Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
dari lumpur hitam yang diberi bentuk, maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud.
Maka bersujudlah para Malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali Iblis. Ia
enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.
Allah berfirman: "Hai Iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud)
bersama-sama mereka yang sujud itu?"
Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang
Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk."
Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu
terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari
kiamat".
Berkata Iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah
kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.”
Allah berfirman: "Maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang
diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan.”
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa
aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat)
di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka."
Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah
(menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap
mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.”
QS Al Hijr 15: 28 - 42
Banyak orang
menasehati, bahwa agar kita tidak diganggu syaitan adalah beribadah dengan
ikhlash. Nasehat ini memang sangat bagus. Namun ketika kita belajar Qur’an dan
mengenal ayat ini, kita akan terhenyak. Masya Allah, ternyata kita tertipu oleh
Iblis, kita berusaha untuk beribadah dengan ikhlas, sehingga jarang memohon
kepada Allah perlindungan dari syaitan yang terkutuk atau membaca ta’awudz.
Betul-betul halus tipuan Iblis, kita dibawa kepada percaya diri, sehingga lupa
bergantung kepada Allah. Yaa Allah kami memohon perlindungan-Mu dari syaitan
yang terkutuk.
Setelah merenungi ayat
di atas, maka agar kita terbebas dari gangguan syaitan yang terkutuk, maka kita
harus meminta perlindungan Allah dari mereka. Dan sebagaimana janji Allah, hanya
hamba-hamba-Nya yang dilindungi-Nya. Hamba bermakna orang-orang yang
menyerahkan dirinya kepada tuannya. Oleh karena itu, agar kita termasuk hamba
Allah, maka kita menyerahkan diri secara total, baik jasmani, kemampuan
(qudrat), kehendak (iradat) dan diriku (anfusakum) kepada Allah, semuanya.
Dengan penyerahan diri yang total ini dan upaya untuk menjadi hamba-Nya Yang
disukai-Nya, maka berjuang dengan segala daya upaya untuk mewujudkan cita-cita
dan tugas kita.
Sedangkan yang dimaksud
dengan tertipu oleh Iblis adalah kita menjadi percaya diri dalam kehidupan ini.
Sehingga kita berjuang untuk menjalani hidup dengan kepercayaan diri dan peran
Allah menjadi diabaikan. Kita lalai dari meminta perlindungan-Nya dari syaitan
yang terkutuk. Maka kita akan berada dalam kekuasaan Iblis beserta pengikutnya.
Karena Iblis menggunakan kekuasaan Allah untuk menyesatkan manusia. Oleh
karena itu, janganlah berharap mendapatkan kekuasaan dan berhati-hatilah dalam
mempergunakan kekuasaan.
Bahkan dengan
kepercayaan diri, kita lebih sering mengucapkan terima kasih, ketika dimudahkan
orang daripada mengucapkan alhamdulillah. Oleh karena itu, marilah kita merenungkan
nasehat Rasulullah saw berikut:
Dari Mu’adz, ia berkata, “Rasulullah saw
pernah bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya antara Aku, jin dan
manusia dalam peristiwa besar. Aku Yang menciptakan, tetapi selain Aku yang
disembah. Aku Yang memberi Rezeki, tetapi selain Aku yang disyukuri.”””
Kita juga menjalani
hidup ini untuk mengejar kenikmatan dan berharap agar Allah memudahkan dan
melapangkan jalan. Kemudahan dan kelapangan ini dimohonkan karena sebenarnya kita
ini pemalas dan hanya ingin selalu dalam kenikmatan dengan atau bahkan tanpa
upaya. Kemalasan ini juga kita lakukan agar tidak dianggap sebagai orang yang
ambisius, kita ingin dianggap sebagai orang yang ikhlas menerima kehidupan ini
apa adanya. Sedangkan Allah sendiri meminta kita untuk berjuang mendapatkan
kemuliaan dari-Nya itu, sebagaimana dikisahkan dalam QS Al Balad 90: 10 – 18:
dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua
jalan, tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi
sukar itu?
(Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau
memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan
kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
Dan Dia (tidak pula) termasuk orang-orang
yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk
berkasih sayang.
Mereka (orang-orang yang beriman dan saling
berpesan itu) adalah golongan kanan.
Oleh karena itu, marilah kita menikmati
kehidupan ini dengan berjuang untuk mewujudkan tugas & cita-cita. Dalam
perjuangan itu, nanti akan ada masalah, maka nikmatilah karena masalah akan
membuat perjuangan menjadi lebih indah dan bermakna. Maka akan muncul rasa puas
yang sangat, ketika kita mampu mewujudkannya secara berkualitas hingga kita pun
tidak lupa bersyukur kepada-Nya. Nabi saw adalah contoh manusia yang mampu
mewujudkan tugas tanpa memanfaatkan kekuasaan, memanfaatkan orang lain atau pun
makhluk lain. Ini semua beliau gapai dengan kesungguhan dalam berjuang dan
selalu bersandar kepada Allah (Islam). Jadi sebenarnya Islam itu universal.
Sedangkan Iblis
beserta bala tentaranya akan mengajak kita kepada yang sebaliknya. Sehingga
akan muncul dorongan diri untuk memanfaatkan kekuasaan, memanfaatkan teman,
memanfaatkan segala yang ada agar kita tanpa perlu bersusah payah bisa
mendapatkan apa yang kita inginkan.
Untuk mengatasi godaan
Iblis beserta tentaranya adalah dengan cara meresapi sikap negatif hingga ke
dalam diri kita dengan menyebut Allah. Contoh ketika kita sedang muncul rasa
malas, resapilah rasa malas tersebut dan sebutlah Allah. Maka rasa malas tadi
mendadak akan hilang. Repotnya adalah kita sendiri memang lagi ingin
bermalas-malas, ya seperti wadah bertemu dengan tutupnya.
QS Al Baqarah 2: 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Selain berserah diri
kepada Allah secara total, maksudnya mengembalikan diri kita, hidup kita bahkan
eksistensi keberadaan kita kepada Allah, kita juga perlu menegaskan kepada diri
kita bahwa syaitan adalah musuh kita. Tentunya dengan penegasan ini, akan memberikan
dorongan semangat untuk tidak mengikuti langkah-langkah syaitan.
Apakah yang dimaksud
dengan langkah-langkah syaitan:
v Perselisihan (QS 17:
53)
v Perbuatan Keji /
Maksiat (QS 24: 21)
v Perbuatan Munkar (QS
24: 21)
v Menikmati
barang-barang yang haram (QS 2: 168, 6: 142)
v Makar QS 12: 5
v Ibadah kpd syaitan (QS
36: 60)
1.
Perselisihan
QS Al Israa’ 17: 53, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku:
"Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).
Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
Kebanyakan dari kita berselisih bukan
karena tujuan berbeda, namun hanya karena kita tidak bisa menerima perbedaan
dalam cara mencapai tujuan dan/atau adanya kepentingan pribadi yang ingin dipaksakan.
Mestinya hal ini bisa dicegah, bilamana
kita memiliki komitmen untuk fokus kepada pencapaian tujuan.
2.
Perbuatan Maksiat
QS An Nuur 24: 21, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka
sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan
keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Bisa jadi perbuatan maksiat tidak merugikan
orang lain. namun perbuatan maksiat yang pasti akan merusak diri kita sendiri.
3.
Perbuatan Munkar
QS An Nuur 24: 21, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka
sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan
keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Perbuatan mungkar adalah perbuatan yang
merugikan orang lain.
4.
Menikmati Barang Haram
QS Al Baqarah 2: 168, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
QS Al An’aam 6: 142, “Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk
pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah
diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Menikmati barang haram akan memperkuat
dorongan dari dalam diri kita untuk semakin cinta dunia termasuk menjadi
penyebab rendahnya akhlak.
5.
Makar
QS Yusuf 12: 5, “Ayahnya berkata:
"Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada
saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) kamu.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."”
Kemuliaan yang diberikan kepada seseorang
atau suatu kaum, akan bisa mendorong terjadinya iri dan dengki. Bilamana
dorongan ini dimunculkan maka yang terjadi adalah kejahatan.
6.
Ibadah Kepada Syaitan
QS Yaasiin 36: 60, “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam
supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi kamu."
Para pencinta dunia berjuang mendapatkan
apa yang mereka inginkan dengan menjual dirinya kepada syaitan. Itulah yang
dilakukan oleh para penyembah syaitan, semisal pesugihan, penglarisan dan
lain-lain dengan memanfaatkan kekuasaan Allah yang dipakai oleh para syaitan.
Oleh karena itu,
marilah kita berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk dan mari kita
deklarasikan bahwa syaitan adalah musuh kita. Dengan deklarasi ini bukan
berarti kita mengajak berperang melawan syaitan, tetapi memperkuat tekad kita
untuk tidak mengikuti langkah-langkah syaitan.
Yaaa Allah, sekali
lagi kami berlindung kepada-Mu dari syaitan yang terkutuk. Yaaa Allah, hamba-Mu
menerima dan rela untuk menempuh jalan mendaki, jalan kaum yang Engkau
muliakan. Yaa Allah, Engkaulah Penggemblengku dan aku meneguhkan diriku untuk
Engkau gembleng.
Tuban, 31 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar