Suatu ketika terjadi perdebatan
antara jiwa dan raga perihal tanggung jawab. Raga merasa tidak bertanggung
jawab, karena ia merasa dipaksa melakukan perintah sang jiwa. Demikian pula
sang jiwa juga merasa tidak bertanggung jawab, karena sang jiwa tidak bisa
melakukan apa-apa. Allah SWT kemudian mengutus malaikat untuk menjawab
permasalahan tersebut.
Malaikat kemudian turun ke bumi dan
oleh Allah ditunjuki suatu kejadian dimana seorang yang kakinya lumpuh melihat
buah masak pohon yang ranum milik tetangganya. Dia ingin mengambilnya, namun
tidak mampu. Selang beberapa saat lewatlah orang buta. Dipanggillah orang buta
tersebut untuk diajak bekerja sama mengambil buah yang ranum tersebut untuk
dimakan bersama. Maka dipanggullah si lumpuh oleh si buta yang dengan demikian
mereka bisa mengambil buah tersebut.
Dari kejadian tersebut, malaikat
kembali ke hadirat Allah untuk memberikan jawaban atas permasalahan jiwa dan
raga. Di hadirat Allah, malaikat menjelaskan bahwa baik jiwa dan raga, keduanya
bertanggung jawab atas perbuatannya.
Manusia secara umum terdiri atas jiwa dan raga. Awal
keberadaan sang jiwa disampaikan dalam QS Al A’raaf 7 ayat 172:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini.”
Kata sulbi di sini menjelaskan bahwa pertanyaan ini disampaikan Allah
ketika manusia masih berupa air yang akan dipancarkan. Hal ini tertulis dalam
QS Ath Thariq 86 ayat 6-7:
Ia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar
dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Sedangkan proses penciptaan diri manusia ini diantaranya
digambarkan dalam QS As Sajdah 32 ayat 7-9:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air
yang hina.
Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke
dalamnya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati
(al af-idah); (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Raga manusia diciptakan Allah dari tanah dan akan kembali ke
tanah. QS Nuh 71 ayat 17-18:
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan
sebaik-baiknya,
kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan
mengeluarkan kamu dengan sebenar-benarnya.
Jiwa sangat mencintai dirinya, ia akan menuju kepada apa yang
dicintainya. Sebagaimana sabda Nabi saw:
Al mar’u ma’a man ahabba, yang artinya seseorang itu bersama siapa/apa yang
dicintainya.
Sedangkan ruh dihembuskan oleh Allah, kembali kepada Allah;
pendengaran, penglihatan dan hati adalah kemampuan Allah yang diberikan kepada
manusia, tentunya juga kembali ke Allah.
Manusia dilengkapi pula dengan hawa atau dorongan, yang
dengan itu manusia berkeinginan. Agar manusia bisa menjadi hamba Allah,
tentunya keinginan manusia tersebut harus diserahkan kepada Allah. Karena hamba
seharusnya tunduk dan patuh mengikuti perintah tuannya.
Manusia
yang diciptakan dari anasir alam semesta yang pada awalnya berupa materi (pembentuk materi disebut fermion) dan gaya (bosson
merupakan gaya dasar, yaitu gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir
lemah), hingga mewujud menjadi bentuk
manusia. Wujud ini memiliki dorongan-dorongan sama dengan
makhluk alam semesta, seperti misalnya berupaya mempertahankan hidupnya,
berkembang biak, mengejar kesenangan dan lain-lain.
Proses pertumbuhannya pun seolah mengikuti evolusi
makhluk hidup.
Pada tahap awal, pertumbuhan bayi manusia terutama
perkembangan otak seperti reptilia yang cenderung tidak memiliki naluri kecerdasan dan kasih
sayang. Pada tataran ini kanak-kanak yang telah sempurna pertumbuhan pangkal
otaknya, dimana yang berkembang adalah syaraf sensorik dan motorik yang
menghasilkan dorongan (naluri) untuk reproduksi atau mempertahankan diri. Jadi
mereka hanya memiliki naluri memuja dan memuaskan dirinya sendiri. Sikap
reaktif yang pertama kita lakukan dalam menghadapi permasalahan adalah selalu
berupaya untuk membela diri.
Perkembangan selanjutnya adalah seperti golongan
mamalia, yaitu memiliki
kecerdasan lebih dan memiliki kasih
sayang. Misalnya mereka melakukan observasi dan memiliki strategi bersama untuk
mencapai tujuannya serta merawat anak-anaknya. Kanak-kanak tadi menjadi semakin cerdas, baik
intelektualitas (IQ) maupun emosinya (EQ), dimana otak mamalianya berkembang
sempurna.
Selanjutnya berkembang lagi seperti homo erektus, selain memiliki kemampuan reptilia dan mamalia, juga memiliki kecerdasan lebih serta
memiliki kehendak bebas, yaitu mengembangkan teknologi baik berupa peralatan
maupun komunikasi, artinya homo erektus memiliki kemampuan mengembangkan
peradaban. Pada fase terakhir pertumbuhan manusia adalah
kemampuan menarik manfaat (SQ), kemampuan
menangkap ide, mengolah ide dan mewujudkannya. Perkembangan otak semakin
sempurna dengan sempurna neo korteksnya. Secara umum, akhirnya manusia diberi
anugerah berupa panca indra, dilengkapi dengan akal-budi (pikiran–perasaan) dan
daya cipta-kreatif serta kehendak bebas atau iradat. Tentunya dengan adanya kesadaran, maka manusia akan
diminta pertanggung-jawaban atas apa yang dia telah lakukan. Perbedaan dengan manusia hanyalah adanya ruhani yang
ditiupkan Ilahi pada usia kehamilan 120 hari (Hadits).
Fakta-fakta
yang kita temukan diantaranya adalah manusia makhluk penghuni bumi, yang
dilahirkan oleh orang tua kita. Orang tua yang kita kenal melalui pengakuan
beliau sendiri beserta saksi-saksinya. Juga bilamana kita amati proses
keberadaan kita yang dimulai dari pembuahan sperma dengan sel telur terbentuk
embrio yang kemudian menjadi bayi. Selanjutnya bayi tersebut menunjukkan
tanda-tanda kehidupannya mulai dari berproses hingga keluar detak jantung, nafas dan gerakannya. Sampai bayi tersebut
dikeluarkan dari perut ibunya. Saat bayi lahir atau saat kita melihat bayi
dilahirkan kita akan menemukan bahwa bayi diberi anugerah kemampuan mendengar,
kemudian diberi anugerah bisa melihat.
Menurut pakar, pertumbuhan bayi
adalah sebagai berikut:
0-4 minggu: Pada minggu
awal ini, janin memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm, perkembanganya juga
ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang belakang yang masih
sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan berbentuk.
4-8 minggu: Ketika usia
kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai berdetak dan semua
organ tubuh lainya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari
kaki, dan tangan.
8-12 minggu: Saat memasuki
minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk, kepalanya berukuran
lebih besar daripada badanya, sehingga dapat menampung otak yang terus
berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, hidung, dan kelopak mata
yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi ketuban dan dapat melakukan
aktifitas meliputi menendang dengan lembut. Organ-organ tubuh utama janin kini
telah terbentuk.
12-16 minggu: Paru-paru
janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat
ultrasonografi (USG). Wajahlah mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan
mulai tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat memutar kepalanya dan membuka
mulutnya. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna.
16-20 minggu: Akar-akar
gigi tetap telah muncul di belakang gigi susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus
yang disebut lanugo. Si kecil kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia
bisa mengisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indra
pengecap mulai berkembang dan bisa membedakan rasa manis dan pahit. Disamping
itu sidik jarinya mulai nampak.
20-24 minggu: Pada minggu
ini tubuh si kecil sudah sebanding dengan badannya. Alat kelaminya mulai
terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan gerakan pernafasan.
Pusat-pusat tulangnya pun mulai mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki
waktu-waktu tertentu untuk tidur.
24-28 minggu: Lemak sudah
mulai menumpuk di bawah kulit, sedangkan di kulit kepalanya, rambut mulai
bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Si kecil sudah
dapat mendengar baik suara dari dalam maupun dari luar, ia dapat mengenali
ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh
dikatakan bahwa pada saat ini merupakan masa-masa bagi sang janin mulai
mempersiapkan diri menghadapi hari kelahiranya.
28-32 minggu: Walaupun
gerakanya sudah mulai terbatas, karena beratnya yang semakin bertambah, namun
matanya sudah mulai berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya,
kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat
ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan
hidup.
32-36 minggu: Kepalanya
telah berada pada rongga panggul, seolah-olah mempersiapkan kelahirannya ke
dunia, ia kerap berlatih bernafas, mengisap dan menelan. Rambut-rambut halus di
sekujur tubuhnya telah menghilang. Ususnya terisi mekonium yang biasanya akan
dikeluarkan dua hari setelah ia lahir. Saat ini persalinan sudah amat dekat dan
bisa terjadi kapan saja.
Abu Abdurrahman bin Mas’ud (ra) berkata
bahwa Rasulullah (saw) telah bersabda: “Sesungguhnya, setiap kalian dikumpulkan
penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian
menjadi ‘alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudhghah selama itu juga,
kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya ….’’ (Diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim). Berarti manusia dihembuskan ruh pada usia
kehamilan 120 hari. Dimana setelah 120 hari, bayi bereaksi terhadap cahaya dan
bunyi. Hal ini bukan karena pendengaran dan penglihatannya sudah berfungsi,
namun ruhaninya yang berperan. Karena dalam QS An-Nahl 16 ayat 78: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati (al af-idah), agar kamu bersyukur.
Setelah dikeluarkan dari
perut ibunya, proses perkembangan anak menurut pakar Jean Piaget terbagi atas skema
yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yakni:
·
Sensorimotor;
0 – 2 tahun
Pengetahuan
anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau obyek (benda).
Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti: menggenggam
atau mengisap.
·
Praoperasional;
2 – 6 tahun
Anak mulai menggunakan simbol-simbol
untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu
seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan obyek, peristiwa dan
kegiatan (tingkah laku yang nampak).
·
Operasi
Konkrit; 6 – 11 tahun
Anak sudah dapat membentuk
operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat
menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan
masalah secara logis.
·
Operasi
Formal; 11 tahun sampai dewasa
Periode ini merupakan operasi mental
tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek
konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui
pengujian semua alternatif yang ada.
Ini adalah tahap-tahap perkembangan raga manusia beserta
kemampuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar