Tanda Kedatangan Dajjal Adalah Kedustaan, Bahkan Alam pun Turut Andil

Semakin tua umur bumi, semakin banyak jumlah manusia dan semakin beragam cara-cara manusia menyimpan sejarahnya, namun kebanyakan malahan semakin lupa bahkan lalai akan peran kehidupannya. Hal ini karena semakin lupa dan lalainya para tetua dalam mengingatkan karena kesibukan kehidupan telah menghisap energi mereka. Meski agama semakin berkembang, namun esensi dari agama semakin menjauh dari tujuan, yaitu membangun individu yang berbudaya berketuhanan. Bukankah alam dunia diinisiasi dari api? Yaitu sesuatu yang sangat panas. Berarti manusia sedang digodog di alam dunia agar menyadari peran kehidupannya, yaitu menjadi saksi atas keberadaan Ilahi dan menjadi pembukti atas Kebesaran-Nya.

Kealpaan dan kelalaian ini dikarenakan faktor internal, yaitu kesibukannya dan faktor eksternal yaitu sang penyesat. Kita sudah mengetahui akan Iblis dan setan, namun ada sang penyesat lain yang sekarang menanti penugasan, yaitu Dajjal. Tokoh klenik A10 atau dongeng yang sekarang sudah menjadi tokoh karang A9 atau berupa pola pikir yang menutupi kebenaran, perlu dikuak sebagai pengingat untuk umat manusia akan bahayanya. Sebentar lagi real Dajjal akan hadir ke hadapan kita A8, sebagai sosok yang menutupi kebenaran.

Dajjal berarti menutupi. Dajjal berarti sesosok yang akan menutupi kebenaran, sehingga umat manusia tidak mampu menyaksikan kebenaran, kecuali yang beriman kepada Allah. Karena menutupi kebenaran, maka ciri utama dari Dajjal adalah kedustaan. Berbagai tanda kedustaan akan tampil di muka bumi sehubungan dengan kemunculannya, seperti:

  1. Hujan banyak mengguyur bumi, namun tanaman berkurang.

‘Auf ibn Malik Al-ASyja’I (ra) menuturkan, “Rasulullah (saw) bersabda, “Di hadapan Dajjal akan datang hitungan tahun yang menipu. Saat itu hujan banyak mengguyur, namun tumbuhan menjadi berkurang. Pada masa keluarnya Dajjal, orang yang jujur didustakan. Sebaliknya, pendusta dianggap benar. Orang berkhianat dipercayai, sedangkan orang yang memelihara amanat justru dianggap pengkhianat. Para Ruwaibidhah sering angkat bicara mengenai persoalan masyarakat umum.”

Rasulullah (saw) ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah Ruwaibidhah itu?”

Beliau menjawab, “Ia adalah orang yang tidak perlu diperhatikan.””[1]

  1. Ia menampakkan agama Allah dan mengamalkannya adalah dalam rangka menarik simpati massa.

Abdullah ibn Muth’im menyebutkan, “Sungguh Rasulullah (saw) pernah bersabda, “Sesungguhnya Dajjal tidak akan bersembunyi. Ia akan muncul dari arah timur, lalu mengajak orang kepada kebenaran. Ia pun diikuti dan memiliki kedudukan di tengah-tengah mereka. Kemudian ia memerangi mereka dan mereka pun memeranginya. Akhirnya ia menampakkan diri kepada mereka. Demikianlah yang senantiasa terjadi hingga ia mendatangi Kufah dan menampakkan agama Allah dan mengamalkannya. Ia mengikuti cara tersebut dan mendorong orang untuk turut mengikutinya. Setelah itu, barulah ia mengaku-ngaku bahwa dirinya Nabi. Setiap orang yang memiliki akal pikiran akan merasa khawatir/ketakutan dan memisahkan diri. Setelah itu, ia menetap beberapa saat, kemudian berkata, “Aku adalah Allah.” mata kanannya buta, kedua telinganya terpotong, diantara kedua matanya tertulis kata k-f-r. Tulisan tersebut tidak tersembunyi bagi setiap orang muslim. Akibatnya setiap orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan walaupun sebesar biji sawi memisahkan dari Dajjal.””[2].

  1. Yang diperbuat Dajjal adalah dusta

Dajjal Al Masih digambarkan oleh Rasulullah saw sebagaimana ditulis dalam Ringkasan Hadits Muslim susunan Zaki Al-Din ‘Abd Al-Azhim Al-Mundziri no 79 bahwa mata sebelah kanan buta dan mata kirinya seperti sebutir biji buah anggur yang mengapung. Dajjal Al Masih berambut sangat keriting. Sedangkan dalam kitab Terjemah Hadits Shahih Muslim oleh Ma’mur Daud no 2478 bahwa Dajjal mempunyai dua sungai yang mengalir. Yang satu kelihatan oleh mata mengalirkan air putih bersih, sedang yang satu lagi kelihatan bagaikan api yang sedang bergejolak yang sedang mengalir. Siapa yang menemukannya, hendaklah didatanginya sungai yang kelihatan seperti api menyala. Picingkan mata, tundukkan kepala dan minumlah airnya, maka sesungguhnya itu adalah air sejuk. Dajjal antara kedua matanya terdapat tulisan ‘kafir’, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin. Dalam hadits no 2480 dijelaskan Rasulullah saw bahwa kecepatan Dajjal seperti hujan ditiup angin. Dajjal juga digambarkan memiliki kemampuan menurunkan hujan, membuat suatu daerah menjadi makmur kalau mereka beriman kepadanya. Atau menjadi kering kerontang bilamana tidak beriman kepadanya.

Mirip dengan hadits di atas, dalam serat Dharmagandul dari situs “Alang-Alang Kumitir’, dikisahkan tentang Sunan Kalijaga dengan Raja Brawijaya dari Majapahit yang masuk Islam, namun kedua pengikut setianya yang bernama Sabdopalon dan Nayagenggong tidak bersedia. Berikut adalah terjemahan bebasnya dialog tersebut:

Berkata Sabdopalon kepada Sang Prabu, “... Paduka sudah terlanjur terperosok, bersedia menjadi Jawan, suka meniru/menyerupai, suka ikut menumpang, tanpa guna saya asuh, saya malu kepada bumi langit, malu mengasuh orang hina, saya akan mencari anak asuh yang bermata satu, tidak suka mengasuh paduka. Kalau saya bermaksud mengeluarkan keperwiraan, air saya kentuti sekali saja, sudah menjadi wangi. Kalau paduka tidak tahu, yang disebut dalam pemegang kekuatan Jawa, nama Manik Maya, adalah saya, yang membuat kawah air panas di atas gunung-gunung Mahameru itu semua saya, adik Bathara Guru hanya mengiyakan saja, pada waktu itu tanah Jawa daratan berguncang, karena besarnya api yang berada di bawah daratan, gunung-gunung semua saya kentuti, selanjutnya puncaknya terus tembus berlubang, apinya banyak yang keluar, maka tanah Jawa kemudian tidak gempa, maka gunung-gunung yang tinggi puncaknya, semua keluar apinya serta kemudian muncul kawahnya, berisi air panas dan air tawar, itu adalah saya yang berbuat, semua itu atas kehendaknya Latawalhujwa, yang membuat bumi dan langit. Apa kekurangan agama Buddha, orang bisa berbicara langsung dengan Yang Maha Kuasa. Paduka tahu, kalau sudah berganti agama Islam, meninggalkan agama Buddha, keturunan paduka tentu akan sial, Jawa tinggal Jawan, Jawanya hilang, suka menumpang bangsa lain. Nanti pasti diperintah oleh orang Jawa yang memahami.

...

Sabdopalon mengucap sedih: “Saya ini Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang menduduki kekuasaan, menjadi asuhan saya. Mulai dari leluhur paduka dulu, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrêm dan Bambang Sakri, turun-temurun hingga sampai sekarang, saya mengasuh penguasa tanah Jawa, saya kalau tidur bisa 200 tahun, selama saya tidur pasti ada peperangan saudara melawan saudara, yang nakal semua akan makan manusia, sama makan bangsanya sendiri, hingga saat ini, umur saya sudah 2000 lewat 3 tahun, mengasuh penguasa Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, teguh mengingat yang pertama membenarkan agama Buddha. Baru paduka yang berkehendak meninggalkan pegangan luhur Jawa. Jawa artinya memahami, sekedar menerima bernama Jawan, suka ikut menumpang, niatnya membuat gagal moksa paduka nanti.”

...

Sabdopalon menyampaikan bahwa akan memisahkan diri, ketika ditanya akan pergi kemana, jawabnya tidak pergi, namun tidak menetap di situ, hanya menetapi nama Semar, meliputi semua wujud, terang sekali tertutup cahaya. Sang Prabu diminta menyaksikan, kalau di kemudian hari ada orang Jawa bernama tua (dihormati), bersenjata pengertian, yaitu yang diasuh oleh Sabdopalon, orang Jawan akan diberi pelajaran memahami benar salah.

Berarti tidak beda dengan Sabdopalon yang merupakan utusan dari Lattawalhujwa (QS An Najm 53 ayat 19 – 20, “Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian?”) yang mengaku membimbing orang-orang Jawa dalam hal kekuasaan duniawi. Yang mengajak agar orang Jawa bisa berbicara langsung dengan Tuhannya (Lattawalhujwa, yang dianggap sebagai Yang Maha Kuasa – Sang Hyang Wenang). Sabdopalon pun ternyata juga hanya mempersiapkan kehadiran sosok yang bermata satu, yaitu Dajjal.

Kedatangan kembali Sabdopalon akan ditandai dengan orang-orang Jawa beragama pakerti (laku). Bilamana dihubungkan dengan pesan Brawijaya kepada Sunan Kalijaga bahwa Sabdopalon akan kembali 500 tahun lagi, berarti diperkirakan tahun 2017 adalah turunnya  Sabdopalon mempersiapkan datangnya tuannya, Dajjal.

Sebagaimana telah ditegaskan, bahwa ciri utama kedatangan Dajjal adalah terjadinya kedustaan dimana-mana, dari kedustaan diri kita sendiri, keluarga, masyarakat, negara bahkan alam. Salah satu sarana pendukung kedustaan adalah fasilitas media sosial, dimana setiap orang bisa menyampaikan informasi yang kemudian bisa mengglobal. Contohnya adalah kenyataan hidup yang kita alami sendiri, berita-berita lokal maupun nasional bahkan internasional, seperti kasus Covid-19 yang sampai saat ini masih ditutupi pemerintah Cina, hingga Donald Trump yang berpesta sesaat sebelum pendukungnya merusak Gedung Putih. Antar Negara saling mendustai, penguasa akan mendustai masyarakatnya, hingga individu saling mendustai sesamanya.

Dalam situasi sekarang ini, katakan pada diri kita, “Cukuplah Allah bagiku; Tidak ada Tuhan selain Dia; Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘arsy yang agung (QS At Taubah 9 ayat 129).”

 

Jakarta, 09 Desember 2020



[1] Syaikh Musthafa Muhammad Abu Al Mu’athi, Dahsyatnya Ramalan Rasulullah – Kumpulan Hadits Lengkap Rasulullah (saw) tentang Masa Depan Umat dan Dunia, 2011, hal. 244-245

[2] Ibid hal 256-257

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)