Rabu, 20 April 2022

Ruh

Pelajaran apa yang diberikan bapak kemarin, dik?

Gak ada yang baru, om. Hanya pendalaman perihal sangkan paran.

Bagaimana penjelasan sangkan paran itu?

Raga berasal dari alam, kembali ke alam.

Kalau begitu, kemana jiwa, ruh dan daya & kemampuannya pergi setelah seseorang mati?

Menurut bapak, ya itu tergantung pada wataknya. Jika wataknya adalah binatang, ia masuk ke alam binatang, tetapi jika wataknya adalah manusia, ia menjadi manusia lagi. Karena pada makhluk hidup ada ruh, pada hewan ada ruh binatang, pada tumbuhan ada ruh tumbuhan dan pada manusia ada ruh manusia. Perpindahan ruh saat kematian tergantung pada wataknya disebut reinkarnasi.

Waduh, saya tidak bisa menerima pendapat itu, karena referensi yang saya baca berbeda. Misalnya, dalam Injil Barnabas, Yesus putra Maryam (a.s.) menyangkal keberadaan ruh tumbuhan, ruh binatang dan ruh manusia. Ruh itu hanya satu, berkaitan dengan akal dan ilmu. Yang dengan dihembuskannya ruh pada seseorang, maka Iblis pun diminta bersujud.

Pendapat perihal adanya ruh tumbuhan, ruh hewan dan ruh manusia banyak dianut orang bahkan ulama Islam, seolah ruh itu daya hidup. Bukankah tanpa ruh, makhluk hidup tidak bisa hidup? Maka muncul teori reinkarnasi yang didasarkan atas watak sesosok makhluk ketika hidup. Memangnya ada tumbuhan yang berwatak hewan atau hewan yang berwatak manusia? Ketika ada pendapat perihal reinkarnasi, maka muncul pertanyaan, siapa yang bertanggung jawab atas tindakan siapa, tumbuhan, hewan atau manusia? Mana bukti reinkarnasi, kenapa hanya orang-orang tertentu yang mengaku-ngaku?

Perihal orang mengaku bahwa dulu dia pernah menjadi si anu, itu bisa jadi faktor DNA raganya yang mungkin masih leluhurnya. Karena DNA membawa memori.

Saya juga tidak faham. Menurut om, bagaimana?

Menurut pendapat saya, itu tergantung pada beberapa pemahaman tentang manusia. Manusia dipahami dengan pengamatan diri. Observasi diri menurut saya, manusia terdiri dari 4 hal, yaitu jiwa yang menyebut dengan saya atau aku, raga manifestasi yang terlihat, daya & kemampuan anugerah Yang Maha Kuasa dan ruh. Jiwa yang awalnya berupa cita, lalu disabda turun dan tercipta dengan wadah raga di alam dunia. Perihal daya dan kemampuan yang dimiliki raga, dianugerahkan sesuai dengan pertumbuhannya. Perihal ruh, menurut hemat saya, dengan mengacu pada Injil Barnabas, Al-Qur'an dan Hadits serta realitas, ruh dihembuskan ke dalam raga saat masih dalam kandungan ibu pada usia 120 hari, yang ditandai dengan pernapasan aktif. Pada saat itu hati atau jantung sudah aktif. Buktinya kurang dari usia 120 hari, aktifitasnya sudah bisa dideteksi dengan USG. Jika ruh ada dalam jantung atau paru-paru, maka kedua organ manusia tersebut tidak bisa ditransplantasikan. Kenyataannya kan bisa, walau tidak berumur lama. Bayi manusia mulai memiliki daya dan kemampuan seiring dengan pertumbuhan raganya. Saat hati / jantung sudah sempurna sang bayi sudah memiliki penilaian hati a5'’ dan keinginan hati a6'’, dengan bukti fenomena ibu-ibu ngidam atau kemauannya akibat dorongan / gawan dari sang bayi. Setelah ruh dihembuskan, sang bayi mulai bernafas dan aktif bergerak a5’ meski dalam kandungan. Begitu lahir, ia mulai mendengar dan melihat a5’. Hal ini membuktikan bahwa fungsi sensorik dan motorik a5’ menjadi sempurna. Di usia 3 tahun mulai bisa mengingat, berarti memori a5''' aktif, di usia 5 tahun mulai sadar diri, menyebut dirinya dengan saya atau aku, yaitu pengertian a6''’ aktif. Usia 7, akal a7''’ aktif. Dalam hal ini, seolah peran ruh berhubungan dengan raga a5 dan otak a7, serta bukan dengan hati a6.

Dengan pendapat itu, bagaimana jalan orang mati itu?

Orang mati adalah ketika jiwa meninggalkan raganya dan dilanjutkan dengan kembalinya ruh kepada Ilahi bersama dengan daya dan kemampuannya? Jiwanya akan ditunjukkan raport kehidupannya sebelum dikembalikan ke raganya di kuburan. Meski dikembalikan, namun tersekat (barzakh). Itu berarti jiwa orang mati hidup di dunia yang gelap dan dingin dan mungkin menyaksikan raganya dihancurkan menjadi tanah. Alam kematian bisa jadi alam memori, karena kita mengenang eksistensi almarhum dalam memori a5’’’ kita.

Jika ruh dikaitkan dengan kehidupan, berarti ruh adalah kekuatan hidup. Kalau begitu ruh ada pada tumbuhan, hewan dan manusia, kan om? Padahal tidak seperti itu, bagaimana penjelasannya supaya makin bisa difahami?

Bukankah para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam (a.s.). Semua bersedia bersujud, tetapi Iblis menolak. Nah kalau ruh adalah daya hidup, berarti ada pada semua makhluk hidup, mestinya Iblis juga bersujud kepada tumbuhan, hewan dan manusia semisal Homo Erectus. Bukan hanya kepada Nabi Adam (a.s.) saja. Jadi siapa pun yang tidak ingin mau menggunakan akalnya akan dicap bukan manusia atau tersesat, bahkan dimurkai Allah. Bukankah dengan kemampuan ilmu dan akal, manusia bisa mengembangkan peradaban yang tidak bisa dilakukan makhluk lain, meski itu dari golongan jin maupun malaikat? Peradaban itu terwujud karena tingkat kepercayaan seseorang dalam upaya mewujudkan cita-citanya. Maka orang yang percaya hingga yaqin itu karena ada penguatan dari ruhnya, hingga dia bisa mewujudkan yang kata awam impossible (QS Al Mujadilah 58 ayat 22). Sampai akhirnya ada manusia yang mengaku sebagai tuhan.

=============================================================

Mutiara Papahan, 20 Apr 2022; 17 Ramadhan 1443


Tidak ada komentar:

Persiapkan Dirimu Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Dzat yang...