Telah
menjadi pertanyaan semenjak adanya manusia di bumi, yaitu bagaimana alam
semesta diciptakan. Manusia tidak tahu, bagaimana alam semesta diciptakan,
karena manusia tidak ikut menjadi saksi atas penciptaan alam semesta. Namun
dengan kecerdasan pikiran yang dimiliki, manusia bisa melakukan pengamatan dan
menarik pengetahuan (Knowledge)
bahkan pengertian (Understanding).
Sebagai contoh perubahan ukuran bintang bisa menggambarkan jauhnya jarak bintang
tersebut dari titik kita sebagai pengamat. Demikian pula warna bintang, semakin
merah warna bintang, menunjukkan lokasi yang semakin jauh.
Para
ilmuwan percaya akan adanya hantu, yaitu dengan melihat bintang. Ketika kita
melihat bintang di langit, mungkin saja kita ini sedang melihat hantu. Karena
bisa jadi bintang tersebut sudah tidak ada, namun gambaran imagenya baru kita
terima beberapa juta tahun cahaya kemudian akibat jauhnya jarak.
Dalam
keberadaan bintang terdapat planet seperti bumi. Bagaimana pula proses
pembentukan bumi tersebut. Begitu materi tercipta, saat awal masih berupa awan
yang terdiri atas gas-gas purba. Melalui proses kondensasi lalu membentuk awan
debu yang kemudian memadat akibat tarikan gravitasi. Atom-atom pembentuk awan
debu akan memisah sesuai dengan beratnya. Atom yang berat akan mengumpul pada
inti dan yang ringan akan berada di permukaan. Karena proses ekspansi alam,
maka atom-atom yang ringan di permukaan bumi akan lebih mudah berubah fase
menjadi cair dan akhirnya memadat dan sebagian menjadi daratan.
Atom-atom
yang berat umumnya berupa logam seperti besi dan nikel membentuk inti bumi yang
memiliki kepadatan yang sangat tinggi akibat tarikan gravitasi. Proses
pemadatan akibat tarikan gravitasi juga membuat temperature menjadi semakin
panas yang berujung pada reaksi nuklir yang mendorong bumi mengembang. Berarti
pada bumi terjadi dua peristiwa yang berlawanan, yang satu berupaya menarik ke
inti, yang satu berupaya mengembangkan.
Jadi
dengan pengamatan menghasilkan ilmu pengetahuan, dimana ujungnya manusia menjadi
tahu. Tahu artinya ada pada kenyataan dan ada dalam memorinya. Tanpa adanya
data dalam memorinya, manusia tidak bias menyampaikan pengetahuan. Mengerti lebih
dari sekedar tahu, mengerti adalah suatu pemahaman yang baru, dimana datanya
baru ditemukan dan ujungnya bisa diambil manfaatnya.
Dari sisi pengamatan ilmiah, Edwin Hubble pada tahun
1929 memperhatikan bahwa galaksi mengalami penyusutan. Penyusutan galaksi
tersebut menjelaskan bahwa galaksi tersebut menjauh dari titik pengamatan. Ini
berarti alam semesta mengembang. Sehingga bisa ditarik mundur bahwa awal alam
semesta berupa suatu keadaan tunggal yang sangat panas. Hasil pengamatan inilah
yang mendasari teori terjadinya alam semesta, yaitu Big Bang, nama yang diberikan oleh Fred Hoyle pada tahun 1949.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar