Di Zaman Ini, Dimanakah Wali-Wali Allah?

 

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah (SWT) bertanya kepada Musa (AS). “Musa, apakah engkau telah mengerjakan suatu amalan untuk-Ku?”

“Rabb-ku saya telah sholat, puasa dan bersedekah, bersujud karena-Mu serta memuji-Mu, membaca Kitab-Mu dan berdzikir kepada-Mu,” jawab Musa (AS).

“Musa, di dalam sholat ada pembelaan bagimu, di dalam puasa ada surga untukmu, di dalam sedekah ada naungan untukmu dan di dalam tasbih ada Cahaya untukmu. Lalu apa amalan lain yang engkau kerjakan untuk-Ku?”

“Rabb-ku, tunjukkan padaku amalan yang dapat kukerjakan untuk-Mu?”

“Musa, apakah engkau menolong wali-Ku? Apakah engkau memusuhi musuh-Ku?”

Musa pun mengerti bahwa amalan yang paling utama adalah mencinta dan membenci karena Allah serta membenci musuh-musuh-Nya.[1] Ini adalah akhlak orang-orang yang Zuhud.

Semua amal umat manusia adalah bagi dirinya, kecuali amalan orang-orang yang menolong wali-wali Allah. Dengan menolong wali-wali Allah, mereka beramal untuk Allah (SWT). Siapakah wali-wali Allah dan bagaimana mengetahui keberadaan mereka? Menurut para Ulama, wali-wali Allah adalah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.       Beriman, bertakwa dan suka menyembunyikan diri

Allah SWT berfirman dalam QS surat Yunus ayat 62-64: Ingatlah, sesungguhnya Wali-Wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa, bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar,

Dari Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab, katanya: “Pada suatu kali Umar mendatangi tempat Mu’adz ibnu Jabal (RA), kebetulan ia sedang menangis, maka Umar berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Mu’adz?”

Kata Mu’adz: “Aku pernah mendengar Rasulullah (SAW) bersabda: “Orang-orang yang paling dicintai Allah adalah mereka yang bertakwa yang suka menyembunyikan diri, jika mereka tidak ada, maka tidak ada yang mencarinya dan jika mereka hadir, maka mereka tidak dikenal. Mereka adalah para Imam Petunjuk dan para Pelita Ilmu.”

2.       Selalu ingat kepada Allah dan jika melihat mereka, akan mengingatkan kita kepada Allah SWT

‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah (SAW) bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahasia, karena mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Rabb-nya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Rabb-nya.

Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Jiwa mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang. Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayang-Nya.

Mereka suka membagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi jiwa mereka di langit. Jasmani mereka di bumi, tetapi jiwa mereka di Arsy. Ruh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah QS Ibrahim 14 ayat 14: dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku."

Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya: “Ia pernah mendengar Rasulullah (SAW) bersabda: “Allah berfirman: “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, wali-wali-Ku adalah orang-orang yang Aku cintai. Mereka selalu mengingat-Ku dan Aku pun mengingat mereka.”

Dari Said (RA), ia berkata: “Ketika Rasulullah (SAW) ditanya: “Siapa wali-wali Allah?”

Maka beliau bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah.”

3.       Mereka saling menyayangi dengan sesamanya

Dari Umar Ibnul Khattab (RA) berkata: “Rasulullah (SAW) bersabda: “Sesungguhnya sebahagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para Nabi dan para Syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”

Tanya seorang: “Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?”

Sabda beliau: “Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah maupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah.” Kemudian Rasulullah (SAW) membacakan firman Allah yang artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”

4.       Pandai mengendalikan diri di saat marah, wara’ dan berbudi pekerti yang baik

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas (RA) bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: “Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, yaitu: pandai mengendalikan diri di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.”

5.       Selalu berjuang mencari ridha Allah

Rasulullah (SAW) bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para Nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan ridha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal karena akan amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para Malaikat dan para Nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.”

Kemudian Rasulullah (SAW) menangis karena rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksa-Nya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari perjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat.”

6.       Selalu menegakkan agama Allah

Imam Ali Bin Abi Thalib (KW) berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka.

Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agama-Nya dan syariat-Nya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi ruhaninya membumbung ke alam Malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’i yang dianugerahi keyakinan kepada agama-Nya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”

7.       Selalu mencintai dan merindukan Allah

Imam Ghazali menyebutkan: “Allah pernah memberi ilham kepada para Siddiq: “Sesungguhnya ada hamba-hamba-Ku yang mencintai-Ku dan selalu merindukan Aku dan Aku pun demikian. Mereka suka mengingat-Ku dan memandang-Ku dan Aku pun demikian. Jika engkau menempuh jalan mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu. ”

Tanya seorang Siddiq: “Ya Allah, apa tanda-tanda mereka?” Firman Allah: “Di siang hari mereka selalu menaungi diri mereka, seperti seorang pengembala yang menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang, tetapi mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba, ketika tempat tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka berdiri tegak dalam sholatnya. Mereka merendahkan dahi-dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat, menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepada-Ku. Mereka berdiri, duduk, ruku’, sujud untuk-Ku. Mereka rindu dengan kasih sayang-Ku.

Mereka Aku beri tiga karunia: Pertama, Aku beri cahaya-Ku ke dalam hati mereka, sehingga mereka dapat menyampaikan ajaran-Ku kepada manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajah-Ku kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan Aku berikan kepada mereka?”

8.       Keyakinan mereka dapat menggoncangkan gunung

Abdullah ibnu Mas’ud pernah menuturkan: “Pada suatu waktu ia pernah membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan”, pada telinga seorang yang pingsan.”

Maka dengan izin Allah, orang itu segera sadar, sehingga Rasulullah (SAW) bertanya kepadanya: “Apa yang engkau baca di telinga orang itu?”

Kata Abdullah: “Aku tadi membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan” sampai akhir surah (QS Al Mukminun 23 ayat 115 - 119).”

Maka Rasul (SAW) bersabda: “Andaikata seseorang yakin kemujarabannya dan ia membacakannya kepada suatu gunung, pasti gunung itu akan hancur.”

Mereka dianugerahi karunia dari Allah (karamah) yang menunjukkan kecintaan Allah kepada mereka, sebagaimana hadits-hadits berikut:

Dari Anas ibnu Malik (RA) berkata: “Rasulullah (SAW) bersabda: “Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.”

Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para sahabat: berkata: “Wahai Barra’, sesungguhnya Rasulullah (SAW) pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa, pasti akan terkabul. Oleh karena itu, berdoalah untuk kami.”

Maka Barra’ berdoa, sehingga kami diberi kemenangan.

Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: “Ya Allah, aku mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan Nabi-Mu.” Maka kaum Muslimin diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.

Dari Ibnu Umar (RA), katanya: “Rasulullah (SAW) bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmat-Nya dan diberi hidup dalam afiyah-Nya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang.”

Di zaman ini dimanakah kita bisa menemukan mereka, sehingga kita bisa beramal untuk Allah SWT?

Papahan, 3 Jumadil Akhir 1445 atau 16 Des 2023



[1] Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi, Ziarah Ruhani Bersama Imam Al-Ghazali, Pustaka Hidayah, 1999, hal. 151.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)