Khalifah Allah

Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Khalifah dalam menggali nikmat Allah untuk mengetahui Kebesaran dan Kemuliaan-Nya. Khalifah yang mampu menjaga keseimbangan dunia melalui kekuatan jiwanya (taqwa). Mereka mengenal Tuhannya, mengenal kesejatian dirinya, mengenal lingkungannya. Mereka senantiasa dalam kesibukan untuk menasehati dan mengingatkan, agar masyarakat juga senantiasa berbudaya berketuhanan, yaitu:
a)   Masyarakat yang selalu berkomunikasi dengan Allah, Tuhan Semesta Alam.
Sistem yang termudah adalah melaksanakan tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits yang merupakan perumusan dan amalan yang harus dikerjakan. Allah tidak menyukai orang-orang yang banyak berbicara tanpa melaksanakan perintah-Nya.
b)   Masyarakat yang mampu mengungkap hubungan spiritual dengan pengetahuan dunia.
Masyarakat yang berbudaya berketuhanan adalah kumpulan orang-orang yang mencintai Allah, selalu ingat kepada-Nya, selalu dekat kepada-Nya, selalu menyerahkan dirinya kepada-Nya; masyarakat yang selalu dalam kebenaran, merekalah orang-orang yang bertakwa. Merekalah yang mengetahui jati dirinya. Mereka yang bermakrifat kepada Allah adalah orang-orang yang tersenyum di dunia ini, karena kefakiran dan berani meninggalkan dunia dalam jiwanya.
Tangan mereka merupakan ibadah bagi syariat agamanya dan tanggung jawab khalifah bagi diri mereka. Tak dibiarkan jiwanya dikendalikan oleh alat-alatnya, yaitu pikiran, hati (qalbu) dan perasaan, yang kesemuanya ditenggelamkan dalam kehadiran kepada Tuhannya. Mereka tidak membiarkan jiwanya merana kekeringan dan kehausan mengembara tanpa arah.
Wahai para khalifah, Allah adalah tempatmu, dunia memerlukan keseimbangan, janganlah agama menjurus kepada materialisme, dan pelajarilah ilmu (masuklah Islam) dalam arti keseluruhan.
Banyaklah belajar tentang Islam secara benar dan janganlah belajar dengan mengembangkan pikiran-pikiran sendiri. Sesungguhnya, selama ini sebagian besar umat manusia tertutup oleh cara berpikir mereka sendiri, oleh amal perbuatannya, sehingga kebanyakan pemikiran menganggap bahwa tidak ada orang yang mampu mencapai Tuhan, kecuali hanya Nabi-Nabi dan Wali-Wali.
Padahal Islam bukan hanya milik Nabi dan Wali maupun golongan, tetapi untuk seluruh umat manusia. Islam adalah spiritual, dengan shalat sebagai mi’rajnya orang-orang beriman, disertai dzikir dan iktikafnya. Ingatlah salah satu Hadits yang menyatakan bahwa ada tujuh perbuatan yang ditolong Allah pada hari kiamat, diantaranya adalah orang-orang yang berdzikir sampai menangis.
Jadi siapapun memiliki hak untuk bisa mencapai maqam para Wali atau hamba Allah, asalkan mau bersungguh-sungguh menjalankan Islam sebagaimana tuntunan Nabi s.a.w..
Mereka yang berjuang dengan bersungguh-sungguh untuk menjadi hamba Allah atau khalifah Allah atau Wali Allah, menurut para Ulama adalah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.   Selalu ingat kepada Allah dan jika melihat mereka, akan mengingatkan kita kepada Allah SWT
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahasia, karena mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya.
Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Jiwa mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang. Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayang-Nya.
Mereka suka membagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi jiwa mereka di langit. Jasmani mereka di bumi, tetapi jiwa mereka di Arsy. Ruh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah QS Ibrahim 14 ayat 14:
ãNä3¨YoYÅ6ó¡ä^s9ur uÚöF{$# .`ÏB öNÏdÏ÷èt/ 4 šÏ9ºsŒ ô`yJÏ9 š%s{ ÍG$s)tB t$%s{ur ÏÏãur ÇÊÍÈ  
dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku."
Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya: “Ia pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah berfirman: “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, wali-wali-Ku adalah orang-orang yang Aku cintai. Mereka selalu mengingat-Ku dan Aku pun mengingat mereka.”
Dari Said r.a., ia berkata: “Ketika Rasulullah s.a.w. ditanya: “Siapa wali-wali Allah?”
Maka beliau bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah.”
2.   Beriman, bertakwa dan suka menyembunyikan diri
Allah SWT berfirman dalam QS surat Yunus ayat 62-64:
Iwr& žcÎ) uä!$uŠÏ9÷rr& «!$# Ÿw êöqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtøts ÇÏËÈ  
Ingatlah, sesungguhnya Wali-Wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati,
šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qçR%Ÿ2ur šcqà)­Gtƒ ÇÏÌÈ  
(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa,
ÞOßgs9 3tô±ç6ø9$# Îû Ío4quysø9$# $u÷R9$# Îûur ÍotÅzFy$# 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? ÏM»uHÍ>x6Ï9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ uqèd ãöqxÿø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇÏÍÈ  
bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar,
Dari Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab, katanya: “Pada suatu kali Umar mendatangi tempat Mu’adz ibnu Jabal r.a., kebetulan ia sedang menangis, maka Umar berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Mu’adz?”
Kata Mu’adz: “Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Orang-orang yang paling dicintai Allah adalah mereka yang bertakwa yang suka menyembunyikan diri, jika mereka tidak ada, maka tidak ada yang mencarinya dan jika mereka hadir, maka mereka tidak dikenal. Mereka adalah para Imam Petunjuk dan para Pelita Ilmu.”
3.   Mereka saling menyayangi dengan sesamanya
Dari Umar Ibnul Khattab r.a. berkata: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya sebahagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para Nabi dan para Syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”
Tanya seorang: “Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?”
Sabda beliau: “Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah maupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah.” Kemudian Rasulullah s.a.w. membacakan firman Allah yang artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
4.   Pandai mengendalikan diri di saat marah, wara’ dan berbudi pekerti yang baik
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, yaitu: pandai mengendalikan diri di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.”
5.   Selalu berjuang mencari ridha Allah
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para Nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan ridha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal karena akan amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para Malaikat dan para Nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.”
Kemudian Rasulullah s.a.w. menangis karena rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksa-Nya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari perjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat.”
6.   Selalu menegakkan agama Allah
Imam Ali Bin Abi Thalib k.w. berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka.
Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agama-Nya dan syariat-Nya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi ruhaninya membumbung ke alam Malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’i yang dianugerahi keyakinan kepada agama-Nya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”
7.   Selalu mencintai dan merindukan Allah
Imam Ghazali menyebutkan: “Allah pernah memberi ilham kepada para Siddiq: “Sesungguhnya ada hamba-hamba-Ku yang mencintai-Ku dan selalu merindukan Aku dan Aku pun demikian. Mereka suka mengingat-Ku dan memandang-Ku dan Aku pun demikian. Jika engkau menempuh jalan mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu. ”
Tanya seorang Siddiq: “Ya Allah, apa tanda-tanda mereka?” Firman Allah: “Di siang hari mereka selalu menaungi diri mereka, seperti seorang pengembala yang menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang, tetapi mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba, ketika tempat tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka berdiri tegak dalam shalatnya. Mereka merendahkan dahi-dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat, menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepada-Ku. Mereka berdiri, duduk, ruku’, sujud untuk-Ku. Mereka rindu dengan kasih sayang-Ku.
Mereka Aku beri tiga karunia: Pertama, Aku beri cahaya-Ku ke dalam hati mereka, sehingga mereka dapat menyampaikan ajaran-Ku kepada manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajah-Ku kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan Aku berikan kepada mereka?”
8.   Keyakinan mereka dapat menggoncangkan gunung
Abdullah ibnu Mas’ud pernah menuturkan: “Pada suatu waktu ia pernah membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan”, pada telinga seorang yang pingsan.”
Maka dengan izin Allah, orang itu segera sadar, sehingga Rasulullah s.a.w. bertanya kepadanya: “Apa yang engkau baca di telinga orang itu?”
Kata Abdullah: “Aku tadi membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan” sampai akhir surah.”
Maka Rasul s.a.w. bersabda: “Andaikata seseorang yakin kemujarabannya dan ia membacakannya kepada suatu gunung, pasti gunung itu akan hancur.”
Mereka dianugerahi karunia dari Allah (karamah) yang menunjukkan kecintaan Allah kepada mereka, sebagaimana hadits-hadits berikut:
Dari Anas ibnu Malik r.a. berkata: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.”
Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para sahabat: berkata: “Wahai Barra’, sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa, pasti akan terkabul. Oleh karena itu, berdoalah untuk kami.”
Maka Barra’ berdoa, sehingga kami diberi kemenangan.
Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: “Ya Allah, aku mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan Nabi-Mu.” Maka kaum Muslimin diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.
Dari Ibnu Umar r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmat-Nya dan diberi hidup dalam afiyah-Nya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang.”

Tuban, 25 Jan 2014

Diambil dari buku “Islam, sebuah pengakuan”, karya H Slamet Utomo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)