Selasa, 27 Oktober 2015

Penciptaan Manusia 2/3 (Islam Itu Universal)



Bilamana manusia sudah akil balik, yang berarti sudah bisa mempertanggungjawabkan dirinya, maka proses kedewasaannya akan berlangsung secara bertahap pula. Pada tahap pertama, diri manusia atau jiwa manusia akan terikat kepada jasmaninya. Pada tataran ini, jasmani hanya memiliki aturan yakni dipuaskan. Misalnya pada saat perut kita lapar, maka yang diinginkannya adalah mengisi kekosongan perut, yakni dengan melahap makanan. Demikian pula bilamana syahwat kita muncul maka akan menghasilkan dorongan yang sama, yakni dipuaskan. Karena aturannya hanya satu yaitu dipuaskan, maka pada posisi ini, kita disebut dengan lebih rendah daripada binatang ternak (mamalia), yakni binatang dari jenis reptilia.
QS Al A’raaf 17 ayat 179:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Di atas jasmani manusia, kita juga memiliki kemampuan akal-budi, perasaan dan daya cipta. Dengan kemampuan ini, maka kualitas kehidupan kita akan meningkat, dimana kita banyak mengembangkan teknologi demi kepuasan lebih. Bilamana dengan jasmani saja, maka kita hanya mengambil apa yang ada, sedangkan dengan kemampuan yang kita miliki, maka kita bisa menggapai kenikmatan lebih. Ambil contoh makanan, kita bisa menikmati makanan dari alam, yang dimasak, atau yang disajikan dengan cita rasa yang tinggi. Ini sebenarnya untuk menunjukkan bahwa nikmat Allah tak terbatas. Permasalahannya adalah dengan adanya kemampuan ini, maka akan timbul sikap membanggakan diri, merendahkan yang lain dan mencela. Selain itu, dengan kemampuan, kita cenderung untuk mengakali agar tujuan kita terpenuhi.
Meski kemampuan itu hebat, namun kemampuan hanya berguna saat ada perintah, yaitu kehendak. Kehendak ini yang mendorong kemampuan mengerahkan kekuatannya dan jasmani sebagai pelaksananya. Dengan kehendak tak terbatas ini, manusia mengembangkan peradaban, tanpa ada batasan, selain umur yang akan menghentikan upayanya. Kehendak yang tidak terbatas ini akan mendorong manusia melakukan eksploitasi terhadap alam, makhluk lain bahkan kepada sesama manusia. Tujuan dari kehendak juga sama, yaitu kenikmatan diri.
Istilah kenikmatan diri berarti ada yang dipuja, yang membuat semua pergerakan ini berlangsung, yang sangat dicintai bahkan disembah. Itulah diri manusia. Sang diri inilah yang menyebut dirinya dengan “aku”. Aku inilah yang mewakili jasmani, kemampuan, kehendak dan dirinya sendiri sebagai suatu totalitas manusia. Sang diri inilah yang mengetahui dan ikut menikmati semuanya.
Dalam dalil Al Qur’an dijelaskan proses penciptaan manusia seperti berikut:
QS Shaad 38 ayat 71-72: (Ingatlah) ketika Rabb-mu berfirman kepada Malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruhKu; Maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.”
QS An Nahl 16 ayat 78: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati/al af’idah, agar kamu bersyukur.
QS As Sajdah 32 ayat 7-11: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati/al af’idah; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. Dan mereka berkata, “Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?” Bahkan mereka ingkar akan menemui Rabb-nya. Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Rabb-mulah kamu akan dikembalikan.”
QS Az Zumar 39 ayat 6: Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Rabb kamu, Rabb yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Rabb selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
QS Al Mu’minuun 23 ayat 12-16: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang  belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat.
Perbedaan antara manusia atau homo sapiens dengan homo erectus adalah adanya ruh yang dihembuskan dalam diri manusia, yang dengan itu, Allah menempatkan manusia sebagai wakil-Nya di bumi. Di sinilah missing link yang sulit diketemukan oleh para ahli genetika seperti Darwin. Bahkan dengan tegas penelitian dari Munich Re menyatakan tidak ada satu pun DNA manusia yang mirip DNA homo erectus. Bukankah Nabi Adam (as) diciptakan di surga?

Senin, 19 Oktober 2015

Penciptaan Manusia 1/3 (Islam Itu Universal)




Suatu ketika terjadi perdebatan antara jiwa dan raga perihal tanggung jawab. Raga merasa tidak bertanggung jawab, karena ia merasa dipaksa melakukan perintah sang jiwa. Demikian pula sang jiwa juga merasa tidak bertanggung jawab, karena sang jiwa tidak bisa melakukan apa-apa. Allah SWT kemudian mengutus malaikat untuk menjawab permasalahan tersebut.
Malaikat kemudian turun ke bumi dan oleh Allah ditunjuki suatu kejadian dimana seorang yang kakinya lumpuh melihat buah masak pohon yang ranum milik tetangganya. Dia ingin mengambilnya, namun tidak mampu. Selang beberapa saat lewatlah orang buta. Dipanggillah orang buta tersebut untuk diajak bekerja sama mengambil buah yang ranum tersebut untuk dimakan bersama. Maka dipanggullah si lumpuh oleh si buta yang dengan demikian mereka bisa mengambil buah tersebut.
Dari kejadian tersebut, malaikat kembali ke hadirat Allah untuk memberikan jawaban atas permasalahan jiwa dan raga. Di hadirat Allah, malaikat menjelaskan bahwa baik jiwa dan raga, keduanya bertanggung jawab atas perbuatannya.



Manusia secara umum terdiri atas jiwa dan raga. Awal keberadaan sang jiwa disampaikan dalam QS Al A’raaf 7 ayat 172:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.”
Kata sulbi di sini menjelaskan bahwa pertanyaan ini disampaikan Allah ketika manusia masih berupa air yang akan dipancarkan. Hal ini tertulis dalam QS Ath Thariq 86 ayat 6-7:
Ia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Sedangkan proses penciptaan diri manusia ini diantaranya digambarkan dalam QS As Sajdah 32 ayat 7-9:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (al af-idah); (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Raga manusia diciptakan Allah dari tanah dan akan kembali ke tanah. QS Nuh 71 ayat 17-18:
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,
kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu dengan sebenar-benarnya.
Jiwa sangat mencintai dirinya, ia akan menuju kepada apa yang dicintainya. Sebagaimana sabda Nabi saw: Al mar’u ma’a man ahabba, yang artinya seseorang itu bersama siapa/apa yang dicintainya.
Sedangkan ruh dihembuskan oleh Allah, kembali kepada Allah; pendengaran, penglihatan dan hati adalah kemampuan Allah yang diberikan kepada manusia, tentunya juga kembali ke Allah.
Manusia dilengkapi pula dengan hawa atau dorongan, yang dengan itu manusia berkeinginan. Agar manusia bisa menjadi hamba Allah, tentunya keinginan manusia tersebut harus diserahkan kepada Allah. Karena hamba seharusnya tunduk dan patuh mengikuti perintah tuannya.
Manusia yang diciptakan dari anasir alam semesta yang pada awalnya berupa materi (pembentuk materi disebut fermion) dan gaya (bosson merupakan gaya dasar, yaitu gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir lemah), hingga mewujud menjadi bentuk manusia. Wujud ini memiliki dorongan-dorongan sama dengan makhluk alam semesta, seperti misalnya berupaya mempertahankan hidupnya, berkembang biak, mengejar kesenangan dan lain-lain. Proses pertumbuhannya pun seolah mengikuti evolusi makhluk hidup.
Pada tahap awal, pertumbuhan bayi manusia terutama perkembangan otak seperti reptilia yang cenderung tidak memiliki naluri kecerdasan dan kasih sayang. Pada tataran ini kanak-kanak yang telah sempurna pertumbuhan pangkal otaknya, dimana yang berkembang adalah syaraf sensorik dan motorik yang menghasilkan dorongan (naluri) untuk reproduksi atau mempertahankan diri. Jadi mereka hanya memiliki naluri memuja dan memuaskan dirinya sendiri. Sikap reaktif yang pertama kita lakukan dalam menghadapi permasalahan adalah selalu berupaya untuk membela diri.
Perkembangan selanjutnya adalah seperti golongan mamalia, yaitu memiliki kecerdasan lebih dan memiliki kasih sayang. Misalnya mereka melakukan observasi dan memiliki strategi bersama untuk mencapai tujuannya serta merawat anak-anaknya. Kanak-kanak tadi menjadi semakin cerdas, baik intelektualitas (IQ) maupun emosinya (EQ), dimana otak mamalianya berkembang sempurna.
Selanjutnya berkembang lagi seperti homo erektus, selain memiliki kemampuan reptilia dan mamalia, juga memiliki kecerdasan lebih serta memiliki kehendak bebas, yaitu mengembangkan teknologi baik berupa peralatan maupun komunikasi, artinya homo erektus memiliki kemampuan mengembangkan peradaban. Pada fase terakhir pertumbuhan manusia adalah kemampuan menarik manfaat (SQ), kemampuan menangkap ide, mengolah ide dan mewujudkannya. Perkembangan otak semakin sempurna dengan sempurna neo korteksnya. Secara umum, akhirnya manusia diberi anugerah berupa panca indra, dilengkapi dengan akal-budi (pikiran–perasaan) dan daya cipta-kreatif serta kehendak bebas atau iradat. Tentunya dengan adanya kesadaran, maka manusia akan diminta pertanggung-jawaban atas apa yang dia telah lakukan. Perbedaan dengan manusia hanyalah adanya ruhani yang ditiupkan Ilahi pada usia kehamilan 120 hari (Hadits).
Fakta-fakta yang kita temukan diantaranya adalah manusia makhluk penghuni bumi, yang dilahirkan oleh orang tua kita. Orang tua yang kita kenal melalui pengakuan beliau sendiri beserta saksi-saksinya. Juga bilamana kita amati proses keberadaan kita yang dimulai dari pembuahan sperma dengan sel telur terbentuk embrio yang kemudian menjadi bayi. Selanjutnya bayi tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupannya mulai dari berproses hingga keluar detak jantung, nafas dan gerakannya. Sampai bayi tersebut dikeluarkan dari perut ibunya. Saat bayi lahir atau saat kita melihat bayi dilahirkan kita akan menemukan bahwa bayi diberi anugerah kemampuan mendengar, kemudian diberi anugerah bisa melihat.
Menurut pakar, pertumbuhan bayi adalah sebagai berikut:
0-4 minggu: Pada minggu awal ini, janin memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm, perkembanganya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang belakang yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan berbentuk.
4-8 minggu: Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai berdetak dan semua organ tubuh lainya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan.
8-12 minggu: Saat memasuki minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk, kepalanya berukuran lebih besar daripada badanya, sehingga dapat menampung otak yang terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, hidung, dan kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi ketuban dan dapat melakukan aktifitas meliputi menendang dengan lembut. Organ-organ tubuh utama janin kini telah terbentuk.
12-16 minggu: Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat ultrasonografi (USG). Wajahlah mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan mulai tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat memutar kepalanya dan membuka mulutnya. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna.
16-20 minggu: Akar-akar gigi tetap telah muncul di belakang gigi susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si kecil kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa mengisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indra pengecap mulai berkembang dan bisa membedakan rasa manis dan pahit. Disamping itu sidik jarinya mulai nampak.
20-24 minggu: Pada minggu ini tubuh si kecil sudah sebanding dengan badannya. Alat kelaminya mulai terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan gerakan pernafasan. Pusat-pusat tulangnya pun mulai mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki waktu-waktu tertentu untuk tidur.
24-28 minggu: Lemak sudah mulai menumpuk di bawah kulit, sedangkan di kulit kepalanya, rambut mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Si kecil sudah dapat mendengar baik suara dari dalam maupun dari luar, ia dapat mengenali ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh dikatakan bahwa pada saat ini merupakan masa-masa bagi sang janin mulai mempersiapkan diri menghadapi hari kelahiranya.
28-32 minggu: Walaupun gerakanya sudah mulai terbatas, karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya, kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.
32-36 minggu: Kepalanya telah berada pada rongga panggul, seolah-olah mempersiapkan kelahirannya ke dunia, ia kerap berlatih bernafas, mengisap dan menelan. Rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya telah menghilang. Ususnya terisi mekonium yang biasanya akan dikeluarkan dua hari setelah ia lahir. Saat ini persalinan sudah amat dekat dan bisa terjadi kapan saja.
Abu Abdurrahman bin Mas’ud (ra) berkata bahwa Rasulullah (saw) telah bersabda: “Sesungguhnya, setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudhghah selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya ….’’ (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim). Berarti manusia dihembuskan ruh pada usia kehamilan 120 hari. Dimana setelah 120 hari, bayi bereaksi terhadap cahaya dan bunyi. Hal ini bukan karena pendengaran dan penglihatannya sudah berfungsi, namun ruhaninya yang berperan. Karena dalam QS An-Nahl 16 ayat 78: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (al af-idah), agar kamu bersyukur.
Setelah dikeluarkan dari perut ibunya, proses perkembangan anak menurut pakar Jean Piaget terbagi atas skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yakni:
·         Sensorimotor; 0 – 2 tahun
Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau obyek (benda). Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti: menggenggam atau mengisap.
·         Praoperasional; 2 – 6 tahun
Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan obyek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang nampak).
·         Operasi Konkrit; 6 – 11 tahun
Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.
·         Operasi Formal; 11 tahun sampai dewasa
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.
Ini adalah tahap-tahap perkembangan raga manusia beserta kemampuannya.

Senin, 12 Oktober 2015

Islam Itu Universal - Pendahuluan 4/4




Untuk menanggapi adanya fitnah-fitnah tersebut, semestinya akan selalu ada individu atau kelompok orang-orang yang senantiasa menegakkan kebenaran atau urusan Allah. Yaitu mereka-mereka yang menyerahkan dirinya kepada Allah, menjadi hamba-Nya. Mereka ini akan selalu berjuang untuk mengajak kepada ketaatan hanya untuk Allah.
QS Al Baqarah 2 ayat 193: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
Juga berperang agar agama atau sikap itu semata-mata untuk Allah.
QS Al Anfal 8 ayat 39: Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Perjuangan juga berarti peperangan. Ada perang bathin, ada perang intelektualitas dan ada perang fisik. Bentuk-bentuk peperangan tersebut akan tergantung kepada situasi dan kondisinya.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Dawud disebutkan: “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal.”[1]
Dalam riwayat lain: “Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang meraih kemenangan (karena berada) di atas kebenaran, orang-orang yang menelantarkan mereka tidak akan mampu menimbulkan bahaya kepada mereka, sampai datangnya urusan Allah sementara keadaan mereka tetap seperti itu.”[2]
Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berperang di atas urusan Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka. Orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada mereka sampai datangnya kiamat, sementara keadaan mereka tetap konsisten seperti itu.[3]
Parameter kebenaran atau urusan Allah saat itu adalah mereka yang selalu mengajak ke Allah.
QS Yusuf 10 ayat 108: Katakanlah, “Inilah jalan (sabiyly)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan bashirah, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”
Kelompok yang selalu berperang untuk menegakkan bahwa agama dan ketaatan hanya untuk Allah ini disebut dengan kelompok Thaifah Manshurah. Ciri-ciri mereka telah dijelaskan dalam beberapa riwayat yang dan dikenal dengan nama Ashabu Rayati Suud (Pasukan Panji Hitam dari Khurasan).
Akan keluar sebuah kaum dari arah Timur, mereka akan memudahkan kekuasaan bagi Al Mahdi.
Dari Khurasan (bisa juga berarti tempat matahari terbit – timur) akan keluar beberapa bendera hitam, tak sesuatupun bisa menahannya sampai akhirnya bendera-bendera itu ditegakkan di Iliya (Baitul Maqdis).
Akan keluar manusia dari Timur yang akan memudahkan jalan kekuasaan bagi Al Mahdi.
Tsauban (ra), “Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu.” Kemudian beliau (saw) menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda, “Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi.”[4]
Mereka datang dari arah matahari terbit. Arah matahari terbit kebetulan adalah arah dari hadapan Multazam, dimana pulau Jawa/Indonesia termasuk dalam jangkauan arah tersebut. Selain itu wali-wali di Indonesia ini adalah dari keturunan Nabi (saw), dengan kata lain keturunan Nabi (saw) banyak berhijrah ke arah timur. Akhlak manusia yang tinggal di arah timur atau tempat matahari terbit selalu merujuk kepada orang-orang yang berbudaya berketuhanan, seperti para pejuang Badar.
Mengenai orang-orang timur dikisahkan dalam QS Al Kahfi 18 ayat 83-101: Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah, “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.”
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan.
Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.”
Berkata Dzulkarnain: “Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Rabb-nya, lalu Rabb mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.”
Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan dan akan Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami.
Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).
Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur), dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah dan sesungguhnya Kami meliputi segala apa yang ada padanya.
Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Dzulkarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Rabb kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan, agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah (api itu).” Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu.”
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.
Dzulkarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabb, maka apabila sudah datang janji Rabb, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabb itu adalah benar.”
Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya dan Kami nampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas, yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku dan adalah mereka tidak sanggup mendengar.
Mereka yang berada di tempat matahari terbit masih membuka dadanya untuk menerima Allah, menerima Islam dan mendapat cahaya Ilahy, mereka tidak cinta dunia.
Sedangkan ciri membunuh dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu, secara tegas disampaikan Allah dalam QS Al Anfaal 8 ayat 17: Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Barangkali gambarannya seperti yang dikisahkan dalam hadits berikut:
Rasulullah (saw) bersabda, “Apakah kalian pernah mendengar suatu kota yang terletak sebagiannya di darat dan sebagiannya di laut?” 
Mereka (para sahabat) menjawab, “Pernah wahai Rasulullah.” 
Beliau (saw) bersabda, “Tidak terjadi hari kiamat, sehingga ia diserang oleh 70.000 orang dari Bani Ishaq. Ketika mereka telah sampai di sana, maka mereka pun memasukinya. Mereka tidaklah berperang dengan senjata dan tidak melepaskan satu panah pun. Mereka hanya berkata Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuhlah salah satu bagian dari kota itu.”
Berkata Tsaur (perawi hadits), “Saya tidak tahu kecuali hal ini; hanya dikatakan oleh pasukan yang berada di laut. Kemudian mereka berkata yang kedua kalinya Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuh pula sebagian yang lain (darat). Kemudian mereka berkata lagi Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka terbukalah semua bagian kota itu. Lalu mereka pun memasukinya. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, tiba-tiba datanglah seseorang (setan) seraya berteriak: “Sesungguhnya Dajjal telah keluar.” Kemudian mereka meninggalkan segala sesuatu dan kembali.”[5] 
Dengan demikian Ashhabu Rayati Suud kemungkinan besar berasal dari keturunan Nabi (saw) dan keturunan para pejuang Badar (ra). Keberadaan mereka sudah tersebar ke seluruh dunia, terutama ke arah Timur.
QS Al Baqarah 2 ayat 147-150: Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Rabb-mu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu dan supaya kamu mendapat petunjuk.
Fitnah perpecahan ini sudah menjadi ketentuan Allah, sebagai bagian dari pendidikan manusia. Kami perhatikan dalam sejarah Islam, pada awalnya imam dan kepemimpinan (amir/khalifah) berada dalam tangan yang satu, yaitu Nabi (saw), hamba Allah dengan akhlak terbaik. Hal ini berlanjut hingga Khulafaur Rasyidin dan Hasan (ra). Selanjutnya Hasan (ra) meletakkan jabatan amir dan hanya menjadi imam umat, maka Muawiyah menjadi amir. Lalu keluarga Abbasiyyah yang mendukung imam keturunan Nabi (saw) menghancurkan dinasti Umayyah tampil menguasai. Bukannya mereda, malahan konflik antara imam dengan amir semakin keras, hingga imam keturunan Nabi (saw) dijadikan tahanan rumah dan pada zaman khalifah Al Mutamid dari dinasti Abbasiyyah imam Abu Al Qasim Muhammad disembunyikan Allah bersamaan dengan wafatnya ayahnya Hasan Al Askari pada tahun 874 di penjara Samarra. Selanjutnya tidak ada imam di antara umat, yang ada hanya amir/pemimpin negara. Dengan ketiadaan imam di masyarakat, dan gerakan politik mulai menggerogoti dokumen-dokumen seperti hadits akhirnya menimbulkan dorongan untuk menelusuri hadits-hadits Nabi (saw) yang shahih. Dari situlah muncul kelompok yang menamakan dirinya sebagai kelompok Sunni sebagai bentuk perlawanan dengan munculnya gerakan Syiah seabad setelah hilangnya Abu Al Qasim Muhammad. Keberadaan kelompok Sunni ini ditandai dengan adanya program penulisan hadits yang dipelopori oleh Bukhari (as) yang wafat pada tahun 870. Konflik pun menjadi semakin keras dan berdarah-darah. Zaman berubah, muncul para diktator lalu demokrasi. Dimana siapa saja bisa menjadi pemimpin asalkan bisa didukung mayoritas masyarakat. Dengan demikian amanat sudah menjadi barang perdagangan atau rampasan.
Karena sibuk dalam perbedaan dan perpolitikan akhirnya masyarakat pun semakin jauh dari Allah dan semakin kuat pula kecintaan kepada dunia. Dan sebagaimana fitrah Allah yang selalu mendorong manusia untuk selalu ingat dan mengabdi kepada-Nya, maka musibah pun turun sebagai pengingat agar manusia bertaubat dan kembali ke Allah. Nampaknya tingkah laku kecintaan kepada dunia sudah semakin mendarah daging dan mulai melingkupi seluruh sendi-sendi masyarakat, maka musibah pun semakin mengalir.
Ibnu Abi Dunya berkata, “Telah menceritakan kepada kami Ar Rabi’ bin Tsaqlab, katanya, Farj bin Fadhalah menceritakan kepada kami riwayat dari yahya bin Sa’id, dari Muhammad bin Ali, dari Ali (kw), katanya Rasulullah (saw) telah bersabda, “Jika umatku telah melakukan lima belas perilaku, maka ia layak mendapatkan bala’ (bencana).
Ditanyakan, “Apa saja kelima belas perilaku itu ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Jika kekayaan hanya berputar pada kalangan tertentu, amanat menjadi barang rampasan, zakat menjadi utang; seorang lelaki (suami) menurut pada istrinya dan mendurhakai ibunya; berbuat baik kepada teman namun kasar terhadap ayahnya sendiri; ditinggikannya suara-suara di masjid; yang menjadi pemimpin suatu kaum adalah orang yang paling hina di antara mereka; seseorang dimuliakan karena ditakuti kejahatannya; diminumnya khamr; dipakainya kain sutera; mengambil para biduanita; dan orang-orang akhir dari umat ini telah melaknat orang-orang terdahulu. Maka kalau sudah demikian, tunggulah datangnya angin merah, pengamblesan bumi dan pengubahan bentuk.”[6]
Dalam riwayat lain: “… telah muncul perzinaan …, pada umat ini kelak ada orang-orang yang menghabiskan malamnya dengan makanan, minuman dan musik dan … jika kaum laki-laki sama kaum laki-laki dan kaum perempuan sama kaum perempuan.”
Ini adalah gambaran umat mendekati akhir zaman, dimana akan banyak terjadi bencana alam. Angin merah bisa dimaknai banyaknya kejadian peledakan dan kebakaran. Pengamblesan bumi diantaranya adalah gempa, tsunami, banjir dan longsor. Sedangkan pengubahan bentuk, akan semakin banyak orang yang berubah bentuknya, entah karena operasi plastik, seperti populernya artis-artis hasil operasi plastik atau karena laknat Allah.
Semua kejadian pada masa kini menandakan bahwa risalah Nabi (saw) nampaknya sudah diabaikan atau barangkali malahan sudah mengalami distorsi dari aslinya. Aneh padahal panduannya masih sama, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi (saw). Apakah manusia telah berubah dari fitrahnya?
Ingatlah, Jannani adalah orang yang menyembah Allah SWT karena menginginkan surga. Mereka seperti pegawai yang menjadi giat bekerja karena bonus. Pada hari kiamat, kepada kaum Jannani dikatakan bahwa engkau mendapatkan surga. Mereka menjawab, “Segala puji bagi Allah yang janji-Nya benar.”
Sedangkan Rahbani adalah orang yang menyembah Allah SWT karena takut kepada api neraka. Mereka dikatakan seperti budak yang takut akan cemeti tuannya. Pada hari kiamat dikatakan kepada mereka, “Engkau selamat dari api neraka.” Mereka menjawab, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami.”
Rabbani adalah orang yang menyembah Allah SWT karena rindu kepada-Nya, tidak karena takut neraka atau mengharap surga. Merekalah golongan terhormat. Di hari kiamat dikatakan kepada mereka, “Allah SWT telah menganugerahkan kepadamu dapat melihat-Nya tanpa penghalang dan tanpa tutup, bagaimana?” Mereka menjawab, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hadiah ini.”
Ilahy Anta maqsudy, wa ridhaka matlubi, a’tini wa ma’rifataka wamahabbataka (Ilah-ku Engkaulah yang aku maksud, keridhoan Engkau yang kupinta, karuniakan (kami) mengenal Engkau dan dengan sebenarnya cinta kepada Engkau).


[1] HR. Abu Daud: Kitab al-jihad no. 2125, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1959.
[2] HR. Muslim: Kitabul Imarah no. 3544 dan Tirmidzi: Kitabul fitan no. 2155
[3] HR. Muslim: Kitabul imarah no. 3550.
[4] Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan Bab Khurujil Mahdi 2: 1467: Mustadrak Al-Hakim 4: 463-464. Dan dia berkata, “Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhain.” (An-Nihayah fit Firan 1:29 dengan tahqiq DR. Thana Zaini).
[5] HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyratus Sa’ah
[6] Sebagian ahli hadits menyatakan dha’if, namun Al Albani menshahihkan hadits ini dalam Takhrijul Misykat (5451).

Persiapkan Dirimu Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Dzat yang...