Kuperhatikan
diriku, dia selalu mencari apa yang disukai. Dari kenyataan ini, maka
menimbulkan pertanyaan bagaimana dengan diri-diri yang sudah meninggal? Bukankah
mereka secara reflek akan menuju kepada apa yang disukai?
Dari
beberapa referensi dan tampilan di media sosial, banyak informasi yang
mengisahkan tentang adanya alam kubur, namun juga ada kisah tentang tunggon
atau penunggu tempat-tempat yang mistis seperti pohon besar atau
siluman-siluman yang berwatak binatang. Kemudian ada juga manusia bercahaya
yang sering ditampilkan menjadi pendamping para penyembuh atau orang
pintar/sakti.
Siapakah
mereka? Dan bagaimana mereka bisa berada di alam tersebut?
Dengan
menggunakan rumus A dan pernyataan di atas, keberadaan makhluk-makhluk tersebut
berupaya dikuak agar menjadi pelajaran bagi umat manusia. Sehingga bisa menarik
hikmah dari keberadaan mereka.
Dalam
rumus A, terdapat elemen A1 matahari, elemen A2 atmosfer, elemen A3 bumi,
elemen A4 air, elemen A5 nabati, elemen A6 hewan dan elemen A7 manusia.
Demikian pula pada diri seseorang terdapat elemen yang sama dengan alam makro,
yaitu elemen a1 api, elemen a2 udara, elemen a3 tanah, elemen a4 air, elemen a5
daya indra dan gerak, elemen a6 kemauan dan elemen a7 pikiran. Alam dunia
adalah neraka api atau narloka karena berawal dari api (A1). Api memiliki dua
peranan, sebagai pembakar yang menyakitkan dan sebagai penerang yang
mencerahkan.
Manusia
hidup di muka bumi (A3). Bagaimana setiap individu menjalani kehidupannya
diwarnai oleh nilai-nilai yang dipercayainya. Sedangkan diri umumnya beraktifitas
didorong oleh kecintaannya.
Ketika
seseorang memiliki kecintaan kepada daya (daya api - a1’, daya udara – a2’,
daya tanah – a3’ dan daya air – a4’) hingga tercermin pada sikap dan lakunya, maka
akan menjadi akhlaknya. Misalnya akhlak seorang preman ditakuti karena dia
memiliki kemampuan represi untuk menakut-nakuti orang-orang di sekitarnya. Dia
memerankan dirinya sebagai penguasa setempat, maka kemungkinan setelah
meninggal dirinya akan menjadi tunggon tempat tersebut, seperti genderuwo/gandarwa
atau kuntilanak dan lain-lain. Keberadaan mereka seringkali dimanfaatkan oleh
para dukun-dukun yang memiliki kepentingan. Keberadaan tunggon ini kebetulan bersikap
lokal, yaitu dipercayai oleh masyarakat di sekitarnya.
Demikian
pula bagi mereka yang memiliki kecintaan pada kemampuan, baik sensorik maupun motorik
(a5’), maka mereka melatih kemampuan tersebut hingga melampaui orang-orang
normal. Misalnya mereka memiliki kemampuan gerak, seperti silat atau kemampuan
penginderaan seperti reptilia dengan sensor infra merah yang bisa dimanfaatkan
untuk penginderaan penyakit ragawi. Ini adalah kemampuan hewaniyah yang juga
merupakan terdapat pada elemen manusia. Kecintaan pada kemampuan tersebut akan selalu
menyeret dirinya kepada hal-hal tersebut. Ini yang disebut dengan ilmu
kanuragan yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan perlindungan dan penyembuhan.
Setelah meninggal, diri yang bersangkutan ini akan terseret kepada kecintaannya,
dan mungkin membawanya kepada alam siluman. Jenis-jenis siluman apa, tergantung
dari ketertarikannya.
Sedangkan
bagi mereka yang mengikuti perasaan dan/atau kemauan hatinya (a6’) hingga berwatak
seperti hewan. Saat meninggal mungkin saja dirinya terseret ke alam siluman
hewan sebagaimana wataknya. Ada yang berwatak elang, harimau dan lain-lain.
Keberadaan mereka juga dimanfaatkan oleh para dukun atau orang-orang tertentu
untuk kesaktian atau penyembuhan. Dari beberapa kesaksian teman-teman yang
pernah berinteraksi dengan mereka, mereka mengaku dulunya adalah manusia.
Sayangnya pengakuan seperti ini sulit pembuktiannya.
Bagi
para pemikir (a7’), yang kecintaannya kepada ilmu dengan nalar atau logika, mereka
berwatak manusia. Namun bisa jadi tidak berketuhanan. Dirinya terseret kepada ilmu
pengetahuannya, sehingga saat meninggal belum mau kembali kepada Yang Kuasa karena
tidak mengenal Allah. Mereka memiliki amal jariyah, namun perlu media orang
hidup untuk pengamalannya. Mereka bisa jadi mendapatkan pengampunan dari Allah
Yang Maha Kuasa dan disadarkan saat berada di alam kubur.
Dari
kelompok pemikir ini ada yang berketuhanan, tak membawa muatan dunia (faqir).
Dia selalu berusaha bisa kembali sempurna kepada Allah Yang Maha Kuasa. Mereka inilah
yang saat waktunya di dunia selesai, mereka langsung menghadap kepada Allah
Yang Maha Kuasa, atau disebut dengan syuhada.
Ini
hanyalah pendapat. Memang pernah dibuktikan dengan cara memanggil beberapa dari
ahli kubur, mulai dari tunggon hingga yang disebut sebagai para wali. Juga dari
masukan beberapa pengalaman rekan-rekan lain. Dalam berbagai kesempatan bahkan
ada yang meminta diislamkan seperti beberapa tokoh sejarah. Sebagian dari
mereka ada yang mengetahui adanya Allah Yang Maha Kuasa, namun kebanyakan sibuk
dalam bidang keahliannya.
Namun
ini hanya dugaan, karena ada pendapat lain yang menuduh makhluk sejenis jin
yang disebut qarin sebagai pendamping individu manusia tersebut yang mengambil
peran. Dengan alasan, si mati sudah berada di alam kubur dan tersekat dari alam
manusia hidup. Bahkan sebagian besar dari mereka sedang sibuk menjalani azab
kubur. Namun bilamana Yang Kuasa mengizinkan terjadi interaksi, bukankah
komunikasi dengan diri yang tersekat bisa terjadi. Pendapat tersebut didasarkan
atas hadits berikut:
Dari
Al Baraa’ bin ‘Azib, beliau berkata: Kami pergi bersama Rasulullah (saw) untuk
mengiringi jenazah seseorang dari kalangan Anshar. Sampailah kami di kuburannya
dan ternyata belum dimasukkan ke liang lahat. Lalu Rasulullah (saw) duduk dan
kami pun duduk di sekitar beliau seolah-olah ada burung yang hinggap di kepala
kami.
Beliau
memegang tongkat dan memukulkannya ke bumi. Lalu, beliau mengangkat kepalanya
dan bersabda, “Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur (sebanyak
dua atau tiga kali).” Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin
jika meninggalkan dunia dan menghadap akhirat, maka para malaikat dengan wajah
yang putih akan turun dari langit kepadanya, seolah-olah wajahnya itu adalah
matahari. Mereka membawa kain kafan dan hanut dari surga. Kemudian mereka duduk
sepanjang pandangan darinya. Datanglah malaikat maut sehingga ia duduk di
dekat kepalanya seraya berkata, “Wahai diri yang baik, keluarlah menuju ampunan
dari Allah dan keridhaan-Nya.”
Beliau
bersabda, “Kemudian ruh itu keluar begaikan setetes air yang keluar dari mulut
wadah, lalu malaikat maut mengambilnya. Ketika mengambil ruh itu, ia tidak
meletakkannya di tangan sekejap mata pun. Akan tetapi mereka mengambilnya dan
meletakkannya di atap kafan dan hanutnya. Ruh hamba tersebut keluar dengan
wangi semerbak bagaikan misik yang paling wangi di dunia.” Beliau bersabda, “Lalu
mereka membawa ruh tersebut naik ke atas. Tidaklah melewati sekelompok malaikat
pun kecuali ditanyakan kepada mereka: Ruh siapakah yang wangi ini? Mereka
menjawab: Fulan putra Fulan dengan menyebutkan namanya yang paling baik di
dunia, sehingga mereka membawanya sampai ke langit dunia. Mereka meminta agar
pintu langit tersebut dibukakan untuknya. Setiap penghuni langit akan
mengantarkannya sampai ke langit berikutnya sehingga sampai di langit ke tujuh.
Kemudian Allah berf`irman, “Tulislah kitab hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan
kembalikanlah ia ke bumi. Sesungguhnya dari bumi lah aku menciptakannya,
kepadanya Aku mengembalikannya, dan darinya Aku akan mengeluarkannya
sekali lagi.””
Beliau
bersabda, “Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya (dirinya).
Lalu datanglah dua malaikat yang mendudukkannya seraya bertanya kepadanya, “Siapakah
Rabb-mu?” Ia menjawab, “Allah Rabb-ku.” Lalu keduanya bertanya, “Apakah agamamu?”
Ia menjawab, “Islam agamaku.” Keduanya bertanya lagi, “Siapakah lelaki ini yang
diutus kepadamu?” Ia menjawab, “Dia adalah Rasulullah Shalalallahu alaihi wa
sallam.” Lalu keduanya bertanya, “Apakah pekerjaanmu?” Ia menjawab, “Aku
membaca Al Qur’an, maka aku beriman dan membenarkannya.” Lalu berserulah
penyeru di langit, “Hamba-Ku benar, maka bentangkanlah baginya (permadani) dari
surga, dan pakaikanlah pakaian dari surga, dan bukakanlah baginya satu pintu
menuju surga.”
Beliau
bersabda, “Lalu datanglah semerbak mewangi dan dibentangkan baginya sejauh
pandangan.” Beliau bersabda, “Lalu datanglah seseorang dengan paras indah, baju
yang bagus dan wangi seraya berkata, “Aku memberi kabar gembira dengan sesuatu
yang membahagiakanmu. Ini adalah hari yang dijanjikan kepadamu.” Ia bertanya, “Siapakah
engkau, wajahmu menampakkan kebaikan?” Dia berkata, “Aku adalah amalmu yang
shalih.” Ia berkata, “Ya Allah, percepatlah datangnya hari kiamat agar aku bisa
kembali pada keluarga dan hartaku.””
Beliau
bersabda, “Sedangkan hamba yang kafir, jika meninggalkan dunia dan menghadap
akhirat, datanglah kepadanya para malaikat dengan wajah yang hitam dengan
membawa misuh. Mereka duduk sepanjang pandangan darinya. Kemudian datanglah
Malaikat Maut dan duduk di dekat kepalanya seraya berkata: Wahai diri yang
buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan Allah.”
Beliau
bersabda, “Kemudian diri itu berpecah belah di dalam tubuhnya. Lalu Malaikat
Maut mencabutnya bagaikan tongkat (dengan cabang yang banyak) dicabut dari wol
yang basah. Ketika mengambilnya, Malaikat Maut tidak meletakannya di tangan
sekejap mata pun akan tetapi ia meletakkannya di atap misuh. Ruh tersebut
keluar dengan bau bangkai yang paling busuk di muka bumi. Mereka membawa ruh
itu naik ke atas. Tidaklah melewati sekelompok malaikat pun, kecuali
ditanyakan: Ruh siapakah yang busuk ini? Mereka menjawab: Fulan putra Fulan, dengan
menyebutkan namanya yang paling buruk di dunia, sehingga mereka membawanya
sampai ke langit dunia. Mereka meminta agar pintu dibukakan, akan tetapi tidak
dibukakan untuknya. Lalu Rasulullah membaca firman Allah : Sekali-kali tidak
akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk
surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Lalu Allah berfirman, “Tulislah
kitabnya di Sijjin di bumi yang paling bawah.” Kemudian ruh tersebut
dilemparkan dari langit, lalu beliau membaca firman Allah, “Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”
Lalu ruh tersebut dikembalikan ke jasadnya (dirinya).
Datanglah dua malaikat kepadanya dan mendudukkannya seraya bertanya, “Siapakah
Rabbmu?” Ia menjawab, “Ah, ah aku tidak tahu.” Mereka berdua bertanya lagi,
“Apakah agamamu?” Ia menjawab, “Ah, ah aku tidak tahu.” Mereka berdua bertanya,
“Siapakah lelaki ini yang diutus kepadamu?” Ia menjawab, “Ah, ah aku tidak
tahu.” Lalu menyerulah penyeru di langit, “Hambaku pembohong, maka
bentangkanlah hamparan dari neraka dan bukakanlah baginya satu pintu menuju ke
neraka.” Lalu datanglah panas neraka dan anginnya yang panas, serta kuburan
disempitkan baginya sehingga tulangnya berantakan. Lalu datanglah kepadanya
seseorang dengan paras yang buruk, baju yang jelek, serta bau yang busuk. Ia
berkata, “Aku membawa kabar buruk yang membuatmu tidak senang. Ini adalah hari
yang dijanjikan kepadamu.” Lalu ia bertanya, “Siapakah kamu, wajahmu membawa
keburukan?” Ia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Kemudian ia berkata,
“Ya Rabbku, janganlah hari kiamat itu didatangkan.””
Dengan
kenyataan bahwa orang-orang kafir dibawa ke dalam bumi paling bawah atau inti
bumi, bisa dimaknai bahwa inti bumi akan semakin panas karena adanya penambahan
bahan bakar dari diri orang-orang yang tidak beriman. Dengan semakin panasnya
inti bumi, maka tekanan magma akan mendorong semakin banyaknya letusan gunung.
Dan semakin panasnya inti bumi membuat magma semakin encer yang mendorong terjadinya
pergeseran lempeng daratan di atasnya, sehingga gempa dan tsunami akan semakin
sering terjadi.
Para
ahli kubur bisa mendapat pengampunan bila punya amalan yang tak terputus,
seperti harta yang disumbangkan yang kemanfaatannya masih bisa dinikmati orang atau
ilmu yang masih terus bisa diambil manfaatnya atau memiliki keturunan
orang-orang yang soleh yang terus menerus mendoakan mereka. Dengan amalan yang
tidak terputus inilah, yang buruk menjadi membaik dan mendapatkan pengampunan
dan yang baik menjadi semakin baik.
Ingat
kita sedang digodog di alam api. Sebentar lagi masuk alam kubur tersekat dari
alam yang tidak ada apinya. Gelap dan dingin. Nanti akan dibangkitkan dan ditempatkan
pada keadaan lapar dan haus.
Lalu
siapakah yang menjadi tunggon atau siluman atau hantu tempat-tempat tertentu?
Mungkinkah itu berasal dari diri almarhum ataukah para jin pendampingnya? Sedangkan
QS Al A’raaf 7 ayat 25 menegaskan: Allah berfirman, “Di bumi itu kamu hidup dan
di bumi itu kamu mati dan dari bumi itu kamu akan dibangkitkan.” Demikian pula Hadits
di atas menegaskan bahwa manusia mati dikembalikan ke bumi lagi. Namun mereka
tersekat sebagaimana QS A Mukminuun 23 ayat 100: … Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada sekat (barzakh)
sampai hari mereka dibangkitkan. Tersekat berarti tidak bisa kembali ke alam
dunia. Dengan demikian pendamping-pendamping itu adalah bukan almarhum, namun
peniru almarhum dan sangat mengenalnya.
Namun
perlu dijadikan catatan, meski almarhun sudah tersekat, bukan berarti mereka
tidak bisa diajak berkomunikasi. Informasi yang disampaikan adalah sebatas
pengetahuan yang bersangkutan atau opini almarhum. Jadi tetap tergantung kepada
kita, bagaimana mengelola informasi untuk mencapai kepastian kebenaran.
Maka
berimanlah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan gunakan waktumu sekarang untuk
hidup yang akan datang.
Banyuwangi,
28 September 2020; 11 Syafar 1442