Memaknai Basmalah Agar Tidak Mencatut ALLAH

Sekarang muncul fenomena beragama yang semakin meluas, sehingga penggunaan frasa Basmalah sudah menjadi kebiasaan. Bagi kami hal ini lumrah dan sudah kami praktekkan selama bertahun-tahun. Hingga suatu ketika ada seseorang mengirim email dan diawali dengan frasa Basmalah. Yang terbersit dalam pikiran kami adalah begitu banyak orang mengatas-namakan Allah. Apakah kita semua sudah sah mengatasnamakan Allah? Sedangkan kita hidup beraktifitas adalah untuk mewujudkan kemauan kita dan barangkali bukan kehendak Allah?

Berarti kami harus mensucikan dahulu kemauan kami yang seringkali membawa kami kepada watak kesetanan. Yaitu dengan membaca ta'awudz yang kalau ditulis berarti pernyataan kita untuk berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Bukankah setan itu berasal dari golongan jin dan manusia? Berarti dengan berlindung kepada Allah, maka kita terlindungi dari dorongan kemampuan perasaan yang membuat kita gampang tersinggung dan dorongan kemauan yang membuat kita kesetanan bahkan watak Iblis yang enggan dan takabur.

Setelah mensucikan kemauan dan agar apa yang akan kita wujudkan adalah sesuai dengan kehendak-Nya, maka kita perlu bersyahadat agar kita tidak salah jalan, tidak salah pilih.

Baru kita renungkan untuk mendapatkan pengertian bahwa apa yang akan kita wujudkan adalah melaksanakan kehendak-Nya, sehingga kita berhak mengatas-namakan Allah. Jadi Basmalah adalah ditegaskan setelah kita mengerti bahwa kita adalah pelaksana atas kehendak-Nya.

Bukankah melakukan sesuatu tanpa pengertian itu ngawur atau gila?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)