Ketika usia
sudah mendekati 60 tahun, suwidak kata orang Jawa; itu bermakna wes cedak, yang
artinya sudah dekat. Sudah menjadi kehendak Allah Yang Maha Kuasa bahwa
kami-kami yang sudah suwidak ini diingatkan untuk selalu mendekatkan diri
kepada Allah Yang Maha Kuasa karena ajal sudah semakin mendekat.
Mendekati
usia suwidak, rambut sudah dwiwarna, gigi-gigi sudah mulai goyah, lengan dan
kaki sudah tidak cekatan. Dalam kondisi seperti ini, maka jangan sampai berhati
mendua; yaitu masih berambisi mengejar dunia namun juga berkemauan untuk
menyiapkan diri. Kalau masih mendua, maka potensinya adalah kegagalan untuk
menyiapkan diri.
Kemenduaan
secara filosofis adalah sikap kemusyrikan. Satu dari tiga dosa besar dan tidak
terampunkan. Bagi mereka yang sudah mendekati bahkan sudah memasuki ataupun
melewati usia suwidak sebaiknya berfokus menjadi pandita, yaitu menjemput
kemuksaan.
Muksa
adalah terpisahnya raga dengan diri. Raga tetap berada di bumi, diri dengan
ditemani ruh-Nya menuju kepada yang dicintainya. Tentunya kesempurnaan muksa
adalah mencintai Allah Yang Maha Kuasa, bukan yang lain. Sehingga diri kita
manunggal, kembali kepada Diri sejati yang dikuasai dengan keyakinan sempurna.
Meski sudah
fokus kepada pengembalian diri, namun sikap berjuang/berjihad untuk selalu
melaksanakan perintah Kuasa harus tidak boleh dikendorkan bahkan harus terus
ditingkatkan. Karena bagi yang sudah mengerti, hidup di dunia adalah
melaksanakan perintah Allah Yang Maha Berkehendak, sebagai konsekuensi atas
fitrah kita sebagai hamba atau utusan-Nya.
Mutiara Papahan, 13 Mei 2022; 12 Syawal 1443
Tidak ada komentar:
Posting Komentar