karya tulis ini diharapkan orang-orang bisa memahami apakah hasil pengajaran yang telah beliau sampaikan dimengerti. Tentunya karya tulis berupa tulisan lepas dan juga buku diharapkan bisa bermanfaat buat umat manusia terutama untuk mengubah cara berfikir, sikap dan tingkah laku.
Dengan kesadaran baru itulah, saya mengucapkan puji syukur kepada Allah, Yang Maha Kuasa yang telah memberi kesempatan untuk mempelajari ilmu ketuhanan ini. Salam dan sholawat kepada Nabi Muhammad (saw) yang merupakan gudang ilmu dan tentunya tidak lupa ucapan terima kasih kepada bapak Mas Supranoto atas nasehat dan wejangannya, sehingga membuat saya lebih mudah mengerti dan mengamalkan ilmu yang saya terima.
Dengan demikian tulisan ini hanyalah ungkapan pemahaman saya dalam hal ketuhanan yang barangkali bisa dijadikan alternatif dalam memahami kehidupan. Sebagai alternatif, tentunya bisa dikembangkan oleh mereka yang sah dan mumpuni dalam bidang ini.


Jakarta, 28 Oktober 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)