Penciptaan Manusia 3/3 (Islam Itu Universal)



Perihal ruh sendiri memang sulit untuk difahami, bahkan Al Qur’an pun tidak menjelaskan, kecuali sedikit.
QS Al Isra’ 17 ayat 85: Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”
Dalam Injil Barnabas dijelaskan perbedaan antara rasa-perasaan dengan ruh sebagai berikut:
“Demi Allah [yang] pada hadirat-Nya ruhku berdiri, banyak yang sudah tertipu mengenai kehidupan kita, karena demikian rapatnya hubungan antara ruh dan perasaan (sense). Sehingga sebagian besar manusia mengiyakan ruh dan perasaan adalah hal yang satu dan sama, namun terbagi dalam penugasan bukan dalam wujud. Mereka menyebutnya sensitif (rasa perasaan), vegetatif (rasa tumbuh) dan jiwa yang cerdas (intellectual soul). Tetapi sungguh aku katakan kepadamu, ruh itu adalah satu, yang berfikir (sadar) dan hidup. Orang-orang dungu manakah akan mereka dapatkan ruh berakal tanpa kehidupan? Tentulah tidak pernah. Tetapi kehidupan tanpa perasaan dan kehendak sudah dijumpai, sebagaimana keadaan ketidak-sadaran, dimana rasa perasaan meninggalkannya.
Thaddeus menjawab, “O Guru, apabila rasa perasaan meninggalkan kehidupan, seorang manusia tidak mempunyai kehidupan.”
Yesus menjawab, “Ini tidak benar, sebab manusia kehilangan kehidupan apabila ruh meninggalkannya, karena ruh itu tidak kembali lagi ke dalam tubuh, terkecuali oleh mukjizat. Akan tetapi rasa perasaan akan hilang lantaran ketakutan yang dialaminya atau kesedihan yang sangat diderita oleh jiwa. Justru rasa perasaan itu telah diciptakan Allah untuk kesenangan dan dengan kesenangan itu sendiri, dia hidup. Bahkan sebagaimana tubuh itu hidup oleh makanan, ruh itu hidup dengan ilmu dan kasih sayang.
Rasa perasaan memberontak menentang ruh melalui perasaan marah. Hal ini berarti dia telah kehilangan kesenangan surga karena dosa. Oleh sebab itu adalah kewajiban yang paling utama untuk memeliharanya dengan kesenangan ruhani bagi orang yang tidak ingin hidupnya dalam kesenangan jasmani. Mengertikah kamu?
Sungguh aku berkata kepadamu bahwa Allah telah menciptakannya, telah menghukumnya ke neraka dan ke dalam salju dan es yang tak tertahankan karena ia berkata bahwa ia adalah Allah. Tetapi ketika Dia menghilangkan pemeliharaan terhadapnya dengan membawa pergi makanannya dari padanya, barulah ia mengetahui bahwa ia adalah seorang hamba Allah dan pekerja bagi tangan-tangan-Nya.
Dan sekarang ceriterakanlah kepadaku, bagaimana rasa perasaan bekerja pada orang kafir? Pasti itu adalah sebagai Ilah di dalam diri mereka, mengingat bahwa mereka mengikuti perasaan itu, memungkiri akal dan hukum Allah. Oleh sebab itu mereka menjadi tak menyenangkan dan tak beramal shalih.””
Rasa perasaan yang dimaksud dalam Injil Barnabas tersebut adalah jiwa itu sendiri.
Bilamana kita perhatikan diri kita, misalnya tangan. Kita tahu bahwa kita punya tangan yang bisa digerakkan. Siapakah yang menggerakkan tangan kita? Kita tidak tahu karena gaib, namun kita tahu bahwa tangan kita bergerak kalau ada kekuatan atau kuasa gerak. Karena tangan yang lumpuh tidak bisa digerakkan. Gerakan tangan itu sendiri kita tahu ada yang memerintahkan, yaitu keinginan/kehendak. Lalu siapakah yang berkehendak? Tentunya diri kita sendiri, kecuali kalau kita kesurupan atau terkuasai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)