Sayyidina Ali (kw) menyampaikan bahwa
qalb mempunyai beberapa
sebutan, diantaranya adalah lubb,
karena ia merupakan tempat terbitnya tauhid. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
“Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian malam dan siang adalah ayat-ayat bagi ulil albaab, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”[1]
Dari penjelasan Sayyidina Ali (kw) di
atas berarti keadaan orang bertauhid itu sudah menyatu antara “saya” dengan Kuasa. Yaitu memorinya aktif mengingatkannya (saya <<< a5’’).
Yang dengan itu dia ingat akan jati dirinya dan ingat akan Tuhannya. Inilah
yang dimaksud dengan berdzikir. Dzikir bukan hanya wirid. Berwirid hanya di
mulut hanyalah budaya. Sedangkan berdzikir artinya memasuki alam malakut, siap
menerima peringatan.
Diri yang bersedia menerima peringatan melalui memorinya
(a5’’) artinya lubuk hatinya semakin terbuka. QS Ali Imran 3 ayat 190-191:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi Ulil
Albab, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”” Mereka mengerti bahwa
hidup di dunia adalah hidup dalam api, kalau salah mengerti, salah menyikapi
dan salah bertindak bisa terbakar atau kuwalat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar