Islam Itu Universal - Pendahuluan 3/4




Dari hadits di atas Nabi (saw) telah mengingatkan kita akan adanya dua jenis fitnah yang akan membuat manusia menjauhi Allah dan berpecah-belah.
Fitnah yang pertama diduga berasal dari kecenderungan umat manusia yang mengikuti pikirannya. Bukankah pikiran itu selalu membahas benar-salah? Yang pada ujungnya adalah membenarkan dirinya dan menyalahkan yang berbeda dengan dirinya. Pikiran yang kalau tidak ditundukkan kepada Allah akan terhijab dari hatinya.
QS Al Anfaal 8 ayat 24: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.
Sedangkan agama semestinya berujung kepada akhlak mulia, yaitu yang berasal dari kedalaman jiwa, berupa ketulusan, dan bukan dari suatu akhlak yang dibuat-buat atau direka-reka oleh pengetahuan.
QS Al Bayyinah 98 ayat 4-5:
Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Dalam kasus tuduhan bahwa Rasulullah (saw) telah berlaku tidak adil adalah tuduhan dari orang-orang yang duduk dalam pikirannya. Dimana keadilan dimaknai sama rasa sama rata, sesuai arti kata “’adl”. Sedangkan menurut Al Qur’an, seringkali kata yang digunakan adalah “qisth”, yaitu menempatkan pada bagiannya. Pengertian keadilan (qisth)[1] model ini akan sulit diterima bagi Dzul Khuwaishirah dan kelompoknya yang dipimpin oleh Al Mukhaddaj (Dzu Tsadiyyah), yang mengandalkan pikirannya dengan persepsi harus dibagi secara merata bukan sesuai porsinya.
Dengan semakin berkembangnya pendidikan, semakin berkembang pula pikiran manusia yang pada akhirnya pikiran ini lah yang mendominasi kehidupan umat manusia. Jiwa yang semestinya menjadi tuan atas diri sendiri akan menjadi budak dari pikiran kita. Sedangkan pikiran kita tergantung kepada nilai-nilai yang diterima selama proses pendidikan tersebut, baik itu berasal dari pendidikan keluarga, masyarakat ataupun lembaga pendidikan.
Dampaknya bagi mereka yang berpikiran merasa paling benar adalah tumbuhnya penilaian atas benar-salah. Mereka akan menyerang yang berbeda pandangan. Ini mendorong terjadinya teror kepada yang berbeda pandangan.
Teror adalah kondisi takut yang nyata. Terorisme adalah upaya terkoordinasi untuk menebarkan rasa takut. Contoh-contoh teror diantaranya adalah tindakan kekerasan (represi) individu atau kelompok untuk memaksakan kehendak. Tindakan (hegemoni) atasan (superior) kepada bawahan (inferior) yang membuatnya takut dipecat, sehingga patuh melaksanakan apa saja yang diperintahkan bahkan harus melanggar aturan sekali pun. Secara tidak sadar, atasan-atasan seperti ini menjadi Ilah baru bagi mereka-mereka yang berjiwa inferior. Pejabat pemerintahan yang mempergunakan kewenangan yang dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan pribadi adalah juga bentuk teror. Bahkan dominasi orang yang ahli debat pun termasuk para penghina bisa menjadi teror buat yang lainnya. Termasuk para guru dimana saja yang mengawali proses belajar mengajar dengan sengaja atau tidak telah membentuk murid-muridnya dengan karakter inferior, karena dialah yang paling tahu, paling benar, dialah yang superior. Barangkali ini yang membuat banyaknya anak-anak sekolah yang mengalami kesurupan. Akibat dari pelemahan jiwa sehingga tidak mampu menguasai diri, lalu menjadi kalap atau terkuasai oleh makhluk lain.
Sedangkan Nabi (saw) memberikan nasehat, “Sungguh tidak beriman seseorang yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada tetangganya.” Jadi orang beriman itu memberikan rasa aman, bukan berupaya secara sistematis menciptakan kondisi takut yang nyata, agar orang tunduk dan patuh kepadanya.
Namun kita sebagai orang yang beriman kepada Allah, tidak bisa diteror karena rahmat dari Allah.
QS Al Baqarah 2 ayat 62: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Pada kenyataannya berbagai fitnah telah bertebaran di muka bumi dan umat manusia mengalami kebingungan. Riwayat yang menyebutkan terjadinya fitnah ini adalah sebagaimana yang dikisahkan dari Abdullah bin ‘Umar bahwasanya ia berkata: “Suatu ketika kami duduk-duduk di hadapan Rasulullah (saw) memperbincangkan soal berbagai fitnah, beliau pun banyak bercerita mengenainya. Sehingga beliau juga menyebut tentang Fitnah Ahlas. Maka, seseorang bertanya, Apa yang dimaksud dengan fitnah Ahlas? Beliau menjawab, Yaitu fitnah pelarian dan peperangan. Kemudian Fitnah Sarra’, kotoran atau asapnya berasal dari bawah kaki seseorang dari Ahlubaitku, ia mengaku dariku, padahal bukan dariku, karena sesungguhnya waliku hanyalah orang-orang yang bertakwa. Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian Fitnah Duhaima’ yang tidak membiarkan ada seseorang dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan: Ia telah selesai, maka ia justru berlanjut, di dalamnya seorang pria pada pagi hari beriman, tetapi pada sore hari men­jadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.”[2]
Nampaknya fitnah Ahlas berupa perpecahan umat Islam dengan munculnya berbagai macam kelompok atau aliran. Dimana pintu dari fitnah ini adalah Umar (ra).
Sedangkan fitnah Sarra’ nampaknya muncul ketika dua orang yang mengaku sebagai Syarif bekerja sama dengan Inggris untuk membebaskan Arab dari Turki. Mereka adalah Amir Faisal putra dari Syarif Hussein penguasa Hijaz yang berhasil membebaskan Arab dari Turki pada 31 Oktober 1918. Penggunaan nama Syarif mengindikasikan bahwa mereka mengaku sebagai keturunan Nabi (saw), namun pengakuan itu ditolak oleh Nabi berdasarkan hadits di atas. Mereka berkuasa hanya beberapa tahun sebelum dikalahkan oleh dinasti Al Saud dan berdirilah kerajaan Arab Saudi hingga sekarang. Dan semenjak itu, kemakmuran dan kesejahteraan melanda seluruh dunia. Berarti fitnah Sarra’ menunjukkan bahwa manusia menjadi lalai karena kenikmatan dunia.
Sedangkan saat ini dengan jatuhnya harga minyak, mengakibatkan kemakmuran berkurang. Timbul kelompok-kelompok yang mengaku nabi, rasul, wali bahkan kelompok-kelompok yang mengaku mempersiapkan kedatangan Imam Mahdi. Dan kita akan kebingungan mengikuti siapa.
Ingatlah firman Allah agar kita selamat, yaitu berpeganglah kepada Buhul tali Allah.
QS Al Baqarah 2 ayat 256: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Fitnah yang kedua diduga berasal dari kecenderungan manusia untuk malas dalam berjuang dan sibuk mengejar kesenangan duniawi. Bilamana ada orang atau makhluk yang mampu memberikan apa yang mereka maui, maka mereka akan rela menyerahkan dirinya bahkan mempertuhankan orang atau makhluk tersebut. Itulah peran Dajjal[3] dengan segala keajaiban yang akan ditampilkannya. Dia akan membuat kaya raya orang yang mengikutinya dan sebaliknya. Dia akan memenuhi segala hawa nafsu orang-orang yang mengikutinya, termasuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan orang-orang yang mencintai dunia.
Dajjal Al Masih digambarkan oleh Rasulullah (saw) bahwa mata sebelah kanan buta dan mata kirinya seperti sebutir biji buah anggur yang mengapung. Dajjal Al Masih berambut sangat keriting. Dajjal mempunyai dua sungai yang mengalir. Yang satu kelihatan oleh mata mengalirkan air putih bersih, sedang yang satu lagi kelihatan bagaikan api yang sedang bergejolak yang sedang mengalir. Siapa yang menemukannya, hendaklah didatanginya sungai yang kelihatan seperti api menyala. Picingkan mata, tundukkan kepala dan minumlah airnya, maka sesungguhnya itu adalah air sejuk. Dajjal antara kedua matanya terdapat tulisan “kafir”, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin. Kecepatan Dajjal seperti hujan ditiup angin. Dajjal juga digambarkan memiliki kemampuan menurunkan hujan, membuat suatu daerah menjadi makmur kalau mereka beriman kepadanya. Atau menjadi kering kerontang bilamana tidak beriman kepadanya.
Dalam mitologi Jawa juga terdapat tokoh-tokoh yang menjadi utusan Dajjal, yaitu Sabdopalon dan Noyogenggong. Kedua tokoh ini dipopulerkan dan dijadikan pahlawan bahkan dinanti kedatangannya kembali. Kisah perihal ini tertuang dalam serat Dharmagandul (sumber: situs “Alang-Alang Kumitir”). Dalam serat tersebut dikisahkan tentang Sunan Kalijaga dengan Raja Brawijaya dari Majapahit yang masuk Islam, namun kedua pengikut setianya yang bernama Sabdopalon dan Nayagenggong tidak bersedia. Berikut adalah terjemahan bebasnya dialog tersebut:
Berkata Sabdopalon kepada Sang Prabu, “... Paduka sudah terlanjur terperosok, bersedia menjadi Jawan, suka menyerupai, suka ikut menumpang, tanpa guna saya asuh, saya malu kepada bumi langit, malu mengasuh orang hina, saya akan mencari anak asuh yang bermata satu, tidak suka mengasuh paduka. Kalau saya bermaksud mengeluarkan keperwiraan, air saya kentuti sekali saja, sudah menjadi wangi. Kalau paduka tidak tahu, yang disebut dalam pemegang kekuatan Jawa, nama Manik Maya adalah saya, yang membuat kawah air panas di atas gunung-gunung Mahameru itu semua saya, adik Bathara Guru hanya mengiyakan saja, pada waktu itu tanah Jawa daratan berguncang, karena besarnya api yang berada di bawah daratan, gunung-gunung semua saya kentuti, selanjutnya puncaknya terus tembus berlubang, apinya banyak yang keluar, maka tanah Jawa kemudian tidak gempa, maka gunung-gunung yang tinggi puncaknya, semua keluar apinya serta kemudian muncul kawahnya, berisi air panas dan air tawar, itu adalah saya yang berbuat, semua itu atas kehendak Latawalhujwa, yang membuat bumi dan langit. Apa kekurangan agama Buddha, orang bisa berbicara langsung dengan Yang Maha Kuasa. Paduka tahu, kalau sudah berganti agama Islam, meninggalkan agama Buddha, keturunan paduka tentu akan sial, Jawa tinggal Jawan, Jawanya hilang, suka menumpang bangsa lain. Nanti pasti diperintah oleh orang Jawa yang memahami.
...
Sabdopalon mengucap sedih, “Saya ini Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang menduduki kekuasaan, menjadi asuhan saya. Mulai dari leluhur paduka dulu, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrem dan Bambang Sakri, turun-temurun hingga sampai sekarang, saya mengasuh penguasa tanah Jawa. Saya kalau tidur bisa 200 tahun, selama saya tidur pasti ada peperangan saudara melawan saudara, yang nakal semua akan makan manusia, sama makan bangsanya sendiri, hingga saat ini, umur saya sudah 2000 lewat 3 tahun. (Saya) mengasuh penguasa Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, teguh mengingat yang pertama membenarkan agama Buddha. Baru paduka yang berkehendak meninggalkan pegangan luhur Jawa. Jawa artinya memahami, sekedar menerima bernama Jawan, suka ikut menumpang, niatnya membuat gagal moksa paduka nanti.”
...
Sabdopalon menyampaikan bahwa akan memisahkan diri, ketika ditanya akan pergi kemana, jawabnya tidak pergi, namun tidak menetap di situ, hanya menetapi nama Semar, meliputi semua wujud, terang sekali tertutup cahaya. Sang Prabu diminta menyaksikan, kalau di kemudian hari ada orang Jawa bernama tua (dihormati), bersenjata pengertian, yaitu yang diasuh oleh Sabdopalon, orang Jawan akan diberi pelajaran memahami benar salah.
Saat ini banyak orang yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan kekayaan bagi orang lain, waktunya hanya disibukkan untuk mencari kekayaan bagi dirinya sendiri dan orang-orang lain. Pergerakan manusia-manusia yang mengejar kekayaan duniawi sangatlah cepat, yaitu dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Jauh berbeda dengan keadaan di wilayah Mekah dan Madinah, kami amati saat di sana masyarakatnya relatif terbebas dari pergerakan manusia-manusia seperti ini. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang masih tersibukkan dalam beribadah kepada Allah. Sibuk dalam tekad perjuangan mereka untuk mengenal dan menyembah Allah. Sampai-sampai istri saya menginginkan kami menetap di Madinah kalau sudah pensiun.
Saat ini Dajjal mungkin masih berupa cerita atau mitos, dimana bisa difahami bahwa mata kiri seperti buah anggur yang mengapung melambangkan fokus kehidupannya adalah demi kesenangan akan segala kenikmatan duniawi. Sedangkan mata kanan yang buta menandakan ketidak-pedulian akan kehidupan akhirat. Dia digambarkan memiliki sungai, dimana sungai selalu berada di sisi lembah yang merupakan lambang kenikmatan. Ini bisa dimaknai bahwa Dajjal menarik manusia agar terjebak ke dalam kenikmatan duniawi dan melupakan kehidupan akhirat, melupakan Allah.
Berarti tidak beda dengan Sabdopalon yang merupakan utusan dari Lattawalhujwa yang mengaku membimbing orang-orang Jawa dalam hal kekuasaan duniawi. Yang mengajak agar orang Jawa bisa berbicara langsung dengan Tuhannya (Lattawalhujwa yang dianggap sebagai Yang Maha Kuasa – Sang Hyang Wenang). Sabdopalon pun ternyata juga hanya bersedia membimbing orang-orang yang bermata satu (Dajjal), yakni yang hanya melihat kebenaran (versi duniawi).
QS An Najm 53 ayat 19–20: Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian?”
Berambut sangat keriting melambangkan seseorang atau orang-orang yang sangat mengandalkan kemampuan otaknya. Otak selain memiliki kemampuan menganalisa benar salah, memang juga memiliki kemampuan daya cipta. Otak memang luar biasa, namun otak hanya bisa melakukan aktifitasnya bilamana ada input data yang diberikan kepadanya. Otak juga merupakan pusat kontrol manusia dalam pergerakan aktifitas manusia, dengan demikian orang-orang bisa dengan mudah terkuasai bilamana kita kalah dalam beradu argumentasi pikiran.
Bilamana dihubungkan dengan pesan Brawijaya kepada Sunan Kalijaga bahwa Sabdopalon akan kembali 500 tahun lagi, berarti diperkirakan tahun 2017/2018 lah mereka berdua akan hadir kembali mempersiapkan kedatangan tuannya yang bermata satu. Kebetulan berdasarkan pengamatan kami, orang-orang Jawa telah semakin banyak yang beragama pakerti, yakni agama pikiran. Yaitu mulai munculnya terorisme di Indonesia atau kelompok orang-orang yang sedemikian kejam kepada yang berbeda pendapat bahkan tidak segan-segan melakukan pembantaian terhadap yang berbeda faham, semisal bom bunuh diri. Alhamdulillah bangsa ini masih dalam lindungan Allah, sehingga peran mereka nampak mulai berkurang. Meski demikian kita tidak boleh lengah. Karena kalau kami perhatikan, orang-orang Jawa yang berada di sisi barat, mereka sudah mulai terjebak dalam mengejar kenikmatan duniawi. Orang-orang Jawa sisi tengah pun sudah mulai ikut-ikutan mengejar dunia. Tinggal sisi timur yang masih bertahan, terutama di tempat matahari terbit (Khurasan?).
Kita jangan menganggap remeh mitologi ini karena menurut pengamatan kami, proses perwujudan segala sesuatu diawali dengan mitos, lalu menjadi ilmu, lalu terwujud, selanjutnya hilang menjadi ilmu sejarah dan kembali menjadi mitos lagi. Dan pada kenyataannya mampukah kita menolak orang yang mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan di dunia ini? Sedangkan di saat bersamaan umat kita semakin merindukan pemimpin-pemimpin yang mampu memakmurkan dan mensejahterakan umat kita? Lihatlah iklan-iklan kampanye, semuanya menjanjikan kemakmuran, kemudahan. Tidak ada iklan kampanye yang menjanjikan pembangunan karakter manusia.


[1] Keadilan adalah kata jadian dari kata "adil" yang terambil dari bahasa Arab "'adl". Kamus-kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya berarti "sama".
Keadilan diungkapkan oleh Al-Quran antara lain dengan kata-kata al-'adl, al-qisth, al-mizan, dan dengan menafikan kezaliman, walaupun pengertian keadilan tidak selalu menjadi antonim kezaliman. 'Adl, yang berarti  "sama", memberi kesan adanya dua pihak atau lebih; karena jika hanya satu pihak, tidak akan terjadi "persamaan".
Qisth arti asalnya adalah "bagian" (yang wajar dan patut). Ini tidak harus mengantarkan adanya "persamaan". Bukankah bagian dapat saja diperoleh oleh satu pihak? Karena itu, kata qisth lebih umum daripada kata 'adl, dan karena itu pula ketika Al-Quran menuntut seseorang untuk berlaku adil terhadap dirinya sendiri, kata qisth itulah yang digunakannya. (Quraish Shihab)
[2] HR. Abu Dawud, Kitabul Fitan no. 4242, Ahmad 2/133, Al-Hakim 4/467, Dishahihkan syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 4194, Silsilah Ahadits Shahihah no. 974.
[3] Dajjal Al Masih digambarkan oleh Rasulullah (saw) sebagaimana ditulis dalam Ringkasan Hadits Muslim susunan Zaki Al-Din ‘Abd Al-Azhim Al-Mundziri no 79 bahwa mata sebelah kanan buta dan mata kirinya seperti sebutir biji buah anggur yang mengapung. Dajjal Al Masih berambut sangat keriting. Sedangkan dalam kitab Terjemah Hadits Shahih Muslim oleh Ma’mur Daud no 2478 bahwa Dajjal mempunyai dua sungai yang mengalir. Yang satu kelihatan oleh mata mengalirkan air putih bersih, sedang yang satu lagi kelihatan bagaikan api yang sedang bergejolak yang sedang mengalir. Siapa yang menemukannya, hendaklah didatanginya sungai yang kelihatan seperti api menyala. Picingkan mata, tundukkan kepala dan minumlah airnya, maka sesungguhnya itu adalah air sejuk. Dajjal antara kedua matanya terdapat tulisan ‘kafir’, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin. Dalam hadits no 2480 dijelaskan Rasulullah (saw) bahwa kecepatan Dajjal seperti hujan ditiup angin. Dajjal juga digambarkan memiliki kemampuan menurunkan hujan, membuat suatu daerah menjadi makmur kalau mereka beriman kepadanya. Atau menjadi kering kerontang bilamana tidak beriman kepadanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Jawa Menjelaskan Hakekat Manusia

Menyaksikan Keberadaan Rabbul 'alamin

Sugeng Kondur Bapak (Bapak Mas Supranoto)