Manunggaling Kawulo Gusti

Manunggaling kawulo Gusti adalah idiom yang banyak disampaikan dalam masyarakat Jawa. Setiap orang tentunya memiliki pemahaman sendiri-sendiri tentang hal tersebut. Saya tidak mempermasalahkan pemahaman setiap orang, karena yang paling utama adalah bagaimana pemahaman saya sendiri yang bisa diterima secara nalar.

Siapakah Gusti? Siapakah Kawulo? Apa yang dimaksud dengan manunggaling?
Gusti adalah tuan. Sedangkan kawulo artinya hamba. Manunggaling adalah bersatunya. Disebut Gusti, harus memiliki kawulo. Disebut Gusti harus memiliki kekuasaan. Kawulo adalah yang dikuasai. Berarti Gusti dan kawulo sejatinya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Berarti Gusti dan kawulo selalu dalam keadaan bersatu atau manunggal.

Lalu semenjak kapan mereka berpisah?

Perpisahan Gusti dengan Kawulo terjadi semenjak Kawulo dikeluarkan menjadi individu. Saat menjadi individu, muncul keakuan dirinya. Apalagi dengan kemampuan yang dimilikinya. Sang diri yang dikeluarkan menjadi individu menjadi egois, semaunya sendiri.

Perjalanan hidup yang diterimanya, semestinya membawa kepada kesadaran diri bahwa akunya adalah Kawulo dan raganya adalah sarana dirinya dididik oleh Gusti. Dimana sarana ragawi tersebut dilengkapi pula dengan hidup atau disebut ruh. Dengan itu, maka ragawi yang dilengkapi dengan ruh lalu diberi nama misalnya Faiz.

Faiz dikeluarkan dari perut ibunya, dimana kemudian dia memiliki kemampuan indrawi dan juga kemampuan mengingat, mengerti dan mencari cara atau solusi bersamaan dengan tumbuh kembang otaknya. Sebelumnya Faiz dalam perut ibunya bisa merasakan dengan adanya jantung.

Setelah Faiz mencapai akil balik yang ditandai dengan aktifnya pengertiannya, maka kesadaran dirinya atau akunya mulai aktif. Saat itulah Faiz memulai langkah kehidupannya, yaitu mengikuti dorongan kemauannya.

Dengan mengikuti dorongan kemauannya, maka keakuan diri Faiz semakin menguat dan lupa akan Gusti. Kawulo dan Gusti pun mulai terpisah. Dengan menggunakan Faiz, maka kawulo tadi digembleng oleh Gusti supaya teringat akan sejatinya, lalu dibuat mengerti bahkan dibuat sadar diri dan akalnya akan memberikan solusi bagaimana cara menjalani kehidupan sesuai tuntunan Gusti.
Dalam menjalani kehidupan, Faiz akan dibuat senang dengan manfaat yang dia terima dan dibuat menderita dengan resiko yang terwujud. Saat senang, diri Faiz lah yang menikmati kesenangan dan di saat menderita, maka diri Faiz pula yang menderita.

Melalui kesenangan (+) dan penderitaan (-), diri Faiz dididik untuk mengerti dan sadar diri bahwa dibalik (+) dan (-) terdapat kehendak Gusti yang dinyatakan dalam cita alam.

Oleh karena itu supaya kita tetap dalam kesadaran diri yang benar, maka janganlah mengejar (+) saja dan membenci (-). Carilah dibalik (+) dan (-) ada kehendak Gusti. Tangkaplah itu dengan pengertianmu! Sadarlah bahwa dirimu adalah Kawulo. Jadi selama diberi kesempatan hidup, berjuanglah untuk mewujudkan cita alam yang merupakan sabda Gusti. Disinilah kita sebagai Kawulo manunggal kembali dengan Gusti.

Tuban, 7 Jun 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)