Bagaimana
pula orang Indonesia memandang agama?
Dari zaman
dahulu pusat kekuasaan Indonesia ada di Jawa, maka ditelaah pengertian agama
bagi orang Jawa. Dalam serat Wedhatama terdapat suatu kalimat “Agama ageming
aji”[1].
Kalimat ini bisa dimaknai bahwa agama adalah baju buat orang yang punya aji
atau memiliki kemuliaan. Baju bermakna akhlak. Dengan demikian agama bagi orang
Indonesia bermakna sikap orang mulia atau akhlak mulia.
Agama
semestinya difahami sebagai sikap hidup atau cara hidup manusia agar mulia. Inilah fitrah
manusia. Orang yang ingin mulia berarti orang beragama.
Untuk
bisa mencapai kemuliaan, maka harus mengetahui, harus memiliki kemampuan dan
memiliki kehendak untuk mulia. Dan yang memastikan adalah dengan meminta pertolongan atau berlindung
atau menyerahkan diri kepada yang pasti mampu memberikan kemuliaan,
yaitu Yang Kuasa.
Orang harus mengetahui
kemuliaan untuk mencapainya. Oleh karena itu setiap orang perlu belajar. Dan
belajar adalah dengan melakukan pengamatan atas apa yang ada di hadapannya
termasuk dirinya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Pengetahuan ini harus
dibangun.
Agar
mencapai derajad kemuliaan, orang harus mampu, maka manusia membangun
kemampuan dirinya dalam mengelola kehidupan. Dengan segala kemampuan yang
dimilikinya, maka manusia mengembangkan teknologi untuk menopang perkembangan
peradaban.
Agar mulia, orang harus
memiliki tekad untuk sukses. Ini akan mendorong manusia semakin konsisten dalam
perjuangan mewujudkan cita-citanya. Mengingat peradaban menghasilkan kenikmatan
dan sayangnya kenikmatan akan mendorong balik kepada kemalasan.
Dan
tentunya kemuliaan akan diberikan dari Yang Maha Kuasa kepada yang
melaksanakan ketiga-tiganya. Keselamatan dari Yang Maha Kuasa ini bersifat
mutlak, sedangkan ketiga hal yang pertama bersifat relatif.
Orang Jawa dalam memandang proses kehidupan terdapat istilah ilmu klenik,
yaitu sesuatu yang belum kelihatan (gaib), sehingga orang perlu percaya. Ide adalah ilmu klenik. Dari ide yang muncul, kemudian orang
Jawa mengarang atau mereka-reka ilmu bagaimana caranya agar ide tersebut
terwujud. Karena dikarang-karang maka disebut ilmu karang. Termasuk ilmu karang adalah pengembangan teknologi rancang bangun dengan menggunakan daya cipta yang dimiliki orang. Selanjutnya ide tersebut diwujudkan hingga bisa dinikmati dengan panca indra. Ini disebut dengan ilmu katon.
Siklus Perwujudan
Bangsa
Indonesia sejatinya telah menawarkan kepada dunia cara memperoleh keselamatan
yang universal, yaitu yang dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu
melindungi, mensejahterakan, mencerdaskan dan mentertibkan masyarakat dengan
Pancasila sebagai landasan. Landasan tersebut adalah:
1. Ketuhanan
Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan
Yang Adil & Beradab
3. Persatuan
Indonesia
4. Kerakyatan
Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan / Perwakilan
5. Keadilan
Sosial
Bilamana hal
ini bisa dimengerti dan diterapkan dengan baik, semestinya tujuan fitrah
keberadaan manusia akan terwujud dan puncak peradaban manusia akan terjadi.
Beragama seharusnya difahami sebagai bentuk sikap
berketuhanan. Namun hubungan antara agama dengan Tuhan telah berubah. Agama
hanya menjadi tradisi tanpa upaya mencari tahu siapakah Tuhan itu. Karena
hampir semua manusia menganggap bahwa sudah sepantasnya Tuhan mengurusi mereka,
karena Dia yang menciptakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar