Pikiran (a7) yang ditunggangi oleh
keakuan akan diarahkan demi kepuasan dirinya. Karena pikiran terbawa keakuan,
maka penggunaan pikiran seperti ini akan cenderung membawa kepada perdebatan,
yang akhirnya menimbulkan kemarahan hingga kedengkian kepada orang lain yang
berbeda pendapat. Kedengkian ini akan
membuat manusia berpecah-belah. QS
Yunus 10 ayat 19: “Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka
berselisih. Satu sama lain kemudian saling membenarkan dan saling memfitnah
karena kedengkian satu sama lain.” QS Ali Imran 3 ayat 19: “Sesungguhnya
agama di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah
diberi Al Kitab, kecuali sudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian di antara mereka. Barangsiapa kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya.”
Pada
kenyataannya berbagai fitnah telah bertebaran di muka bumi dan umat manusia
mengalami kebingungan. Riwayat yang menyebutkan terjadinya fitnah ini adalah
sebagaimana yang dikisahkan dari Abdullah bin ‘Umar bahwasanya ia berkata:
“Suatu ketika kami duduk-duduk di hadapan Rasulullah (saw) memperbincangkan
soal berbagai fitnah, beliau pun banyak bercerita mengenainya. Sehingga beliau
juga menyebut tentang fitnah Ahlas.
Maka,
seseorang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan fitnah Ahlas?”
Beliau
menjawab, “Yaitu fitnah pelarian dan
peperangan. Kemudian fitnah
Sarra’, kotoran atau asapnya berasal dari bawah kaki seseorang dari Ahlubaitku,
ia mengaku dariku, padahal bukan dariku, karena sesungguhnya waliku hanyalah
orang-orang yang bertakwa. Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti
bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian fitnah Duhaima’ yang tidak membiarkan ada seseorang dari
umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan: “Ia telah selesai”, maka ia
justru berlanjut, di dalamnya seorang pria pada pagi hari beriman, tetapi pada
sore hari menjadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah
keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak
mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal
pada hari itu atau besoknya.”[1]
Fitnah yang pertama berasal dari
kecenderungan umat manusia yang mengikuti keakuannya
dengan menunggangi memori (a5’’). Akibatnya memorinya menjadi sesat dan
menghasilkan doktrin sesat. Dimana pintu dari fitnah ini
adalah Umar (ra). Memori
(a5’’) yang semestinya lurus dan suci telah dikotori
oleh keakuannya. Pada zaman dulu banyak sekali orang-orang membuat
hadits-hadits palsu untuk membenarkan kelompoknya. Akhirnya mendorong
terjadinya ilmu penelaahan hadits seperti Bukhari, Muslim, dan lain-lain; yang
mungkin sampai sekarang sulit dituntaskan.
Memori sesat bisa ditanamkan melalui
indoktrinasi. Dan ketika sudah tertanam lalu ditumbuhkan gairah untuk melakukan
amalan, maka akan timbul dorongan semangat yang luar biasa bahkan bersedia
mengorbankan nyawa sekalipun. Mereka akan berupaya menuntaskan kebencian kepada
mereka yang berbeda pendapat melalui segala cara dan itu dianggapnya sebagai
martir atau jihad, termasuk dengan penggunaan teror[2].
Padahal Nabi (saw)
memberikan nasehat, “Sungguh tidak beriman seseorang yang tidak bisa memberikan
rasa aman kepada tetangganya.” Jadi orang beriman itu memberikan rasa aman,
bukan berupaya secara sistematis menciptakan teror, yaitu mengkondisikan ketakutan yang
nyata (fisik), agar orang tunduk dan patuh kepadanya.
Fitnah Ahlas telah terjadi berupa perpecahan umat Islam dengan munculnya berbagai
macam kelompok atau aliran. Perbedaan sebetulnya fitrah,
namun kalau sudah terbawa oleh keakuan diri, maka muncullah kelompok-kelompok
atau aliran-aliran agama. Padahal
sudah diperingatkan dalam QS Al Mu’minun 23 ayat 42-55: “Sesungguhnya ini
adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka
bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah
menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada sisi mereka. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.”
Bahkan ancaman hukuman lebih
berat menunggu mereka, yaitu cap kemusyrikan. QS Ar Ruum 30 ayat 29-32: “Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti
hawa nafsunya tanpa ilmu; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah
disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun. Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
Agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dengan kembali
bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah sholat dan
janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah
belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”
Fitnah kedua disebut fitnah Sarra’ nampaknya telah muncul ketika dua orang yang
mengaku sebagai Syarif bekerja sama dengan Inggris untuk membebaskan
Arab dari Turki. Mereka adalah Amir Faisal putra dari Syarif Hussein penguasa
Hijaz yang berhasil membebaskan Arab dari Turki pada 31 Oktober 1918.
Penggunaan gelar Syarif
mengindikasikan bahwa mereka mengaku sebagai keturunan Nabi (saw), namun
pengakuan itu ditolak oleh Nabi berdasarkan hadits di atas. Mereka berkuasa
hanya beberapa tahun sebelum dikalahkan oleh dinasti Al Saud dan berdirilah
kerajaan Arab Saudi hingga sekarang. Dan semenjak itu, kemakmuran dan
kesejahteraan melanda seluruh dunia. Berarti fitnah Sarra’ menunjukkan
bahwa manusia menjadi lalai karena kenikmatan dunia.
Fitnah kedua ini ada hubungannya
dengan pengertian (a6’’) yang telah dikotori oleh keakuan. Pengertian yang
dikotori menghasilkan pengertian salah. Agama yang semestinya berupa sikap dan
tindakan orang yang berketuhanan, telah berubah menjadi pandangan
kelompok-kelompok dengan persepsi masing-masing. Artinya orang-orang telah bergeser
dari tujuan utama akibat salah pengertian. Sebagai contoh pada zaman sekarang
telah timbul kelompok-kelompok yang
mengaku nabi, rasul, wali bahkan kelompok-kelompok yang mengaku mempersiapkan
kedatangan Imam Mahdi, seperti ISIS. Dan ini telah membuat umat kebingungan.
Ingatlah firman Allah agar kita
selamat, yaitu berpeganglah kepada Buhul tali Allah. QS Al Baqarah 2 ayat 256: “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” Thaghut artinya melampaui
batas, yaitu mengikuti keakuannya tanpa pengertian (a6’’). Pengertian (a6’’)
akan membuat hatinya bercahaya, menjadi hati nurani yang bisa memandu seseorang
agar tidak tersesat hidupnya.
Fitnah yang ketiga diduga berasal dari akal (a7’’) yang telah rusak,
sehingga hanya menghasilkan angan-angan. Angan-angan ini mendorong manusia untuk malas dalam berjuang dan
sibuk mengejar kesenangan duniawi. Bilamana ada orang atau makhluk yang mampu
memberikan apa yang mereka maui, maka mereka akan rela menyerahkan dirinya
bahkan mempertuhankan orang tersebut. Mereka
adalah utusan Dajjal, meski sebagian besar dari mereka tidak menyadari.
Dalam mitologi Jawa juga terdapat
tokoh-tokoh yang menjadi utusan Dajjal, yaitu Sabdopalon dan Noyogenggong.
Kedua tokoh ini dipopulerkan dan dijadikan pahlawan bahkan dinanti
kedatangannya kembali. Kisah perihal ini tertuang dalam serat Dharmagandul[3]. Dalam serat tersebut dikisahkan tentang
Sunan Kalijaga dengan Raja Brawijaya dari Majapahit yang masuk Islam, namun
kedua pengikut setianya yang bernama Sabdopalon dan Nayagenggong tidak
bersedia. Berikut adalah terjemahan bebasnya dialog tersebut:
Berkata
Sabdopalon kepada Sang Prabu, “... Paduka sudah terlanjur terperosok, bersedia
menjadi Jawan, suka menyerupai, suka ikut menumpang, tanpa guna saya asuh, saya
malu kepada bumi langit, malu mengasuh orang hina, saya akan mencari anak asuh
yang bermata satu, tidak suka mengasuh paduka. Kalau saya bermaksud
mengeluarkan keperwiraan, air saya kentuti sekali saja, sudah menjadi wangi.
Kalau paduka tidak tahu, yang disebut dalam pemegang kekuatan Jawa, nama Manik
Maya adalah saya, yang membuat kawah air panas di atas gunung-gunung Mahameru
itu semua saya, adik Bathara Guru hanya mengiyakan saja, pada waktu itu tanah
Jawa daratan berguncang, karena besarnya api yang berada di bawah daratan,
gunung-gunung semua saya kentuti, selanjutnya puncaknya terus tembus berlubang,
apinya banyak yang keluar, maka tanah Jawa kemudian tidak gempa, maka
gunung-gunung yang tinggi puncaknya, semua keluar apinya serta kemudian muncul
kawahnya, berisi air panas dan air tawar, itu adalah saya yang berbuat, semua
itu atas kehendak Latawalhujwa, yang
membuat bumi dan langit. Apa kekurangan agama Buddha, orang bisa berbicara
langsung dengan Yang Maha Kuasa. Paduka tahu, kalau sudah berganti agama Islam,
meninggalkan agama Buddha, keturunan paduka tentu akan sial, Jawa tinggal
Jawan, Jawanya hilang, suka menumpang bangsa lain. Nanti pasti diperintah oleh
orang Jawa yang memahami.
...
Sabdopalon mengucap sedih, “Saya ini
Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang menduduki kekuasaan,
menjadi asuhan saya. Mulai dari leluhur paduka dulu, Sang Wiku Manumanasa,
Sakutrem dan Bambang Sakri, turun-temurun hingga sampai sekarang, saya mengasuh
penguasa tanah Jawa. Saya kalau tidur bisa 200 tahun, selama saya tidur pasti
ada peperangan saudara melawan saudara, yang nakal semua akan makan manusia,
sama makan bangsanya sendiri, hingga saat ini, umur saya sudah 2000 lewat 3
tahun. (Saya) mengasuh penguasa Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, teguh
mengingat yang pertama membenarkan agama Buddha. Baru paduka yang berkehendak
meninggalkan pegangan luhur Jawa. Jawa artinya memahami, sekedar menerima
bernama Jawan, suka ikut menumpang, niatnya membuat gagal moksa paduka nanti.”
...
Sabdopalon menyampaikan bahwa akan
memisahkan diri, ketika ditanya akan pergi kemana, jawabnya tidak pergi, namun
tidak menetap di situ, hanya menetapi nama Semar, meliputi semua wujud, terang
sekali tertutup cahaya. Sang Prabu diminta menyaksikan, kalau di kemudian hari
ada orang Jawa bernama tua (dihormati), bersenjata pengertian, yaitu yang
diasuh oleh Sabdopalon, orang Jawan akan diberi pelajaran memahami benar salah.
Saat ini banyak orang yang memiliki
kemampuan untuk menghasilkan kekayaan bagi orang lain, waktunya hanya
disibukkan untuk mencari kekayaan bagi dirinya sendiri dan orang-orang lain.
Pergerakan manusia-manusia yang mengejar kekayaan duniawi sangatlah cepat,
yaitu dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Berarti pada zaman fitnah ketiga, Dajjal masih berupa cerita atau mitos,
dimana bisa difahami bahwa mata kiri seperti buah anggur yang mengapung
melambangkan fokus kehidupannya adalah demi kesenangan akan segala kenikmatan
duniawi. Sedangkan mata kanan yang buta menandakan ketidak-pedulian akan
kehidupan akhirat. Dia digambarkan memiliki sungai, dimana sungai selalu berada
di sisi lembah yang merupakan lambang kenikmatan. Ini bisa dimaknai bahwa
Dajjal menarik manusia agar terjebak ke dalam kenikmatan duniawi dan melupakan
kehidupan akhirat, melupakan Allah.
Berarti tidak beda dengan Sabdopalon
yang merupakan utusan dari Latawalhujwa
yang mengaku membimbing orang-orang Jawa dalam hal kekuasaan duniawi. Yang
mengajak agar orang Jawa bisa berbicara langsung dengan Tuhannya (Latawalhujwa yang dianggap sebagai Yang
Maha Kuasa – Sang Hyang Wenang). Sabdopalon pun ternyata juga hanya bersedia
membimbing orang-orang yang bermata satu (Dajjal), yakni yang hanya melihat
kebenaran dari versinya.
QS An Najm 53 ayat 19–20: Maka apakah patut kamu (hai orang-orang
musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling
terkemudian?”
Selain para pengejar kenikmatan dunia
tanpa peduli dengan akhirat, juga terdapat orang-orang yang terjebak dalam
angan-angan beragama. Mereka berlebihan dalam beragama dan cenderung membenci
yang berbeda cara. Mereka akan mudah tersulut kemarahannya ketika ada orang
yang memanfaatkan agama mereka melalui agitasi dan kebohongan. Kasih sayang
sepertinya telah dicabut dari hatinya, yang menguat adalah gairah beragama.
Namun agama yang sama persepsinya dengan mereka. Sudut pandang mereka seolah
selalu positif, menolak yang negatif. Mereka lupa bahwa positif dan negatif
adalah izin Yang Kuasa, agar manusia mengenal adanya yang lebih dan adanya cita
atau kehendak Ilahi. Ujungnya adalah mengerti akan Yang Kuasa.
Bilamana dihubungkan dengan pesan
Brawijaya kepada Sunan Kalijaga bahwa Sabdopalon akan kembali 500 tahun lagi,
berarti tahun 2017 lah mereka berdua akan hadir kembali mempersiapkan
kedatangan tuannya yang bermata satu. Kebetulan berdasarkan pengamatan,
orang-orang Jawa telah semakin banyak yang beragama pakerti[4],
yakni berwatak senang berkarya
(A8), berarti banyak hasil karya manusia. Bukankah keadaan ini yang sedang
dialami?
Dan yang terakhir adalah Dajjal[5]
dengan segala keajaiban yang akan ditampilkannya yang membawa manusia kepada ketertipuan. Dia akan membuat kaya raya orang yang
mengikutinya dan sebaliknya. Dia akan memenuhi segala hawa nafsu orang-orang
yang mengikutinya, termasuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan orang-orang
yang mencintai dunia.
Dajjal Al Masih digambarkan oleh
Rasulullah (saw) bahwa mata sebelah kanan buta dan mata kirinya seperti sebutir
biji buah anggur yang mengapung. Dajjal Al Masih berambut sangat keriting.
Dajjal mempunyai dua sungai yang mengalir. Yang satu kelihatan oleh mata
mengalirkan air putih bersih, sedang yang satu lagi kelihatan bagaikan api yang
sedang bergejolak yang sedang mengalir. Siapa yang menemukannya, hendaklah
didatanginya sungai yang kelihatan seperti api menyala. Picingkan mata,
tundukkan kepala dan minumlah airnya, maka sesungguhnya itu adalah air sejuk.
Dajjal antara kedua matanya terdapat tulisan “kafir”, yang dapat dibaca oleh
setiap mukmin. Kecepatan Dajjal seperti hujan ditiup angin. Dajjal juga
digambarkan memiliki kemampuan menurunkan hujan, membuat suatu daerah menjadi
makmur kalau mereka beriman kepadanya. Atau menjadi kering kerontang bilamana
tidak beriman kepadanya.
Kalau diperhatikan dari sisi mitologi (A10), orang-orang Jawa yang berada di sisi
barat mungkin sudah terjebak dalam upaya mengejar kenikmatan duniawi atau sekedar angan-angan beragama. Orang-orang Jawa sisi tengah pun sebenarnya mulai ikut-ikutan, namun masih dikemas dengan budaya
yang lebih santun. Sedangkan orang Jawa di sisi timur sebagian masih ada yang bertahan untuk tetap khusyu’ menekuni
kebenaran,
terutama di tempat matahari terbit (Khurasan?). Akankah yang dari timur memiliki keteguhan untuk menerangi
ataukah yang dari barat semakin menggelapkan?
Mitologi (A10) jangan dianggap remeh, karena menurut sejarah, proses perwujudan segala sesuatu
diawali dengan mitos
(A10), lalu menjadi ilmu (A9), lalu terwujud (A8), selanjutnya hilang menjadi ilmu
sejarah (A9) dan kembali menjadi mitos (A10) lagi.
Dan pada kenyataannya mampukah
menolak orang yang mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan di dunia ini?
Sedangkan di saat bersamaan umat semakin merindukan pemimpin-pemimpin yang
mampu memakmurkan dan mensejahterakan? Lihatlah iklan-iklan kampanye, semuanya
menjanjikan kemakmuran, kemudahan. Hampir
tidak ada iklan kampanye yang
menjanjikan pembangunan karakter manusia.
[2]Teror adalah kondisi takut yang nyata. Terorisme
adalah upaya terkoordinasi untuk menebarkan rasa takut. Contoh-contoh teror
diantaranya adalah tindakan kekerasan (represi) individu atau kelompok untuk
memaksakan kehendak. Tindakan (hegemoni) atasan (superior) kepada bawahan
(inferior) yang membuatnya takut dipecat, sehingga patuh melaksanakan apa saja
yang diperintahkan bahkan harus melanggar aturan sekali pun. Secara tidak
sadar, atasan-atasan seperti ini menjadi Ilah baru bagi mereka-mereka yang
berjiwa inferior. Pejabat pemerintahan yang mempergunakan kewenangan yang
dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan pribadi adalah juga bentuk teror.
Bahkan dominasi orang yang ahli debat pun termasuk para penghina bisa menjadi
teror buat yang lainnya. Termasuk
para guru dimana saja yang mengawali proses belajar mengajar dengan sengaja
atau tidak telah membentuk murid-muridnya dengan karakter inferior, karena
dialah yang paling tahu, paling benar, dialah yang superior. Barangkali ini
yang membuat banyaknya anak-anak sekolah yang mengalami kesurupan. Akibat dari
pelemahan jiwa sehingga tidak mampu menguasai diri, lalu menjadi kalap atau
terkuasai oleh makhluk lain.
[5]Dajjal Al Masih digambarkan oleh Rasulullah (saw) sebagaimana ditulis dalam Ringkasan Hadits Muslim susunan Zaki Al-Din ‘Abd
Al-Azhim Al-Mundziri no 79 bahwa mata sebelah kanan buta dan mata kirinya
seperti sebutir biji buah anggur yang mengapung. Dajjal Al Masih berambut
sangat keriting. Sedangkan dalam kitab Terjemah Hadits Shahih Muslim oleh
Ma’mur Daud no 2478 bahwa Dajjal mempunyai dua sungai yang mengalir. Yang satu
kelihatan oleh mata mengalirkan air putih bersih, sedang yang satu lagi
kelihatan bagaikan api yang sedang bergejolak yang sedang mengalir. Siapa yang
menemukannya, hendaklah didatanginya sungai yang kelihatan seperti api menyala.
Picingkan mata, tundukkan kepala dan minumlah airnya, maka sesungguhnya itu
adalah air sejuk. Dajjal antara kedua matanya terdapat tulisan ‘kafir’, yang
dapat dibaca oleh setiap mukmin. Dalam hadits no 2480 dijelaskan Rasulullah (saw) bahwa kecepatan Dajjal seperti hujan ditiup
angin. Dajjal juga digambarkan memiliki kemampuan menurunkan hujan, membuat
suatu daerah menjadi makmur kalau mereka beriman kepadanya. Atau menjadi kering
kerontang bilamana tidak beriman kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar