Dari Ibnu Abbas (RA) bahwasanya Rasulullah
(SAW) bersabda, “Apakah kamu semua tahu iman orang yang sangat mengagumkan?”
Para sahabat (RA) menjawab, “Iman para
malaikat, ya Rasulullah.”
Nabi (SAW) bersabda, “Bagaimana malaikat tidak
beriman, sedangkan mereka itu berbakti terhadap perintah Allah.”
Para sahabat (RA) berkata, “Para Nabi ya
Rasulullah (SAW).”
Nabi (SAW) bersabda, “Bagaimana para Nabi itu
tidak beriman, sedangkan malaikat Jibril (AS) itu turun kepada mereka membawa
perintah dari langit.”
Para sahabat (RA) berkata, “Para sahabatmu ya
Rasulullah (SAW).”
Nabi (SAW) bersabda, “Bagaimana para sahabatku
tidak beriman, sedangkan mereka itu melihat mu’jizat dariku dan mereka mesti
beriman dan aku pun menceritakan kepada mereka apa saja yang telah diturunkan
kepadaku.
Tetapi orang-orang yang sangat mengagumkan
imannya adalah golongan yang datang sesudahku, mereka beriman kepadaku padahal
mereka tidak melihatku, mereka pun membenarkan aku. Maka mereka itulah
saudaraku.”
Iman umat akhir zaman didasarkan atas inzal
dari pengetahuan a5’’’, pengertian a6’’’ dan akal a7’’’, artinya umat akhir
zaman yang imannya sangat menakjubkan adalah yang bisa memastikan keberadaan Rabbul
‘alamin, selalu berupaya mendekatan diri kepada-Nya dan selalu berupaya hadir
dengan tidak menyekutukan-Nya berdasarkan ilmunya serta tidak mengandalkan
keajaiban-keajaiban.
Mereka bisa memastikan keberadaan Rabbul
‘alamin berdasarkan ‘ilmul yaqin, yaitu dengan menggunakan keberadaan dirinya
dan alam semesta sebagai bukti akan adanya Rabbul ‘alamin atau Yang Maha Kuasa.
Untuk menandai bahwa mereka beriman kepada-Nya adalah dengan melaksanakan
ritual agama yang diperintahkan oleh-Nya dan telah disampaikan dan dicontohkan
oleh utusan-Nya, yaitu Nabi Muhammad (SAW).
Setelah memastikan perihal ada-Nya Rabbul
‘alamin, mereka selalu konsisten berjuang untuk mengenal-Nya. Menjalankan
ritual agama dengan pengenalan semakin dalam akan Dia merupakan upaya
mendekatkan diri kepada-Nya.
Wujud dari hadir ke hadirat-Nya adalah dengan
selalu menyaksikan atau selalu yaqin bahwa mereka disaksikan Allah SWT pada
setiap saat dan setiap aktifitas.
Dalam QS Al Mu’minuun 23 ayat 2 – 9, orang-orang
beriman dicirikan sebagai berikut:
o
Khusyu’ dalam
sholat
o
Menjauhkan diri
dari perbuatan yang tidak berguna
o
Menunaikan zakat
o
Memelihara
kemaluannya
o
Memegang amanat
dan janji serta
o
Memelihara
sholatnya
Tentunya dengan ciri-ciri di atas, kita bisa
mengukur kita sudah beriman atau belum. Namun ingat, yang pasti bisa dan berhak
mengukur adalah Allah SWT sendiri. Oleh karena itu adalah lebih baik selalu
berjuang meningkatkan keimanan dan amal sholeh kita dengan sikap bahwa kita
belumlah sempurna.
Namun kebanyakan manusia adalah senang akan
sesuatu yang instan dan luar biasa, seperti keajaiban-keajaiban. Ketika ada
orang-orang yang bisa melakukan hal-hal tersebut, orang-orang pun mengimani
lalu berduyun-duyun mendatangi. Karena bisa jadi keajaiban-keajaiban akibat
bantuan makhluk gaib (khodam). Inilah bahaya dari strategi dan cara setan untuk
menyesatkan manusia bahkan membawa mereka untuk dilaknat Allah. Diantara
jebakan setan adalah kebiasaan mengaku sebagai orang beriman, seolah-olah
mereka lupa akan QS Al Hujurat 49 ayat 14: Orang-orang Arab Badui itu
berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman,
tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam
qolbumu (quluwbikum); dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak
akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang".
Marilah kita perkuat keimanan kita dengan
sebenar-benarnya dengan pengadaan, pendekatan dan penghadiran tanpa perlu
mengharapkan keajaiban-keajaiban!
Papahan, 15 Jan 2024 / 5 Rajab 1445
Tidak ada komentar:
Posting Komentar