Rabu, 12 Juli 2023

Maqam #6 - Ikhlash, tapi bukan mempercayai pernyataan Iblis

Kita sering mendengar pernyataan bahwa hanya orang yang ikhlash yang tidak bisa disesatkan Iblis beserta bala tantara setan. Hal ini didasarkan atas pernyataan Iblis laknatullah, yaitu dalam firman Allah QS Al Hijr 15 ayat 39-40: Iblis berkata: "Ya Rabb, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlasin di antara mereka."

Ini kan pernyataan Iblis, masakan kita akan mempercayai? Lalu apa makna mukhlashin?

Menurut ahlinya, mukhlashin adalah orang-orang yang dianugerahi sifat ikhlash. Sedangkan mukhlishin adalah orang-orang yang berusaha ikhlash. Meski pernyataan Iblis itu benar, namun tidak boleh dijadikan sandaran, karena tipuannya sulit untuk dikalahkan. Kecuali kalau memperoleh karunia berupa pertolongan Ilahi.

Sejatinya, ikhlash itu apa?

Jibril (a.s.) menjelaskannya sebagai berikut: “Orang ikhlash adalah dia yang tidak memohon dari manusia lain, tapi berusaha keras sampai dia memperoleh cita-citanya; apabila dia telah memperolehnya dia akan rela. Jika masih ada sesuatu yang tersisa di tangannya, dia akan memberikannya karena ALLAH semata-mata. Orang yang tidak memohon dari makhluq, berarti dia telah menyatakan ubudiyah (kehambaan) kepada ALLAH azza wa jalla. Jika dia memperolehnya lalu dia rela, berarti dia telah rela kepada ALLAH dan ALLAH juga rela kepadanya. Apabila dia memberi semata-mata karena ALLAH azza wa jalla, maka dia memberinya dengan penuh keyakinan akan janji-Nya.”

Jadi ciri utama bersikap ikhlash adalah tidak memohon kepada makhluk lain, tetapi berusaha cerdas untuk menggapai cita-citanya. Cita-cita adalah perintah Ilahi yang diturunkan melalui pikiran. Jadi upaya perwujudan cita-cita artinya menghamba kepada Ilahi dan haruslah dilakukan sendiri, karena dialah yang diutus untuk mewujudkannya. Karena menjalankan perintah Ilahi, maka ketika mewujudkannya dilakukan dengan kesungguhan agar mendapatkan hasil yang sempurna.

Untuk memperoleh karunia berupa akhlak ikhlash atau menjadi mukhlash, haruslah diawali dengan bersikap sebagai hamba yang mukhlis. Insya Allah karunia Ilahi menjadi mukhlas bisa diterima dan juga menerima perlindungan Ilahi, yaitu sebagaimana firman Allah dalam QS Al Hijr ayat 41-42: Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.”

Cara memperoleh perlindungan Allah dinyatakan dalam firman-Nya QS Al A’raaf 7 ayat 200: Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Jadi dengan bersedia menjadi hamba Allah yang beriman dan bertawakal, maka Allah tidak memberikan setan kekuasaan untuk menyesatkan hamba-Nya. QS An Nahl 16 ayat 99: Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabb-nya.

Semoga pemahaman ini bisa menjadi motivasi tambahan dalam perjuangan mewujudkan cita-cita dan selalu meminta perlindungan Allah SWT.

Mutiara Papahan, 18 Dzulhijjah 1444 H / 6 Juli 2023


Jumat, 07 Juli 2023

Maqam #4 - Ridha

Orang selalu ingin berada di zona nyaman. Saat dia berada di zona tersebut, dia merasa bahwa dia berada dalam keridhaan Ilahi. Sedangkan berada di luar zona tersebut dia merasa sedang dihukum.

Kenyataan kehidupan berkata lain. Ada tiga jenis ketidak-nyamanan kehidupan, yaitu musibah akibat kesalahan kita sendiri, fitnah yang merupakan ujian keteguhan akan pilihannya dan bala yang merupakan ujian kenaikan tingkat untuk semakin didekatkan kepada Allah SWT.

Sikap individu dalam menangani masalah pun berbeda-beda sesuai dengan maqamnya masing-masing. Namun bagi yang sudah memahami bahwa dia hanyalah hamba atas Rabbul alamin, tentunya akan selalu berusaha mensikapi dengan keridhaan atas semua peristiwa yang terjadi, termasuk ketidak-nyamanan. Dia menyadari bahwa semua ujian itu adalah untuk menaikkan derajadnya. Oleh karena itu dia akan selalu berusaha untuk menjalankan suatu tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh, karena untuk mendapatkan kelulusan bahkan hadiah Ilahi atas perjuangannya.

Jadi benarlah informasi malaikat Jibril (a.s.) yang menjelaskan perihal akhlak ridha kepada Nabi Muhammad (s.a.w.): Orang yang ridha adalah orang yang tidak murka kepada tuannya, apakah dia memperoleh dunianya atau tidak; dan dia tidak rela dirinya menjalankan suatu tanggung jawab sekedarnya.

Mutiara Papahan, 22 Rajab 1444 H

Minggu, 02 Juli 2023

Maqam #2 - Sabar

Kalau kita sedang terkena masalah, lalu orang-orang di sekitar kita akan mengatakan, “Yang sabar dalam menghadapi masalah.”

Maksud sabar itu apa?

Jibril (a.s.) menjelaskannya sebagai berikut: “Yakni engkau bersabar di saat papa/miskin, sebagaimana engkau bersabar di saat kaya; engkau bersabar di saat menerima bencana, sebagaimana engkau bersabar di saat sejahtera; engkau tidak mengeluhkan keadaanmu kepada makhluk lain atas apa yang engkau terima dari ujian dan derita.”

Jadi ciri utama bersikap sabar adalah tidak mengeluh kepada makhluk lain atas segala masalah dan penderitaan yang diterimanya, tetapi menerimanya sebagai bagian dari gemblengan Ilahi untuk menjadi pribadi yang semakin berakhlak mulia. Bukankah untuk mencapai kesuksesan perlu pengorbanan? Oleh karenanya berbahagialah dengan gemblengan duniawi tersebut, karena kita dibawa Allah kepada kesuksesan hidup. Bahkan orang-orang yang tidak bermasalah itulah yang seharusnya khawatir, seolah sudah ditinggalkan Allah dengan dibiarkan hidup di dunia bebas masalah.

Firman Allah (S.W.T.) dalam QS Al Baqarah 2 ayat 155~157: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan (walanabluwannakum) kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa (wal-anfusi) dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna Lillahi wa inna ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Semoga pemahaman ini bisa menjadi peringan dalam kehidupan dunia, bilamana bisa diterima dan disikapi serta menjadi akhlak kita.

Mutiara Papahan, 21 Syawal 1444 H 

Persiapkan Dirimu Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Dzat yang...